AMIN Rais bukan tokoh nasionalis. Tindakan dan perbuatannya menghina Ahok bahkan menjadi otak dibalik aksi anti Kristen selama ini, sangat memalukan. Saya harus tegaskan bahwa moral Amin Rais yang pernah Ketua MPR, Ketua Umum Muhamadya dan mengaku tokoh reformasi, harus dibatalkan. Hati ini tergelitik berita Group Qasidah Masdjid Nurulsalam Wangatoa-Lembata-NTT.
Grup ini terdiri dari orang muslim. Mereka orang desa, jauh dari pengaruh globalisasi, tetapi mereka punya nurani. Grup ini, sadar, bahwa mereka hidup dibawah naungan Pancasila dan UUD 1945. Mereka hebat, punya moral yang sangat baik, bukan seperti Amin Rais yang menghujat dan menghina Ahok, Gubernur DKI. Saya sendiri malu dan miris menyaksikan perilaku Amin Rais yang ditayangkan di televisi.
Amin Rais seharusnya sadar, suatu waktu ada sekelompok warga muslim berepakaian adat Jawa yang datang ke rumahnya dan membuat acara adat Jawa agar jangan lagi berbuat ulah mengganggu kenyamanan negeri ini. Bukan sadar, tetapi ulahnya kian menjadi.Bukan perbuatan kebijakan, tetapi tindakan jahat yang merusak dan mencederai hati dan perasaan umat nasrani di Indonesia.
Amin Rais dan tokoh muslim berkarakter ekstrim kiri anti kristiani, saya ajak membaca berita berikut,” Dalam perayaan Iman Katolik yakni Penerimaan Sakramen Kerisma/Sakramen Penguatan oleh Uskup Larantuka Mgr. Frans Kopong Kung, Pr. di Gereja Paroki Kristus Raja Wangatoa Lembata 2 Oktober 2016, merupakan bukti dan simbol kebersamaan di tengah gejolak sentimen keagamaan di Indonesia yang ditandai dengan berbagai bentuk kekerasan dan kekejaman.
Betapa tidak, hadirnya group qasidah dalam Perayaan Iman Katolik ini, telah memberi corak tersendiri akan kebersamaan hidup berdampingan satu sama lain antar umat beragama. Group qasidah dan sejumlah tokoh umat muslim serta Gereja Bethel Wangatoa (Protestan) hadir meramaikan perayaan ini atas undangan Panitia Kerisma dan Pemberkatan Gereja Kristus Raja Wangatoa.
Sabtu 1 Oktober 2016 sehari sebelum puncak perayaan, tokoh agama Islam mengambil bagian dalam prosesi penjemputan Uskup Kopong Kung, dimana Ibu Hj. Manzur yang didampingi Hj. Manzur Masan Purab selaku alim ulama, memberikan pengalungan selendang kepada uskup.
Selanjutnya, di acara resepsi kebersamaan setelah memberikan Sakramen Kerisma kepada sekitar 560-an orang Kerismar (penerima Sakramen Kerisma) Paroki Kristus Raja Wangatoa, Group qasidah Masdjid Nurulsalam Wangatoa menampilkan kebolehannya di atas panggung. Sedikitnya dua acara berupa lagu dan tarian qasidah yang dibawahkan oleh sekitar 11 qasidar dari group qasidah Masdjid Nurulsalam Wangatoa-Lembata-NTT, telah memberi warna tersendiri.
Mgr Fransiskus Kopong Kung, Pr dalam sambutannya menegaskan bahwa, Gereja Katolik menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan beragama. Karena itu, hidup dalam kebersamaan dan saling toleransi dengan sesama umat agama lain adalah spirit dalam hukum Cinta Kasih. Untuk itu, lanjut Kung, “Pembangunan Gereja Kristus Raja Wangatoa yang juga diresmikan hari ini, bukan karena dilihat dari sisi fisiknya tetapi ada nilai pewartaan, pengorbanan dalam kekudusan, cinta kasih dan saling menolong. Untuk itulah, maka di dalam ruang gereja ada Altar sebagai simbol pengorbanan, ada Tabernakel sebagai simbol Kekudusan dan ada Mimbar Sabda sebagai simbol pewartaan dan cinta kasih.”
Di kampungku, Riung perayaan keagamaan baik katolik maupun muslim menjadi tanggungjawab bersama. Di saat umat muslim menjalani proses agama, kaum muda katolik yang ambil peran. Menjaga kenyamanan sekeliling kampung. DI saat umat nasrani, khususnya katolik umat muslim yang menjadi panitia, pemuda muslim berpakaian lengkap menjaga peraan paskah dan peraan natal.
Persitiwa seperti ini sudah menjadi tradisi sejak zaman dulu.
Juga di Kota Kupang, kota yang penduduknya mayoritas Kristen pun sama. Walikota Kupang Jonas Salean mendapat penghargaan dari Pemerintah Pusat karena mengedepankan toleransi antar umat beragama. Bahkan Jonas hadir bersama sejumlah bupati dan tokoh nasional dalam program Mata Najawa Metro TV. Tetapi mengapa masih ada tokoh muslim, mantan Ketua Muhamadya mencabik-cabik kerukunan antar umat Bergama dengan berteriak anti Ahok.
Amin Rais, anda seorang profesol, cendekiawan Muslim, pahamkah bahwa Indonesia punya Pancasila dan UUD 1945 yang memayungi kehidupan manusia Indonesia? Apakah Amin Rais tidak bisa atau buta sehingga tidak bisa membaca butir-butir Pansila dan UUD 1945? ♦