Suasana mencekam 4-25 November 2016

Wens John Rumung

SUASANA mencekam dan menakutkan masyarakat Indonesia Jumat 4 November 2016 sejak pukul 18.00 sampai dengan jam 04.00 pagi. Pendemo yang semula damai berubah menjadi tragis,manusia yang tadinya ramah berubah menjadi manusia berwatak setan yang dengan sigap siap membunuh Ahok di rumah pribadinya di Muara Karang. Puncak dari semua rencana jahat dan menebar kebencian, sosok Ahok yang jujur, tidak korupsi dan melayani masyarakat dengan hati yang tulus harus di korbankan. Bareskrim Mabes POLRI menetapkan Ahok sebagai tersangka dalam gelar rapat tertutup dan terbuka terbatas pada pada Selasa 15 November 2016.
Yang tidak bersalah disalahkan dan kesan sangat kuat yang dipertontonkan, demo menjadi hukum tertinggi mengalahkan undang-undang. Demo umat muslim dan kaum yang mengaku alim ulama lebih tinggi dari UUD 1945 dan Pancasila. POLRI, dan institusi hukum harus tunduk dan patuh pada titah demo, agar Ahok diadili dan penjara walau tidak bersalah.
Inila arogansi umat muslim, penduduk mayoritas di Indonesia menindas kaum minoritas (Kristen). Fakta tak dapat dibantah. Setelah AHok sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dicekal tidak boleh keluar negeri, masih ada rencana demo lanjutan yang sama pada Jumat 25 November 2016? Kalau demo 4 November 2016 untuk adili Ahok, lantas demo 25 November 2016 tujuannya untuk apa? Apakah demo lanjutan dalam rangka memisahkan, disintegrasi dalam rangka Indonesia dipecah menjadi beberapa Negara? Kita menanti sampai 25 November 2016. Saya merasa bahwa kaum mayoritas di Indonesia sedang menindas kaum minoritas.
Suasana pasca demo 4 November 2016, kian mencekam. Masyarakat Indonesia tidak nyaman, karena ancaman demi ancaman, adu domba, perang mulut dengan kata-kata kasar dan kebencian antara umat muslim dan Kristen terasa kian pertajam melalui media sosial. Suasana semakin mencekam, setelah SBY mantan Presiden RI berpidato 2 November 2016. Demo SBY bernada provokator. Akibat pidatonya, SBY di sindir, dicaci maki nitizen di media sosia. PB HMI melaporkan SBY ke Mabes POLRI.
Saya tak habis pikir, SBY yang tadinya sopan dan sejuk dalam berpidato, mengapa jadi bringas? Apakah karena ada ambisi besar agar puteranya Agusterpilih dalam Pilkada DKI 15 Februari 2017? SBY seperti diberitakan di media sosial, juga membayar MUI agar MUI mengeluarkan fatwah bahwa Ahok benar menista agama islam pada kunnjungannya ke Pulau Seribu 27 September 2016. Ataukah SBY panik kalau-kalau aparat segera memprosesnya dalam berbagai kasus korupsi, seperti Hambalang, kasus Bank Century, kini kian terjepit setelah Antasari keluar dari bui dan akan membuka ke publik dalang pembunuhan. Antasari sudah biacara di depan media dan rakyat mulai mengerti dan memahami, siapa gerangan SBY kini.
Suasana bathin rakyat Indonesia sedang tidak nyaman menjelang perayaan Natal 25 Desember 2016 bagi kaum kristiani di dunia. Sesama elit islam yang menamakan jati diri sebagai alim ulama yang seharusnya memberi kesejukan, menyadari umat agar jangan berbuat dosa. Mengenakan jubbah putih, topi putih, namun menebar fitnah, menebar kalimat adu domba melalui media sosial. Kalimat yang dikeluarkan dari mulit alim ulama yang seharusnya menggunakan bahasa kasih berubah mengumbar kalimat setan, bahasa perpecahan.Bahkan Ahmad Dhani, berteriak Presiden Jokowi dengan kata anjing dan babi.
Ucapan, para alim ulama tidak lagi sejuk, tetapi mengucapkan kata-kata kotor dan kasar. Alim ulama sedang lupa atau tidak sadar, bahwa ketika kaum Kristen di tindas, pasti umat Kristen di dunia ini ikut tersinggung, sakit hati. Kebencian umat muslim dalam tanda kutip dipertegas dengan bom molotof di gereja ekumen di Samarinda Minggu 13 November 2016. Bom gereja menewaskan anak kecil tak berdosa. Sungguh kejam dan jahat. Apakah pemboman gereja tidak termasuk menista?
