“Merdeka?”

17 Agustus 2018 Rakyat dan segenap bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-73. Bertanya,” Sudah aku dan kau” merdeka? Saya menjawab untuk aku pribadi,” Belum Merdeka”. Ya aku belum merdeka karena dijajah bangsaku sendiri. Siapa itu? Pejabat Negara atau yang saat ini disebut dengan istila ASN (Aparatur Sipil Negara), para politisi menjajah rakyat jelata dan termasuk aku ketika berurusan dengan oknum ASN. Tidak semua ASN terlibat dalam praktek KKN, atau Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Aku pribadi sebagai jurnalis mengalami. Dipersulit, jika tidak ‘diberi uang’. Ini fakta yang tidak dapat dibantah. Saya bisa buktikan. Padahal setiap lembaran terkait uang dipastikan potong pajak untuk membangun negeri ini lebih sejahtera. Praktek korupsi uang Negara yang dilakukan penyelenggara Negara sudah kelewat batas perikemanusiaan. Ini yang saya bilang, para korupsi adalah penindas rakyat jelata dari kota sampai ke desa.
Sudah sekian banyak pejabat Negara termasuk para lurah dijebloskan ke jeruji besi karena korupsi uang Negara. Tetapi tidak jerah. Sampai kapan kita merdeka? Entahla. Orang jujur seperti Jokowi an keluarganya berbuat jujur dan tidak KKN saja di caci maki, dihina dan cercaan macam-macam karena benci. Siapa yang membenci kalau bukan koruptot dan keluarganya. Mengapa benci, karena Jokowi dalam kepemimpinannya memberantas para koruptor.
Masih dalam nada tanya,” Mengapa keturunan Soeharto, Prabowo, dan sejumlah kelompok hitam membenci Jokowi? Mengapa, karena Jokowi sebagai Presiden RI membangun dengan hati yang tulus dari Sabang sampai Merauke. Jokwi membangun Sumatera, Papua, Kalimantan, ya seluruh Indonesia. Jalan di Papua sudah dibangun 4.00 Km, Bandara Internasional Merauke yang selama ini tidak dibangun oleh presiden-presiden lain termasuk SBY. Aku mencatat dari fakta lapangan, dari semua refrensi.
Mengapa Jokowi dibenci oleh kaum elit Jakarta yang berpangkat jenderal, profefsor atau doctor dan glamour dari kekayaan dinasti? Karena mereka tidak mau diganggu kemampanan mereka, kekayaan mereka tidak mau berkurang dan harus semakin kaya. Makanya sangat membenci Jokowi karena jujur, dan tulus membangun rakyat, membangun bangsa Indonesia.
Kini diantara para koruptor kakap diberi kesempatan Jokowi mendirikan partai. Rakyat Indonesia menyadari ini. Dan kini terbukti, paratai baru yang belum beranggota dewan di Senayan, bergabung dengan partai kiri, partai oposisi dalam rangka membangun kekuatan melawan dan merontokan langkah Jokowi. Silahkan membeca sendiri partai apa itu. Sedangkan partai baru yang jujur dan polos membangun Indonesia bergabung dengan partai koalisi Jokowi.
Inikah kemerdekaan kita yang sudah berusia 72 tahun pada 17 Agustus 2018? Kemerdekaan sesungguhnya ialah tidak ada koruptor di negeri ini, tidak ada kaum muda yang terjerumus dalam narkoba, AIDS yang meraja lela dan tidak ada keseombongan pada kaum elit. Merdeka sesungguhnya rakyat tidak hidupdalam tekanan kekurangan sandang, pangan dan papan.Mereka sebenarnya, rakyat tidak menjerit akibat anak cucunya tidak memiliki uang untuk biaaya melanjutkan studi, memiliki uang atau tabungan untuk biaya berobat. Merdeka sesungguhnya, para pejabat pengambil keputusan di Negara ini bijak sesuai buni UUD 1945 dan Pancasila.
Fakta saat ini, ribuan bahkan ratusan juta generasi penerus yang putus sekolah, tidak mendapat bangku sekola sehingga tak dapat meneruskan ke bangku SLTA. Ada bukti. Mereka menjerit, mengadu, namun mengadu ke siapa. Para pejabat pengambil keputusan ikut menonton, tidak mampu mencari solusi terbaik menolong rakyat. Inikah yang dinamakan Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-73?
Aku dan kau, kita rakyat Indonesia yang mayoritas masih dijajah oleh kaum minoritas, kaum koruptor, kaum yang haus akan kekuasaan.Drama di depan mata, ada pejabat penting, seperti Wakil Gubernur DKI mempertontonkan drama sangat buruk, buruk perilakunya. Pertama sudah berjanji di depan public Indonesia melalui siaran televisi bahwa akan setia bangun Jakarta sampai lima tahun. Sandy tidak setia. Moralnya busuk karena hanya berambisi menjadi Wapres bergandengan Prabowo selaku calon presiden. Bahkan Sandy dengan sengaja mencederai demokrasi dengan mengeluarkan uang Rp 1 Triliun agar bisa lolos jadi Cawapres.
Uang satu triliun sangat banyak, bisa membangun orang miskin, bangun jalan untuk rakyat di desa dan membangun sarana pendidikan maupun sekolah. Tetapi uang sebanyak itu hanya segelintir elit pratai di Jakarta untuk foya-foya demi ambisi kekuasaan. Inikah arti kemerdekaan? Elit yang tidak punya hati dan empaty. Mau jadi pejabat dengan cara membeli, bukan dengan cara yang demokratis, dipilih dengan hati rakyat sendiri. Pejabat yang dipilih rakyat adalah pejabat yang jujur dan tulus membangun rakyat. Bukan dengan cara kotor menghina kedaulatan rakyat. Dengan cara menginjak-injak harkat dan martabat rakyat demi tercapai ambisi pribadi dan kelompoknya. Rakyat harus berhati-hati. Biarlah miskin tetapi jangan pernah menggadai harga diri. Boleh mikisn harta namun janganla miskin hati yang jujur dan bersih. Ya aku dan kau harus terus berjuang tanpa putus asa demi memerdekaan diri dan keluarga dari belenggu penjajah saudara kita sendiri. Saudara kita si penjahat. ♦