Ini kabar berita bagi Pemerintah dan Masyarakat Nusa Tenggara Timur. Kabar itu ialah, kain tenun ikat NTT bisa diproduksi dalam jumlah besar namun bermutu dan meningkatkan keahlian dan taraf hidup penenun pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Tohap M. Marbun SE seorang bankir pengalaman dua tahun lalu berinisiatif menghadirkan system baru bidang tenun ikan. Marbun, demikian ia disapa, mengadopsi system tenun Trosi Jepara Jawa Tengah. Troso Jepara Kecmatan Pecangaan dikenal sebagai perkampungun tenun ikat secara masal dan menjadi industeri rumah tangga.
Cara menenun kain tenut ikat ala Troso,Marbun adopsi ke NTT. “ Biar system produksinya sama dengan di Troso. Sejak dua tahun lalu saya mencoba fasilitasi dengan membawa Muslimim pemuda yang punya keahlian menenun ke Kupang. Muslimin menjadi tenaga instruktur sekaligus menjadi pelatih kaum ibu atau siapa saja yang punya minat bidang menenun. Muslimin juga ahli membuat ala tenun bukan bukan mesin atau ATBM,” jelas Marbun.
Di uraikan Marbun, pelatih mengajar cara menenun dengan ATM sampai yang dilatih pandai menenun kain tenun NTT motif apa saja. Yang berminat silahkan datang ke Tarus dan dilatih tanpa dibayar atau gratis.
Tujuan Marbun sangat mulia dan mampu meningkat taraf hidup masyarakat NTT khusus dari hasil menenun. Yang unik dari cara yang diterapkan, jelas Marbun, yang sudah bisa menenun, bisa membawa alat tenun ke rumahnya.
Jadi bisa bekerja di rumah. Semua fasilitas tenun termasuk benang, pewarna di siapkan Marbun. Penenun hanya tenaga dan waktu. Bahkan, kata Marbun, penenun bisa menghasilkan uang kontan setelah selembar kain tenun selesai.
Setiap lembar kain yang ditenun, kata Marbun, langsung dibayar Rp 40.000. Dalam sehari, jika penenun rajin dan teliti bisa menenun dua bahkan sampai tiga lembar kain tenun. Dapat dibayangkan, jika sehari bisa menghasilkan tiga lembar kain, maka pendapatan yang diperoleh Rp 120.000.-
Ide menghadirkan tenun ikan tradisional NTT dengan cara Troso perlu mendapat dukungan Pemda dan masyarakat NTT. Dalam rangka mewujudkan cita-cita ini, Marbun mengaku harus berkoban moral dan materi. Moral yang harus ditanggung seorang Marbun ialah jika usaha yang berlian ini tidak terwujud dan tidak dirasakan langsung masyarakat NTT. “ Ini sebuah lapangan baru yang menghasilkan, tetapi juga mengharumkan nama NTT dan motif tenun NTT keluar daerah. Sampai saat ini baru 10 KK yang sudah bergabung dengan system baru ini,” jelas Muslimin kepada EXPO NTT di kampung industeri tenun di Tarus Selasa 2 Desember 2014.
Merbun berpendapat,” Pihaknya, mampu menciptakan sistm bertenun dalam skala besar. Hal ini bisa terwujud jika kaum ibu, puteri maupun putera bersedia dilatih cara menenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Bisa diproduksi dalam skala besar. Pertama masyarakat yang berminat akan dilatih gratis sampai mampu, sampai ahli cara menenun menggunakan ATBM. Kedua benang ditanggung termasuk pewarna. Setelah ahli, pasti punya pendapatan tetap dan pasti. Kedua, bisa kerja kapan saja, dan bisa dilakukan di rumah. Mesin ATBM-nya bisa dibawa kerumah.”
Sumber daya alam dan sumber daya manusia ada.Itu sebabnya, selain mempelopori system tenun ikat dengan system Troso Jepara, Marbun juga mempelopori usaha pengolahan batu menjadi barang yang mahal dan unik. Batu karang yang bertebaran di berbagai tempat bisa dibuat oleh tangan terampil menjadi batu yang indah dan licin untuk asesoris dinding rumah atau lantai. “Saya mempelopori ini, karena di NTT memiliki berbagai jenis batu yang bisa di olah menjadi barang yang sangat indah. Bisa digunakan untuk dinding rumah dan lantai. Berbagi jenis dan berbagai ukuran disesuaikan dengan selera konsumen. Marbun sudah merogoh kocek cukup besar untuk pengadaan mesin gurinda dan gergaji pengelolaan batu. Semua bisa dilihat langsung di tempat produksi di Tarus. Saya bercita-cita menjadikan salah satu sudut Tarus menjadi perkampungan tenun dan pusat pengelolaan batu menjadi barang antik.”
Adakah orang NTT dari Flores, Sumba, Alor, Kupang dan Rote atau Sabu yang sedang nganggur tetapi bersedia dilatih menjadi penenun professional dan pengelola batu menjadi barang antik dan unik? Silahkan datang ke Tarus, atau ke rumah pamer (show room) di depan Hyper Mart Bundaran PU Kupang pada jam kerja.
Desa Troso
Desa Troso Kecamatan Pecangaan Jepara Jawa Tengah adalah sentra kerajinan Tenun Ikat dan merupakan produk unggulan Kabupaten Jepara setelah industri mebel. Desa ini terletak sekitar 15 Km arah Tenggara Kota Jepara. Banyaknya pengerajin yang berkebang saat ini mennjadikan Troso semakin dikenal luas sebagai clastre home industry kain ATBM (alat tenun bujkan mesin). Sesuai dengan perkembangan pasar, permintaan terhadap produk Tenun Ikat Troso pun semakin berkembang mengikuti permintaan konsumen. Motif khas yang bernuansa etnis, tradisional, klasik, dan unik pun masih dipertahankan disamping motif kontemporer modern dari seluruh Indonesia termasuk semua motif tenun ikat NTT ada di Troso Pecangaan. Produk yang dihasilkan antara lain Kain Sutra, Sajadah, Bed Cover, Blangket, Sarung, Kain, Mersis (bahan Baju dan Rok), Place met, Taplak Meja dan produk-produk menarik lainnya.
Setelah serangkaian pameran yang disertai upaya peningkatan kualitas sesuai dengan permintaan pasar, industri ini semakin dikenal, bukan saja didalam negeri tetapi telah mulai menyibak pintu pasar internasional.
Hal ini, menurut Marbun sudah bisa dilaksanakan di NTT. Selain pelatihnya sudah ada, juga yang berminat bisa membeli alat tenun bukan mesin yang sama persis di Troso Jepara. Sistemnya juga lebih mudah dan tidak rumit seperti dilakukan penenun NTT dimana menghasilkan selembar kain tenun memakan waktu lama. Dengan ATBM ala Jepara, produksi tenun lebih banyak dan sangat sistematis.