Badai Serupa Badai Seroja Pernah Luluh Lantahkan Pulau Timor Tahun 1939

badai seroja
ilustrasi siklon tropis

Musi dianggap sebagai isapan air laut ke udara oleh Uis Neno (dewa langit) untuk diturunkan lagi menjadi hujan.

Namun, tidak disebutkan jumlah korban jiwa maupun kerusakan yang ditimbulkan badai tersebut.

Hendrik Ataupah juga berperan dibalik penulisan Buku ‘Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra-Jakarta? yang ditulis Ketua Yayasan Peduli Timor Barat, Ferdi Tanoni.

Baca juga: Kali Liliba Rawan Longsor, Ahli Geologi Ingatkan Warga Waspada

Menurut Ferdi, adanya badai yang pernah menghamtam NTT tersebut, bisa saja NTT kembali diterjang badai yang sama di masa mendatang.

“Kita kembalikan kepada perguruan tinggi di NTT seperti Universitas Nusa Cendana dan Universitas lainnya melakukan kajian mendalam soal badai Seroja ini, kemudian memberikan kepada masyarakat,” ujarnya di Kupang, Minggu 18 April 2021 dikutip dari lintasntt.

Ferdi mengatakan, badai di hari Paskah, 4 April lalu, ia tengah dalam perjalanan dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, terjebak banjir selama berjam-jam di Babau, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang bersama ratusan kendaraan karena air di sungai naik hingga melewati jembatan.

“Kami baru bisa melewati jembatan pada pukul 19.00 Wita dan tiba di rumah pukul 20.30 Wita dengan selamat,” kenangnya.

Adapun badai Seroja yang menerjang NTT selama dua hari, 4-5 April 2021 menelan 181 korban jiwa, 47 orang hilang dan 241 orang lainnya luka-luka.

Selain itu, rumah rusak berat 20.032 unit, rusak sedang 16.740 unit, rusak ringan 36.612 unit, fasilitas umum rusak 2.658 unit, serta pengungsi yang awalnya mencapai 58.914 orang, saat ini tersisa 11.200 orang tersebar di 62 titik di 10 kabupaten dan kota. ♦ lintasntt