Desak Hartati Wanita dibalik Shoting Film Mutiny di Kupang

Desak Hartati

KISAH petualangan Kapten William Blight yang sempat terdampar di Pantai Koepan (Sekerang Kelurahan Lai Lai Besi Koepan) tahun 1789 akan difilmkan kembali dalam bentuk dokumenter. Film dokumenter berjudul ‘Mutiny’ (Mutiny=Pemberontakan). Film documenter yang menggeparkan dunia digarap PT. Media Nusantara Films, Jungle Run Production bekerja sama dengan Windfall Films, UK, salah satu rumah produksi film asal Inggris. Menariknya, Pantai Koepan menjadi salah satu lokasi pengambilan film terakhir dari seluruh rangkaian kisah yang mendebarkan karena mengarungi lautan Pasifik.
Pertanyaan kristis siapakah wanita dibalik shoting film Mutiny di shoting terakhir? Ada sesosok wanita Bali cantik dan energik. Dia adalah Desak N. Hartati. Wanita cantik berusia 37 tahun dan ibu daritiga anak ini merupakan sosok penting dibalik kesuksesan shoting terakhir film dokumenter bersejarah ini.
Dalam obrolan dengan EXPONTT, expontt.com dan businessntt.com Selasa 20 September 2016, Desak, demikian ia disapa berkisah,” Misi mulia yang saya jalankan ini baru sekitar lima tahun. Tugas saya selaku owner PT. Media Nusantara Film/Jungle Runi Productions selaku penghubung antara orang asing yang punya rencana membuat rencana petualangan di salah satu daerah di Indonesia. Selama ini kami sudah menjadi penghubung,juga penjamin bagi orang asing (Crew) yang akan melakukan kegiatan di salah satu daerah. Kali ini, ada moment penting yang melibatkan antar Negara, Inggris dan Australia yang melakukan kegiatan yaitu shoting film documenter Mutiny.
Perusahaan saya punya tugas memberi rasa nyaman kepada orang asing yang akan beraktivitas misalnya shoting film. Tugas saya ialah memberi rasa nyaman dan acaranya sukses. Seperti acara kali ini, tugas saya yaitu survey lapangan. Saya beberapa waktu lalu melakukan survey. Sebab ada dua kawasan yang dipilih untuk shoting akhir fil Mutiny Dili atau Kupang.
Setelah saya lakukan survey, Pantai Tedys Kupang yang sudah melegende yang dipilih dan kebetulan. Ceritera petualangan Kapten William Blight berakhir di pantai ini. Shoting akhir film ini 25 September 2016. Dalam rangka shoting film ini sukses, saya punya tugas ialah mendekati pemerintah, meminta ijin dan rekomendasi dari instansi terkait. Kebetulan semua sukses, karena kerjasama dari Pemerintah Pusat dan daerah secara administrasi sudah lengkap.’

