Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
Ka SMPK Frateran Ndao
“Jika Anda ingin berjalan lebih cepat, berjalanlah sendirian; jika Anda ingin berjalan lebih jauh, berjalanlah bersama orang lain”.
Setiap tanggal 25 Desember tiap tahun, umat Kristiani diseluruh dunia merayakan hari NATAL. Kata “NATAL” berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis (Hari Lahir). Dalam bahasa Inggris perayaan NATAL disebut Christmas, dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse (1038) atau Cristes-messe (1131), yang berarti Misa Kristus. Christmas biasa pula ditulis Χ’mas, suatu penyingkatan yang cocok dengan tradisi Kristen, karena huruf X dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Kristus atau dalam bahasa Yunani Chi–Rho. Sedangkan NATAL dalam bahasa Portugis yang berarti “kelahiran” adalah hari raya umat Kristiani
Dan tema Natal tahun 2022: “Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain” (Matius 2:12). Mereka yang dimaksudkan disini adalah orang orang majus dari Timur, atau dalam tradisi Eropa, mereka sering disebut para “Tiga Raja”, yang bernama Baltasar, Melkior dan Kaspar. Mengutip buku Kristologi tulisan Jonar Situmorang, Majus dalam bahasa Yunani disebut dengan “Magos”. Sedangkan dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi “Magi” artinya orang yang ahli dalam ilmu bintang dan ahli menafsirkan mimpi. Oleh karena itu, dengan keahliannya dalam bidang astrologi, orang Majus melihat bintang baru di langit dan datang untuk menemui bayi Yesus. Sebab, bintang tersebut dianggap sebagai tanda Yesus lahir untuk menjadi Raja dan Juruselamat manusia. Dan yang perlu digarisbawahi adalah Orang Majus dikenal sebagai imam, yang suci dan bijaksana. Dan menurut para penafsir Alkitab, umumnya meyakini bahwa para majus itu, berasal dari negara Babel atau Media-Persia, atau tepatnya Ur-Kasdim (Babilonia), yang kini dikenal dengan nama Irak.
Dan yang menarik adalah bahwa 3 orang raja dari timur ini, walau mereka adalah raja, namun mereka memiliki kerendahan hati untuk rela menempuh perjalanan jauh untuk sujud menyembah dan menghormati Sang raja diatas raja dalam diri Sang bayi Yesus. Dan mereka datang tidak hanya membawa tangan hampa, melainkan Emas: yang melambangkan bayi Yesus yang akan menjadi Raja Agung. Kemenyan melambangkan bayi Yesus yang akan menjadi Imam Agung. Mur melambangkan bayi Yesus yang kelak akan mati untuk menebus dosa manusia. Itulah makna persembahan, yang dibawakan oleh tiga raja dari timur, saat mengunjung bayi Yesus. Dan sesungguhnya kunjungan para majus ini, telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, melalui Bileam yang menubuatkan kedatangan Mesias yang akan ditandai oleh bintang: “Aku melihat Dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang Dia tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub; tongkat kerajaan timbul dari Israel….” (Bil 24:17), demikian juga Mzm 72:10-11, “… kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Sheba dan Seba menyampaikan upeti. Kiranya semua raja sujud menyembah kepada-Nya, dan segala bangsa menjadi hamba-Nya!” Pernyataan serupa juga dinubuatkan oleh Nabi Yesaya dalam Yes 60:6.
Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain
Seperti pepatah Ubuntu, Afrika: “Jika Anda ingin berjalan lebih cepat, berjalanlah sendirian; namun, jika Anda ingin berjalan lebih jauh, berjalanlah bersama orang lain”. Demikianlah tiga raja dari timur datang bersama – sama, menempuh perjalanan jauh. Bersama – sama menempuh perjalanan yang jauh memiliki makna bahwa dalam peziarahan hidup ini, kita tidak hanya berjuang untuk keselamatan diri kita sendiri, melainkan bersama dengan orang lain kita mencapai keselamatan, sebab kita diciptakan sebagai makhluk sosial. Itulah yang ditunjukkan oleh tiga raja dari timur, mereka rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk melihat, menghormati dan menyembah Yesus, Sang Raja diatas segala Raja, Dialah Raja Agung. Walalu orang majus itu adalah raja, namun mereka tahu diri bahwa mereka bukan siapa siapa dibandingkan dengan Yesus Sang Raja Agung, yang baru lahir itu. Oleh karena itu, mereka memiliki kerendahan hati untuk menghormati dan menyembah Yesus sebagai Raja Agung (homo homini socius). Dibandingkan dengan raja Herodes yang tidak punya hati untuk melihat, menghormati dan menyembah Yesus, sebagai Sang Raja Agung yang baru lahir. Malahan dia berusaha untuk mencari bukanya untuk menghormati dan menyembah Nya, melainkan untuk dibunuh dan dihabisi-Nya. Oleh karena itu, bagi Herodes, Yesus adalah musuh karena akan mengancam kedudukannya sebagai raja. Maka, tidak ada cara lain bagi Herodes, untuk orang yang mengancam posisinya selain dibunuh atau dihabisi (homo homini lupus). Dan sikap yang ditunjukan oleh Heodes adalah sebuah sikap arogansi sebagai raja. Hatinya telah dibutakan oleh ambisi dan arogansi, sehingga dia tidak mampu melihat sisi ke Allah – an dalam diri Yesus. Bahwa Yesus Sang Raja Agung bukanlah Raja duniawi, melainkan Raja Surgawi. Dengan demikian, tidak perlulah raja Herodes merasa cemas, gelisah dan kuatir, dengan munculnya Sang Raja Agung. Raja Herodes perlu belajar dari tiga raja dari timur, yang dengan segala kerendahan hati mau mengakui Yesus bukan hanya raja biasa, melainkan raja yang luar biasa. Kerendahan hati mereka ditunjukkan lewat menempuh perjalanan jauh, sembari membawa Emas, Kemenyan dan Mur sebagai rasa hormat dan sembah mereka kepada Yesus, Sang Raja Agung.
