SEBUAH Negara maju, karena kepala negaranya hebat, punya tekad dari nurani jujur. Berjuang mati-matian agar negaranya maju, rakyatnya sejahtera dan membangun infrastruktur sehingga rakyat mengalami kemudahan dalam akses. Halnya kepala daerah, gubernur, bupati atau walikota di Indonesia. Kepala daerah mesti malu, kalau daerahnya tertinggal, malu kalau rakyatnya hidup dalam belenggu kemiskinan dan kemelaratan. Malu kalau rakyatnya mengalami kesulitan dalam akses karena kondisi jalan yang rusak puluhan tahun tak diperhatikan pemerintah lokal.
Catatan ini terinspirasi ketika pekan lalu bersama dua teman wartawan mengunjungi Propinsi Papua.Dalam benak saya, Jayapura, ibukota Propinsi Papua kota yang tidak maju dan pasti tidak semaju Kota Kupang. Yang saya pikirkan dan bayangkan itu, salah besar. Jayapura adalah kota modern dan maju. Masih dibenak ini, ah, Bandara Sentani pasti kurang bagus, pasti kalah dengan Bandara El Tari di Kota Kupang ibukota propinsi NTT.
Lagi-lagi yang saya pikirkan ini salah besar. Ketika pagi itu, Jumat 22 September 2016 pesawat Lion Air mendarat, Bandara Sentani sangat berbeda jauh dengan Bandara El Tari di Kupang. Kalau Bandara El Tari Kupang semrawut, pelayanannya kurang bagus, serta sarana dan fasilitas yang tidak memadai, beda dengan Bandara Sentani yang terkesan megah, modern sama halnya Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta atau Juanda di Surabaya. Ini fakta, sekali lagi fakta.
Kalau di Bandara El Tari penumpang pesawat turun dari pesawat dan harus berjalan kaki dengan susahpaya sambil bawa barang, sangat berbeda dengan Bandara Sentani. Penumpang merasa nyaman. Begitu keluar dari pintu pesawat penumpang langsung menuju ruang kedatangan langsung menuju pintu Garbarata. Nyaman dialami penumpang jika mendarat atau hendak menuju pesawat di Bandara Sentani. Saya harus berkata jujur bahwa NTT jauh tertinggal dalam segala hal dibandingkan dengan Propinsi Papua yang saya kunjungi.
Di Kupang, penumpang hendak menuju bandara atau sebaliknya, di kiri kanan jalan disuguhi pemandangan padang belantara dan rerumputan kering di musim panas dan hijau di musim hujan. Penumpang yang hendak ke Jayapura, kesan pertama yang dirasakan penumpang ialah kenyamanan, bathin terasa nyaman dan senang. Betapa tidak, pagi itu, penumpang disuguhi pemandangan keindahan Danau Sentati dengan rumah-rumah di tepi danau, nelayan yang sedang memancing.
Saat turun, penumpang juga diberi rasa nyaman, tidak perlu turun menginjak aspal, tetapi langsung berjalan menuju ruang pengambilan begasi dan langsung keluar. Di Bandara Sentani, penumpang tidak perlu susa-susah menuju mobil. Banyak sopir taksi yang menawarkan jasa, persis di lobi keluar. DI El Tari Kupang, kecuali penumpang VIP yang mengalami kemudahan. Sedang penumpang kebanyakan, harus menyeberang untuk mendapatkan mobil. Terlau jauh. Sistem pelayanan di Bandara Sentani sangat lebih bagus di banding pelayanan di Bandara El Tari Kupang. Sangat jauh dalam segala hal.
Keluar dari Bandara, penumpang disuguhi pemandangan pegunungan di bagian kiri, dan dibagian kanan Danau Sentani. Penumpang baru harus beberapa kali berhenti untuk pose dengan latar Danau Sentani. Pembangunan kota mulai dari Kota Raja, Abepura sampai Kota Jayapura sudah sangat maju. Bangunan bertingkat dengan sejumlah pasar modern, mall dan super market berdiri kukuh di sisi kanan jalan.
Kalau di Kupang pasar modern atau super market seperti Lipo Grup, Hyper Mart baru hadir dua tahun silam, di Kota Jayapura termasuk ibukota Kabupaten Abepura, sudah hadir lebih dari sepuluh tahun lalu. Sarana dan fasilitas modern sudah sejak lama hadir di Jayapura dan sekitarnya. Bahkan sedang dibangun jalan layang laut menghubungi Aberapura-Jayapura. Sayahanya bisa berdetak kagum.Kapan ya NTT khususnya ibukota NTT Kota Kupang bisa maju seperti Jayapura ya?
Pola pikira saya yang semula Jayapura bukan kota maju dan bukan kota modern kini sirna sudah. Kesan saya, kota Kupang belum kota modern, walauberstatus ibukota propinsi.
Lalu, bagaimana pemerintah Papua bisa membangun kota modern sejak lama. Ada macam cara untuk mendapat perhatian pemerintah pusat. Apakah dengan cara mengirimkan proposal sambil berdesar melalui demo OPM atau organisasi lain sehingga pemerintah pusat menjadi Propinsi Papua dan Papua berstatus otonomi khusus atau Otsus. Dengan berbagai cara orang Papu mampu menggugah perhatian pemrintah secara khusus dengan mengucurkan dana triliunan rupiah. Tahun 2016 ini misalnya, kedua propinsi in mendapat alokasi dana senilai Rp 106 Triliun.
Kapan pimpinan di NTT membuat gerakan-gerakan agak keras menekan pemerintah pusat agar daerah ini maju. Kota Kupang seharusnya lebih maju dari Jayapura karena diapit dua Negara tetangga Timor Leste dan Australia. Tidak kelompok penekan seperti LSM atau organisasi yang melakukan demo supaya NTT menjadi perhatian pemerintah pusat.
Nusa Tenggara Timu atau NTT adalah salah satu propinsi di Indonesia. Rakyat NTT juga punya hak mendapat pelayanan Negara agar bisa sejahtera. Dalam mendapatkan, bukan dengan berdoa saja supaya Tuhan menolong atau dikenal dengan NTT atau Nanti Tuhan Tolong. Pejabat di NTT terlalu loyo, puas mengalami apa yang ada. Puas menyaksikan rakyat yang masih bergelut dengan kemiskinan dan kemelaratan. Puas menyaksikan rakyat yang harus bersusahpaya karena sulitnya akses jalan. Jalan sudah berubah jadi kubang seperti jalan propinsi ruas Bajawa – Riung yang sejak 1996 belum juga diperbaiki secara keseluruhan sampai saat ini. Hanya diperbaiki beberapa tempat. Ruas jalan sepanjang 65 Km butuh 65 tahun baru jadi jalan mulus? Silahkan Kadis PU NTT cek kebenaran di lapangan.
NTT, Nanti Tuhan Tolong. Stigma miskin belum juga lenyap walau acara kali Gubernur Frans Lebu Raya imbau agar jangan omong lagi bahwa NTT tertinggal, NTT miskin. Kapan terjadi perubahan?. ♦
Nanti Tuhan Tolong, NTT
