Seruan moral para pemuka agama, kian dirindu masyarakat Nusa Tenggara Timur, menjelang pemilihan gubernur (Pilgub) NTT 27 Juni 2018.
Isu moral bak seperti Kacang Goreng, terus dimainkan para simpatisan, tim sukses, dan pendukung para kontestan. Di jalan, pasar, kampus, kantor dan ruang publik lainnya, ramai terdengar isu-isu yang bertujuan menjegal kandidat tertentu. Hal itu memantik respon Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) NTT, DR.Merry Kolimon.
Merry Kolimon, Rabu, 7 Februari 2018, mengatakan, di Pilgub ini, masyarakyat NTT tidak sedang memilih pemimpin yang sempurna. Tetapi paling kurang rakyat NTT memilih pemimpin yang mau belajar dari kesalahan dan juga keterbukaan.
“Dalam Pilgub, Kita tidak sedang memilih yang sempurna, tetapi kita memilih pemimpin yang mau belajar dari kesalahan, dan juga keterbukaan. Jangan tutupi perbuatan masa lalu dan menonjolkan diri tanpa cacat, itu juga munafik dalam proses ini,” ungkap Merry.
Ditempat yang berbeda, Mario Pay Tokoh Muda Oetete, Kota kupang menyayangkan kondisi politik NTT saat ini, yang tidak berada pada politik nilai tetapi lebih pada pragmatisme.
“Saya sungguh menyayangkan kondisi politik NTT hari ini. Tidak berada pada politik nilai tapi justru kepentingan politik pragmatisme yang sedang memasung nurani para elit untuk menggunakan berbagai cara merebut kekuasaan,” kata Mario.
Katanya, dirinya yakin bahwa pemuda NTT khususnya Oetete tidak sedikitpun terganggu lewat agitasi politik negative yang dimainkan pihak tertentu. Dan semua masyarakat NTT juga mengetahui siapa kandidat yang terbaik dan bisa membawa kepentingan seluruh rakyat NTT.
“Pemuda di wilayah ini, pemuda yang cerdas, dan tidak akan terjebak dengan gaya politik seperti itu. ♦ timorraya.co