ANGGOTA Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Winston Rondo menulis sebuah buku yang berjudul “Merah Putih Tergadai di Perbatasan”.
“Buku ini saya tulis bersama Jemmy Setiawan berdasarkan pengalaman empirik selama menjadi aktivis di lembaga swadaya masyarakat,” kata Winston Rondo dalam acara “Ngobrol Inspiratif Bareng Winston Rondo” di Kupang, Selasa.
Anggota Komisi V DPRD NTT itu menjelaskan buku setebal 293 halaman yang diterbitkan PT Elex Media Komputindo-Kompas Gramedia pada Oktober 2017 itu didedikasikan khusus untuk perempuan di perbatasan negara Indonesia-Timor Leste.
Ia memandang, masalah perbatasan negara menjadi isu yang sangat “seksi” karena memendam banyak persoalan krusial tentang lemahnya kehidupan sosial ekonomi warga hingga persoalan nasionalisme yang menurutnya melemah.
Berangkat dari pengalaman empirik dan beberapa kajian dari hasil diskusi semenjak menjadi aktivis di NGO, dia mengaku ingin memantik perhatian semua pihak terutama pemerintah untuk serius memperhatikan masalah perbatasan. Menurut Winston, sejatinya persoalan sosial ekonomi dan nasionalisme adalah persoalan anak bangsa bukan persoalan orang perorangan atau persoalan para pejabat saja.
Artinya agar kesadaran itu bukan sekadar mitos semata maka semua pihak terkait, lembaga, dan masyarakat harus terlibat dan bertanggung jawab.
“Untuk itu dengan hadirnya buku `Merah Putih Tergadai di Perbatasan` ini saya berharap dapat berkontribusi mendorong semangat warga bangsa untuk membangkitkan asa kaum muda Indonesia,” katanya.
Mantan Ketua GMKI Cabang Kupang itu mengaku penerbitan buku itu juga bertujuan untuk menggali kekayaan intelektual dan wawasan kebangsaan kaum muda sesuai dengan bidang karya dan ilmu yang didalami.
Dengan begitu generasi muda dapat memberi kontribusi bagi pembangunan bangsa serta membagikan dinamika kekayaan wawasan perjuangan idealisme dalam mengisi perjuangan para pendiri bangsa. Dia menjelaskan, dalam buku tersebut pembaca disuguhkan tentang masalah pangan di perbatasan, tentang celengan kekayaan rakyat dan mengakarkan rupiah. “Ada pula justifikasi tentang perbatasan akan menjadi pilar ekonomi sampai kenapa Merah Putih tergadai. Pada bagian ini diterangkan secara rinci mulai dari sisi ekonomi, `mindset`, sampai nasionalisme,” katanya.
Ia berharap, gelora gagasan anak muda yang dituangkan melalui buku itu dikelola dengan baik oleh para pemangku kepentingan, “Sehingga harapan kita bersama bahwa niscaya Indonesia bisa menjadi negara terhormat,” katanya.
Adapun kegiatan peluncuran dan pembedahan buku tersebut dilakukan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017 yang akan menghadirkan anggota DPR dan bupati sejumlah kabupaten di Pulau Timor yang berbatasan wilayah dengan Timor Leste. ♦ antarantt.com