Dagang Manusia

PELAKU perdagangan manusia atau human trafficking adalah penjahat kelas kakap, tidak berperikemanusiaan. Warta soal perdagangan manusia dari dulu sampai sekarang belum juga terselesaikan. Entah mengapa, manusia mau menjual diri dengan harga sangat murah terhina.
Pertanyaan kritis, wajarkah manusia diperjualbelikan seperti jual beli komoditas, atau hewan? Saya bertanya, saya juga menjawab. Saya harus mengutuk bahwa pelaku perdagangan manusia adalah penjahat kemanusiaan yang harus dihukum mati. Perbuatan pelaku perdagangan manusia sangat keji.
Manusia beda dengan hewan. Tetapi manusia terutama wanita mau didagangkan?
Apalagi dijual dengan harga sangat mahal, lalu si manusia yang didagangkan harus hidup menderita, harus menerima perlakukan biadab majikan, harus menyerahkan kehormatan diperkosa majikan, harus mati karena dibunuh majikan, harus menerima kenyataan jika hamil. Ini peristiwa terburuk dalam kehidupan manusia.
Manusia yang terlibat dalam jual beli manusia khususnya wanita berubah menjadi cara berpikir seperti binatang yaitu insting. Tukang dagang manusia hanya mementingkan dirinya. Dia tidak perduli bahwa perbuatannya tidak terpuji. Pertanyaan lanjutan, mengapa kasus jual beli manusia tidak juga terselesaikan dari waktu ke waktu? Mengapa?
Pertama, pemerintah setempat tidak perduli terhadap masalah ini.Yang terpenting si pejabat mulai dari tingkat RT sampai kepala desa, kelurahan, camat dan bupati mendapat uang. Yang saya maksudkan uang di sini ialah uang haram. Saya harus menggunakan kata diduga mendapat uang dari para pegang manusia supaya mulus aksi biadabnya. Pejabat setempat sudah tidak peduli, dengan rakyatnya yang hidup dalam kemiskinan. Pejabat setempat tidak peduli, rakyatnya hari ini makan atau tidak, pejabat tidak peduli dengan rakyatnya yang sakit dan tidak mampu menebus obat di Puskesmas atau rumah sakit. Pejabat setempat bersikap masa bodoh, dengan warganya yang masih berusia sekolah bisa melajutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau melanjutkan pendidikan.
Ini fakta yang tak bisa dibantah. BPS merilis bahwa angka pengangguran sampai dengan 2016 ini, hanya sekitar 7 jutaan adalah bohong besar. Kemiskinan menyebabkan rakyat tak berdaya. Kemiskinan membuka peluang bagi penjahat termasuk para politisi untuk mendapatkan jabatan dan fasilitas mewah termasuk para calon kepala daerah, bupati atau walikota.
Ada calon kepala daerah, saat proses pencalonan membodohi rakyat dengan memberi gula-gula, ada yang memasang wifi gratis, kopi gratis dan t-shirt gratis.Ini cara-cara yang membodohi rakyat, ini cara-cara untuk memiskinkan rakyat. Dan peristiwa seperti ini bukan rahasia umum. Jangan percaya dan jangan pilih calon kepala daerah, atau calon anggota dewan yang dalam kampanye dengan cara-cara picik.
Si calon pejabat atau legislative harus melakukan system kampanye yang produktif yang punya manfaat ekonomi untuk rakyat,seperti bangun infrastruktur, jalan, jembatan atau jaringan air agar dapat dirasakan rakyat,hari ini dan esok. Terjadi jual beli manusia oleh manusia bejad bisa terjadi karena manusia yang mau dijual sedang hidup dalam lilitan kemiskinan.
Manusia yang didagangkan dirinya, sudah tak berdaya. Tidak ada yang peduli, silahkan mau buat apa saja. Cara paling mudah ialah menerima tawaran calo manusia. Si calo dengan akal busuknya merayu manusia yang sedang tidak berdaya. Sekiranya rakyat tidak miskin, sangat pasti tidak mau menjual dirinya. Sekiranya pemerintah mampu menyiapkan lapangan kerja, pasti tidak terjadi jual beli manusia secara tidak manusiawi.
Sekiranya pemerintah atau segenap pejabat di Indonesia punya kepedulian terhadap rakyat miskin, sangat dipastikan tidak terjadi jual beli manusia.
Sekiranya moral pejabat, moral aparat keamanan tidak tergoda harta yang hanya sesaat, dipastikan tidak terjadi jual beli manusia dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Terjadi tindakan kejahatan hanya karena terjadi degradasi moral. Kemerosotan moral sudah pada titik nadir. Rakyat juga dibodohi pemerintah, dengan membagi beras miskin atau raskin. Rakyat tidak lagi diberi kail untuk mendapatkan ikan tetapi diberi sepotong ikan yang sudah digoreng, sehingga rakyat miskin tidak berpikir keras bagaimana mendapatkan ikan, bagaimana cara menggoreng ikan dan cara menanak nasi.
Aparat keamanan pun imannya lemah, tidak mampu menepis atau menolak godaan beberapa lembaran uang. Sedih, tetapi peristiwa ini dan peristiwa kejahatan lainnya masih langgeng. Tak terhitung, berapa nyawa akibat perdagangan manusia. ♦