“Caleg gangguan jiwa”

CALON Legisilatif atau Caleg 2019 harus berjuang keras jiwa dan raga, harta serta benda agar bisa menang. Jika pengorbanan membuahkan hasil, maka kursi panas bisa diraih, kehormatan dan kemuliaan bisa dinikmati. Berita media cetak, online, televisi dan media sosial menjadi rebutan untuk memperkenalkan diri. Dulu, ketika masih orang biasa, si Caleg tidak rajin masukan nama dan foto cantik atau ganteng di media terutama media sosial seperti face book, instagram atau twiter. Si Caleg bahkan rajin menyapa dengan kalimat rohani, atau sapaan manis. Ketika berjumpa sangat ramah, mengajak sekedar mengopi atau teh.
Jiwa si Caleg terjadi perubahan 180 derajat. Perilaku kurang lazim tentu saja demi jabatan dan kekuasaan serta uang berlimpah. Ya, Caleg terpaksa pertaruhkan harta pribadi karena minimnya pendanaan dari partai. Mendagri Tjahyo Kumolo pernah wacanahkan agar partai dibiayai Negara termasuk didalamnya membiayai Caleg. Namun parlemen menggagalkan rencana baik ini dengan berbagai alasan pembenaran.
Caleg, ya caleg. Berbagai cara dilakukan termasuk mendatangi dukun agar mencari cara atau solusi terbik agar bisa lolos. Ritual semacam ini masih terbilang ringan. Sebelum menjadi Caleg memang jarang rogoh sakunya dalam-dalam. Ketika resmi nama dan nomor urut sudah di cetak olej KPU, tak terelak, mau tidak mau harus mengeluarkan uang lebih banyak.
Resmi jadi caleg sangat pasti tidak berdiam diri. Harus rajin-rajin menemui rakyat sesuai jadwal yang dikeluarkan KPU. Rakyat zaman now sangat kritis. Setiap tamu baru yang datang harus membawa rezeki. Pepatah,” Tak ada makan siang gratis”. Serba uang. Bagi calek kaya raya tak masalah, karena tujuan menjadi caleg bukan untuk menambah kekayaan, tetapi berambisi menjadi penguasa dan atau tercatat dalam lembaran Negara, pernah menjadi gubernur atau menjadi anggota dewan perwakilan rakyat.
Saya membuat catatan ini, setelah membaca di media berjudul puluhan caleg di NTT tidak lolos karena gangguan jiwa sehingga dicoret dari daftar caleg. Dari awal proses sudah ada gangguan. Jiwa si caleg mulai terganggu kaetika digoda partai dalam rangka memenuhi peryaratan yang diminta undang-undang. Kekayaan harus didaftar dan yang pernah narapida korupsi, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual terhadap anak bawa umur. Jika ada indikasi ini, atau pernah memlakukan tindakan pidana pasti dicoret.
Sebagian caleg-caleg gagal itu kini dikabarkan menderita stress atau depresi lantaran kehilangan harta untuk biaya kampanye nanti. Seluruh keluarga besar berembug mengumpul uang juga meminta dukungan agar merayu rakyat memilihkan. Kawan, rehan atau sahabat ikut dihubungi sehingga meraup suara pada hari H nanti.
Setiap caleg punya alasan maju sebagai caleg. Tapi ketika secara ekonomi lemah maju menjadi caleg ini jadi persoalan. Alamat tidak jelas, tinggal di rumah kontrakan, pendidikan anak tidak jelas, apakah ini masuk akal menjadi caleg? Caleg, adalah manusia Indonesia yang sehat jiwanya, sehat keuangannya, juga sehat ceria anak dan istri. Yang sangat penting, punya basis dukungan yang jelas dan tegas.
Jika hal ini dipenuhi, dipastikan bisa terpilih. Jika tidak terpilih? Jiwa si caleg terganggu. Uang habis, utang membengkak yang harus dikembalikan. Pengalaman, ada caleg karena tidak terpilih jiwanya sakit, atau gila. Kalau gila, keluarga terganggu perjalanan hidup ikut terganggangu.
Yang sakit jiwa harus masuk rumah sakit jiwa. Maka,,, ribuan caleg sakit jiwa, harus ditangani secara medis. Siapla mental, jiwa dan raga agar jiwa tidak terganggu. Selamat dan sukses kepada para caleg yang tahan banting, walau sudah mengeluarkan banyak, walau punya banyak utang tetapi mental tetap stabil, keluarga nyaman. ♦