EXPONTT.COM – Akhir Oktober 2022 Nicodemus Tari, guru kontrak dari Sumba Barat Daya bersama keluarga berada di Alor untuk menyelesaikan adat perkawinannya dengan seorang gadis Alor bernama Mersyilia Karanita, perawat salah satu rumah sakit di Kupang. Ikut serta sebagai rombongan keluarga laki-laki, Kepala Desa Walan Ndimu, Yakobus Dendo Ngara, paman Nicodemus Tari.
Setelah usai urusan pindah menurut adat Alor, keluarga laki-laki bersama beberapa utusan keluarga perempuan memboyong Marsyilia Karanita menuju Walan Ndimu, Kecamatan Kodi Bangedo dan di sana pengantin perempuan diperciki air sebagai tanda sah diterima dalam marga suami.
Sekilas cerita tentang tata cara dan bentuk pelaksanaan adat istiadat perkawinan masyarakat Alor disampaikan Kepala Desa Walan Ndimu di ruang tunggu Bandar Udara Eltari Kupang, 2 November 2022.
Menurut Yakobus Dendo Ngara, adat istiadat perkawinan Alor mudah, sederhana, ringkas, dan sangat menyenangkan. Menariknya lagi, masyarakat Alor telah memiliki Perda tentang bentuk pelaksanaan adat perkawinan di Alor.
Mau tahu tentang hebatnya adat perkawinan Alor? Sangat sederhana dengan biaya (belis) murah meriah. Mulai awal sampai penyelesaian hanya keluar uang 50 juta rupiah. Keluarga laki-laki kontan bayar tanpa utang. “Kalau mau hemat dan hebat, datang dan kawinlah di Alor,” katanya dengan nada promosi bagi orang muda yang belum ada pasangan
Biaya adat perkawinan yang murah meriah sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu wilayah. Dengan modal yang tersedia, setiap keluarga akan fokus untuk biaya pendidikan generasi Alor. Kalau harta dihabiskan dalam urusan adat, maka sumber dari mana lagi untuk menyekolahkan anak.
Belajar dari kenyataan adat Alor, Yakobus mengajak masyarakat Sumba untuk kembali berpikir tentang pelaksanaan adat budaya Sumba dengan belis yang sangat tinggi. “Jangan bunuh diri sendiri,” katanya karena menurut Yakobus, pendidikan anak sangat penting demi kelanjutan Sumber Daya Manusia Sumba hebat. Sumba akan tenggelam kalau belis tetap tinggi. ♦Aster Bili Bora