Desak Hartati bersama keluarga
Desak Hartati bersama keluarga

Di Kupang, sebagai lokasi shoting terakhir, sudah mendapat ijin resmi dilengkapi dokumen yang dibutuhkan. Sehingga pada saat lebih dari 30 crew termasuk artis yang terlibat shoting berjalan sesuai rencana. Misalnya dari Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah memberi ijin sejak 16 Juni 2016 kepada produser asing Windfall Films dari Inggris  beralamat One Underwood Row London N17LZ.
Tim dari Inggeris yang berjumlah 32 orang (crew) untuk memproduksi fim atau video non cerita di Indonesia dengan judul Mutiny. Ya, jadwal shoting 1September 2016 sampai dengan 10 Oktober 2016. Kegiatan ini juga sudah mendapat ijin dari Mabes POLRI. Ijin dari Mabes POLRI memberi kewenangan kepada kami dari PT. Media Nusantara Film selaku Production Coordinator.
Tugas kami untuk menyiapkan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan terkait proses shoting film ini.Termasuk kemanan dan kenyamanan. Kami sudah koordinasi dengan Polda, Korem, Poliar dan Angkatan Laut dan Basarnas untuk mengamankan wilayah perairan Teluk Kupang, tempat shoting akhir film Mutiny.”
Desak, wanita super sibuk.Dalam misi yang membawa nama Indonesia, rela meninggalkan keluarga, suami dan ketiga anaknya berbulan-bulan. Tapi ini pekerjaan yang menantang karena membawa nama baik Indonesia. Saya senang bisa hadir di Kupang sehingga daerah ini dikenal di dunia internasional.
Sebagai energik, Desak yang hanya tamatan SMA mampu melakukan pekerjaan secara professional. Bisa berbahasa Inggeris secara fasih, bisa berkomunikasi dengan orang asing dari berbagai Negara dan mampu mengadaptasi dengan pemerintah dan masyarakat lokal. Isteri dari Dewa Made Putra mengaku sudah mengalami berbagai jenis pekerjaan. “Saya sudah pernah gelutih berbagai pekerjaan mulai jadi pembantu rumah tangga, bikin kue sampai kerja di asuransi dari periode 1998-2000. Sudah puluhan daerah yang sudah kami fasilitasi untuk kepentingan orang asing. Di Irian lebih dari lima tempat termasuk Raja Ampat. Kerja menjadi hobi saya dan dalam kerja saya mendapat restu suami dan anak-anak. Setiap hari kami saling komunikasi melalui telepon. Saya berpegang pada motto,” Hidup hanya sementara. Dalam waktu yang sementara ini,harus berkarya melayani banyak agar mendapat banyak pahala.”
Legenda Kapten William Blight asal Inggris
Diwartakan Harian Timex, ceritera petualangan Kapten William Blight yang sempat terdampar di Pantai Koepan (Sekerang Kelurahan Lai Lai Besi Koepan) tahun 1789 akan difilmkan kembali dalam bentuk dokumenter. Film dokumenter berjudul ‘Mutiny’ (Mutiny= Pemberontakan) akan digarap PT. Media Nusantara Films, Jungle Run Production bekerja sama dengan Windfall Films, UK, salah satu rumah produksi film asal Inggris. Menariknya, Pantai Koepan menjadi salah satu lokasi pengambilan gambar film tersebut. Dalam petualangan mengarungi samudra di abad 17, Kapten William pernah singgah di Kota Kupang (Pantai Koepan). “Ceritera ini sudah mendunia. Jungle Run bersama Windfall ingin mengembalikan lagi ceritera tersebut di Kota Kupang,” ujarnya kepada Tiomor Express di Lavalon Homestay, Minggu 18 September 2016.
Desak memperkirakan, seluruh crew yang terlibat langsung dalam pembuatan film dokumenter akan tiba di Pantai Koepan pada 24 September 2016. Sebab saat ini mereka sedang dalam pelayaran dari Australia. Sedangkan sang produser dari Inggris akan tiba di Kupang Selasa besok (20/9). “Setelah tiba, pembuatan film langsung dimulai. Kita jadwalkan dua hari sampai 25 September. Tanggal 26 September 2016, hanya ambil beberapa beauty shoot. Kemungkinan di pantai belakang Hotel Sotis,” jelasnya.
Untuk persiapan, Desak katakan, yang paling penting adalah mengenai keamanan. Sebab semua pemain yang terlibat dalam film tersebut adalah orang asing. Sehingga jalan menuju Pantai Koepan akan ditutup untuk sementara, ketika pengambilan gambar berlangsung. “Arealnya perlu di-clear-kan. Mungkin saya perlu koordinasi dengan Pak Edwin Lerrick untuk mengikutsertakan masyarakat lokal dalam penyambutan ketika mereka tiba di pantai Koepan,” katanya.
Sementara itu, pemerhati sejarah pariwisata, Edwin Lerrick, mengatakan, ceritera legenda petualangan Kapten William Blight telah difilmkan sebanyak tiga kali. Yakni di tahun 1935 (Mutiny on the Bounty), tahun 1962 (Mutiny on the Bounty) dan tahun 1984 (The Bounty). Namun dari tiga film tersebut, pengambilan gambarnya tidak pernah dilakukan di Pantai Koepan. Sekalipun ada adegan yang menggambarkan Kapten William singgah di Pantai Koepan. “Di film ketiga yang diperankan Mel Gibson ada kesalahan. Sebab dalam film tersebut, latar belakang Kota Kupang justru ada pegunungan yang tinggi. Kan tidak. Jadi sekarang filmnya dibuat di tempat bersejarah yang sesungguhnya,” katanya sembari mengisahkan sejarah petualangan Kapten William Blight.
Selanjutnya, anggota DPRD Kota Kupang, Nicky Uly mengatakan, pembuatan film dokumenter ‘Mutiny’ mengisahkan tentang perjalanan Kapten William ketika kapalnya bernama Bounty dirampas oleh anak buahnya. “Dengan menggunakan perahu terbuka, dia akhirnya tiba dengan selamat di Kota Kupang yang kala itu sudah ada pemerintah Kolonial Belanda. Ini merupakan perjalanan yang sangat sensasi dan tercatat dalam sejarah dunia,” jelas politisi Nasdem itu.
Pembuatan film dokumenter ‘Mutiny’, lanjut Nicky, mengangkat nama NTT khususnya Kota Kupang di dalam sejarah dunia. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah, baik Pemprov NTT dan Pemkot harus menyukseskan pembuatan film tersebut. “Apabila film ini berhasil dibuat, maka nama NTT dan Kota Kupang akan terangkat. Sejalan dengan itu, cita-cita pemerintah untuk menjadikan Provinsi NTT sebagai provinsi pariwisata akan dapat terwujud,” ungkapnya. ♦ wjr/timex