EXPONTT.COM – Acara adat diselenggarakan keluarga besar Gaspar Wada di Rawangkalo Wangka-Riung Ngada NTT. Dalam ritus agama katolik ada acara yang namanya sambut baru atau komuni pertama bagi anak-anak sebagai simbol menjadi anggota Kristus. Komuni Pertama, atau Komuni Suci Pertama, adalah sebuah tradisi di Gereja Katolik, dimana anak akan menerima hosti (sakramen atau roti dan anggur) untuk pertama kalinya oleh seseorang yang telah dibaptis secara Katolik. Sebelum menerima komuni, anak – anak diberikan pembekalan selama hampir sebulan tiap harinya.
Minggu 10 Juli 2022 keluarga besar Gaspar Wada yang sudah almarhum itu oleh putra-putri menyelenggarakan acara syukur secara adat Wangka di Kampung Rawangkalo sebagai simbol syukur salah satu generasi keluarga ini bernama Kasianus J. Wada. Yang menarik dalam acara syukuran ini tak sekadar syukuran biasa karena melibatkan semua keluarga besar di beberapa kampung.
Tidak hanya berbeda kampung tetapi juga berbeda agama yaitu katolik dan islam. Keluarga yang beragama islam mengikuti acara syukuran dengan santap dan minum bersama tanpa sekat, menari ria bersama. Ini yang diperlihatkan orang Wangka, khususnya Rawangkalo. Tradisi toleransi beragama di Flores berlaku sejak dahulukala.
Dalam satu keluarga ada yang memeluk agama islam, ada pula yang beragama katolik.Yang unik, bahwa dalam bahasa pergaulan sehari-hari tidak perna ada sekat. Saat makan bersama pun yang beragama islam tidak disajikan daging babi. Sendok dan piring pun di bedakan. Kebersamaan ini terpelihara sampai saat ini. Salah satu tokoh masyarakat Wangka berpendapat, “Mohon tradisi ini, jangan dirusaki orang dari luar. Kami disini sangat rukun dan tidak pernah ribut atau omong soal agama. Yang katolik hari minggu ke gereja dan yang islam hari Jumat ke masjid.”
Pada syukuran anak menerima komuni kali ini, menerapkan cara adat setempat yaitu “ tua weta, anak rana anak wina, tua keza wae laki.” Saat menghadiri pesta membawa masing-masing sesuai peran dan fungsi adat. Tuan pesta harus menyembeli babi dan kambing atau kerbau. Dalam santap bersama juga makan sesuai haknya sebagai anak rana atau anak weta.
Simbol kebersamaan ini sudah menjadi tradisi sejak zaman nenek moyang yang tidak dilekang waktu. Hanya saja, sampai sejauh ini, belum menjadi perhatian pemerintah Ngada agar acara seperti ini dilestarikan sebagai asset wisata yang bisa mendatangkan wisatawan dari luar. ♦ wjr