Dan sesaat setelah tiga raja dari Timur itu berjumpa dengan Yesus Sang Raja Agung, mereka pulang ke negerinya melalui jalan lain. Jalan lain itu, dapat dimaknai juga secara rohani – Spiritual, yakni bahwa setelah mereka bertemu dengan Yesus, Sang Raja Agung, hidup mereka telah berubah, mindset mereks juga berubah, mereka tidak lagi menjalani hidup dengan cara yang lama, melainkan dengan cara yang baru, menjadi manusia baru (new man). Dengan demikian, Natal bermakna mengajak kita umat kristiani untuk menemukan jalan baru, cara baru, inovasi dan kreasi baru dalam mewujudkan pribadi yang berkualitas secara intelektual, spiritual, emosional, dan sosial. Kita juga belajar dari tiga raja dari timur yang berjalan bersama-sama untuk mencari dan berjumpa dengan Yesus Sang Raja Agung, mengandung pesan untuk mengajak kita untuk berjalan bersama juga, dalam mencari dan menemukan kehendak Dia dalam hidup sehari hari.. Dan sebagai warga bangsa dan warga Gereja, meskipun kita berbeda agama, suku, golongan, budaya, kita mesti selalu berjalan bersama, layaknya tiga raja dari timur, yang tidak kenal lelah, walau menempuh perjalanan jauh, karena dalam perjalanan jauh itu pasti ada dialog, ada cerita yang bisa saling menguatkan dan meneguhkan. Dan hanya melalui dialog bersama, semua perbedaan, hambatan, tantangan dan masalah bisa diatasi. Dialog atau komunikasi adalah kata kunci dalam mengatasi berbagai perbedaan atau konflik, sekalipun itu dalam kebersamaan. Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah bahwa kelelahan tiga raja dari timur itu terbayarkan, ketika mereka berjumpa dengan Yesus Sang Raja Agung. Mereka bersukacita dan melupakan kelelahan nya. Dan sukacita adalah gambaran manusia baru, setelah berjumpa dengan Yesus, Sang Raja Agung.
Makna Tema Natal 2022 bagi kita
Bagi kita, makna tema natal: “Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain”, adalah bahwa peristiwa Natal harus membawa perubahan dalam hidup, dalam bersikap, dalam berperilaku, dalam bertutur kata dan dalam bertindak kita. Atau dengan singkat dapadikatakan bahwa Natal Yesus harus menjadi natal kita. Artinya memperingati kelahiran Yesus harus menjadikan kita lahir secara baru. Itu berarti pula manusia lama kita ditanggalkan, dan kita harus mengenakan manusia baru. Inilah makna dari pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain. Tiga raja dari timur pulang melalui jalan lain, dan bukan jalan yang sama, saat mereka telah berjumpa dengan Yesus, Sang Raja Agung mengandung rmakna bahwa perjumpaan dengan Yesus mesti harus menjadikan seseorang atau kita menjadi manusia baru, mesti membawa perubahan dalam mindset, mesti terjadi transformasi, mesti terjadi transfigurasi,. Jika, peristiwa NATAL, tidak menjadikan kita sebagai manusia baru, tidak membawa perubahan dalam cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata, cara bertindak dan cara berpikir kita, atau tidak adanya transformasi dan transfigurasi dalam diri kita, maka NATAL hanyalah sebuah ritus tanpa makna. Itu artinya tiga raja, mereka pulang ke negerinya melalui jalan lain, sedangkan kita tetap pada jalan yang sama. Yang berarti pula bahwa perjumpaan kita dengan Yesus, Sang Raja Agung melalui peristiwa NATAL tidak menjadikan kita manusia baru, tidak ada transformasi dan transfigurasi, melainkan kita tetap manusia lama. Jika demikian, maka makna NATAL, hanyalah acara ritus rutin tiap tahun. Itu artinya pula tema natal tahun ini hanya sekedar slogan tanpa makna bagi kita.
Padahal harapanya: NATAL harus bermakna bagi yang merayakannya, apalagi didukung dengan sebuah tema, agar kita yang merayakannya fokus, terarah, yang tersirat pada tema, yang muaranya adalah menjadikan kita manusia baru, yang diwujudkan lewat cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata dan cara bertindak kita yang berbeda dari sebelumnya. Akhirnya, melalui peristiwa NATAL, kita diharapkan dapat mengalami transformasi dan transfigurasi dalam diri dan hidup kita. Dengan demikian, maka NATAL Yesus, menjadi NATAL kita.
Selamat Pesta Natal 25 Desember 2022, dan Menyonsong Tahun Baru 1 Januari 2023.