Jelang demo 25 November 2016, rakyat Jakarta tidak nyaman. Rakyat Indonesia sedang was-was apa yang terjadi 25 November 2016. Jika situasi seperti ini, tetap dibiarkan, akan terjadi pecah belah di antara umat beragama. Jika kekacauan tetap diletupkan kaum alima ulama dengan dalih Ahok menista agama Islam. Alim ulama di Indonesia, lupa, akan peristiwa pemboman yang dilakukan Amerika terhadap Suria dan Irak. Alim ulama Indonesia yang terlibat dalam demo dan mengucapkan kalimat-kalimat kotor tidak sadar bahwa Negara adidaya seperti Inggris, Jerman, Belanda, Australia dan Amerika berpendudk mayoritas kristien? Apakah kaum ulama muslim yang semua orang pintar dan cerdas, Presiden Amerika terpilih Donald Trump dalam kampanye akan melarang islam masuk di Amreka?
Jika NKRI tidak dipahami dan dihayati kaum alim ulama muslim Indonesia, maka sangat mungkin NKRI akan pecah. Jika Negara ini tidak lagi bernaung dalam Bhineka Tunggal Ika, maka sangat mukin akan berdiri negeri baru seperti ancaman Gubernur Papua Lukas Enebe yang berseru dengan suara lantang,” Jika DKI tidak boleh dipimpin pejabat beragama Kristen, maka Papua akan berdiri sendiri.”
Negara Timor Raya yang pernah didengungkan sejumlah LSM beberapa tahun lalu,bisa menjadi kenyataan. Persoalan, orang di Indonesia kawasan timur sudah muak menyaksikan tindakan tidak adil orang Jawa. Kaul alima ulama mesti sadar, jika Indonesia pecah, maka orang Jawa atau Negara Jawa bisa miskin. Apakah kaum alim ulama muslim tidak sadar bahwa jika terjadi perpecahan, orang Indonesia Timur bisa mengusir, saya menulis dengan kalimat agar kasar kaum muslim bisa diusir orang Kalimantan, Orang Papua, Orang NTT yang mayoritas Kristen.
Apakah kaum ulama muslim tidak sadar bahwa Jawa sudah padat, di Jawa sudah krisis lahan potensi, krisis sumber daya alam. Apa yang terjadi akibat alim ulama yang menjadi provokator bisa saja terjadi. Semua isu yang dilecutkan alim ulama muslim dan orang-orang pintar justeru menjadi dendam bagi kaum minoritas. Sangat sakit dan berubah menjadi dedam tiada sudah.
Saya melihat ada yang berbeda dari seorang Jokowi sebagai Presiden. Langkah-langkahnya beberapa hari ini saya pikir sangat keras untuk seorang Jokowi, nyaris tanpa kompromi. Menyikapi aksi demo 4 November, Presiden Jokowi berhasil membuat SBY galau berat, sampai curcol via keterangan pers persis seperti saat dirinya dulu jadi Presiden. Prihatin. Ini gara-gara kedatangan Presiden ke Hambalang menemui Prabowo, tapi tak berlanjut ke Cikeas. Presiden hanya mau menemui Prabowo. Dengan hal ini, SBY kemudian bersikap aktif dengan mendatangi JK dan Wiranto, entah untuk alasan apa, pokoknya datang saja karena Jokowi sudah mendatangi Prabowo.
SBY nampaknya tak mau tersudut sendiri. Karena kalau Prabowo sudah menyatakan mendukung Jokowi, maka satu-satunya tokoh partai politik yang memungkinkan tidak mendukung adalah SBY. Untuk itu dia ingin membentuk opini publik bahwa kalau nantinya terjadi sesuatu yang negatif pada 4 November, maka Wiranto dan JK bisa dipersepsikan terlibat, sebab mereka orang-orangnya SBY.
Jika Jokowi tidak tegas dan bijak, bisa terjadi disintergrasi. Indonesia tidak lagi bernaung di bawa Pancasila dan UUD 1945. NKRI dan Bhineka Tunggal Ika lenyap dari benak orang Indonesia. Sumatera bisa berdiri Negara sendiri, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara bisa dirikan Negara sendiri. Apakah ini yang dikehendaki kaum ulama, pemimpin organisasi seperti MUI yang mengeluarkan fatwah Ahok menista agama islam? Semoga hal ini tidak terjadi. Namun peristiwa demo anarkis 4 November 2016 menjadi catatan kritis bagi generasi muda. Dalam pikiran generasi muda apakah Negara yang dibangun dengan darah para pahlawan akan pecah-pecah menjadi beberapa Negara berdaulat?
Demo terjadi karena Ahok. Ahok dibenci kaum islam ekstrim disebabkan karena jujur dalam membangun daerah dan mensejahterakan rakyat. Kedua Ahok tidak korupsi. Karena itu, jika Ahok jadi pejabat, akan sapu bersih para koruptor. ♦