TOPIK paling panas saat ini,” Setyo Novanto catut nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kala terkait pembangian keuntungan atau ingin mendapatkan pembagian saham dari proyek tambang terbesar di dunia Freport di Irian Jaya.” Dalam percakapan yang direkam dan sudah disebarluaskan media cetak, televisi maupun online dalam dan luar negeri, Setya Novanto dari daerah pemilihan NTT II, Sumba dan Timor selain minta saham 20 persen, juga omong serius mau beli pesawat jet pribadi, main golf dan kemewahan lain.
Setya Novanto dilitaniai punya banyak kasus korupsi, kolusi dan nepotisme atau KKN bahkan KPK pernah geledah ruang kerjanya tahun 2011, tetapi Setya Novanto tidak tersentuh hokum. Mengapa? Ya saya juga kurang tahu. Nasrudin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat bilang, Setya Novanto itu sinterklas.
Sinterklas itu suka bagi-bagi hadiah kepada orang yang membawa keberuntungan secara ekonomi dan kekuasaan. Mungkin juga benar, mungkin juga tidak. Faktanya, kasus terakhir yang seharus diadili Mahkamah Kehormatan Dewan atau MKD terkait perilaku Setya Novanto dan Fadlison, serta Fahri Hamzah bertemu calon Presiden Donald Trumph di Amerika beberapa waktu lalu sampai saat ini sirna tanpa bekas.
Pimpinan dan anggota MKD sebagian besar berasal dari Koalisi Merah Putih atau KMP. Masuk akal kalau MKD tidak sudi mengadili sesama rekan, apa lagi si rekan ini orangnya murah hati. Apa yang dikatakan budayawan bahwa sesame teman tidak mungkin saling mendahului. Saat ini, walau sudah dimarahi Jusuf Kala bahwa perbuatan Setya Novanto jelas salah dan membahayakan Negara ini di mata internasional, tapi Setnov aman-aman saja. Bahan Setnov menggalangkan dukungan dari KMP dibawa pimpinan bossnya Aburaizal Bakrie.
Prabowo anggota KMP pun memanggil semua petinggi KMP termasuk Amin Rais di kediamannya di Hambalang Bogor. Dengan suara bulat KMP menegaskan bahwa Setnov tidak bersalah, Setnov tidak catut nama Presiden dan Wakil Presiden RI. Senin 23 November 2015 MKD mulai bersidang. Masih pro kontra apakah terbuka atau tertutup. Kita lihat saja, karena catatan ini saya buat sudah harus di terbitkan.
Setnov dengan perbuatannya yang menyebabkan rakyat marah dan mendesak mundur oleh ratusan juta manusia Indonesia hanya satu contoh kecil perilaku pejabat Negara ini yang tidak punya urat malu. Sangat banyak, pejabat yang sikap dan punya tabiat buruk yang dalam menjalankan tugas 99 persen memperjuangkan nasib dan keuntungan pribadi bukan kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Rakyat Indonesia dari kota sampai ke pelosok tanah air dibiarkan hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan.
“Kemiskinan diproyekkan” oleh pejabat Negara di Indonesia. Saya dapat membuktikan, bias mendaftar mengapa rakyat Indonesia dibiarkan miskin. Rakyat miskin, cukup menikmati apa yang diberi pejabat saat Pemilu. Saat pemilu, si calon pejabat, eksekutif maupun legislative rajin turun ke tengah rakyat. Si pejabat membawa banyak ole-ole. Ada gula-gula berkantong-kantong, roti, biscuit dan uang. Ole-ole juga kelicikan di otaknya, kelicikan mengumbar janji-janji muluk. Rakyat miskin cukup terhibur dengan kehadiran para calon pejabat itu.
Rakyat desa yang miskin, termakan rayuan di pejabat dengan iming-iming uang sepuluh, duapuluh ribu. Terbesar mungkin limapuluh ribu rupiah. Si pejabat berjanji akan memajukan rakyat setempat dengan membangun jalan, jembatan, irigasi dan rumah murah serta pendidikan gratis. Dan ‘seribu janji’. Maka saat pemilihan tiba, rakyat memilih si pejabat yang telah memberi ole-ole tadi. Ketika sudah duduk di tahta, kursi empuk, gaji besar dan fasilitas mewah, dia lupa rakyat yang sudah memberi dia jabatan penting. Nanti lima tahun baru dia dating dengan ole-ole yang lebih banyak.
Si pejabat Negara yang dipilih rakyat,disebut dengan istilah petinggi Negara.
Ada petinggi jujur, tetapi ada petinggi korup, atau tukang curi, tukang catut seperti Setnov tadi. Bagi pejabat korup, uang dan harta berlimpah adalah tuhanku, saham malaykatku, rakyat adalah jongosku. Ini fakta. Jongos, ya hanyala jongos yang bertugas memberi kepuasan dan kemewahan bagi tuanya. Si tuan tidak boleh susah. Si jongos harus tau diri. Kalau sudah dikasi ole-ole ya harus tau kewajiban pada lima tahun nanti.
Situasi berulang dalam siklus lima tahun. Saat ini, rakyat di 296 Kabupaten Kota dan Propinsi sedang sibuk menerima tamu calon pejabat,calon bupati, walikota dan gubernur. Apakah rakyat akan menghadiahi tahta baru untuk si tuan? Sudah pasti, karena Indonesia ini sudah tua rencah, 70 tahun. Ketika usia muda, pejabatnya masih jujur, tetapi kantong kering, alias tak punya uang. Modal memimpin negeri atau daerah kala itu ialah modal semangat membangun dengan landasan kejujuran.
Saat ini, pejabat atau petinggi negeri ini, sudah tidak beretika. Mengapa, karena etika, sumpah dan janji ketika disumpah oleh kaum ulama dilanggar dengan sengaja. Walau dicaci maki rakyat, ia tak gentar karena si pejabat punya banyak uang.
Dengan uangnya dia bias sogok sana, sogok sini, sogok jaksa, sogok polisi, sogok hakim dan sogok siapa saja yang menentangnya. Rakyat jadi tumbal para pejabat. Kemiskinan dibiarkan langgeng, karena rakyat miskin akan dating si malekat penolong. Si malekat penolong bukan menolong dengan cara memberi kail agar rakyat miskin bias memancang, tetapi si malekat hanya memberi rakyat miskin sepotong ikan teri asin,selembaran uang lima ribu rupiah paling tinggi duapuluh ribu rupiah.
Rakyat tidak bisa omong besar, karena proyek kemiskinan sudah bagian dari kemiskinannya. Petani ramai-ramai mendaftar diri di Ketua RT atau Ketua Lingkungan sebagai keluarga miskin supaya dapat beras raskin yang diimpor dari Vietnam, Thailan atau Tiongkok.Raskin yang sudah dicampur bahan pengawet namaya klorin dikonsumsi rakyat miskin. Maka lengkapla si derita si miskin ini. Sudah konsumsi beras raskin dengan bahan pengawet berbahaya, suatu waktu, rakyat miskin terkena kanker.
Sat klorin merusak saraf halus tubuh manusia. Mengapa beras diawetkan dengan zat klorin agar sampai di konsumen tetap awet dan kelihatan tetap segar tidak dimakan kutu.
Ya segini dulu, inspirasi usai Gereja Minggu 22 November 2015, Hari Pesta Kristus Raja, Raja Semesta Alam, Raja Surga dan Dunia. Sampai kapan ya kondisi di negeri yang kaya sumber daya alam ini. Padahal usiamu sudah tujuhpuluh tahun lebih. ♦