Calon Gubernur NTT 2024

PERTANYAAN dibenak rakyat NTT,” Siapakah calon kuat pada Pemilu Gubernur 2024? Isteri Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat yang sudah diwartakan media beberapa bulan lalu, Hery Dosinaen asal Adonar yang sudah dipinang Ketua DPRD NTT Emi Nomleni tahun 2022, Ketua DPD Golkar NTT Melki Lakalena? Belum bisa dipastikan.
Semua masih fokus pada Pemlu Legislatif Februari 2024. Pada 17 Juni 2023, seorang figure muda asal NTT mengumumkan diri melalui jumpa pers bawa dirinya siap maju menjadi bakal calon gubernur 2024 dari independen. Pria pemberani itu ialah Dr. Fransiskus Xaverius Lara Aba, SE.,M.Ec.,Ph.D atau biasa disapa Frans Aba.

Saya memanggil namananya dengan Frans. Ya mungkin dengan panggilan Frans bisa terinspirasi dari nama almarhum kawan saya Frans Lebu Raya.

Ia sosok pemberani, pintar dan cerdas dan menyandang berbagai gelar. Dari perjalanannya dia memiliki konsep untuk memjukan NTT. Kita belum tahu apa yang akan dibuatnya diawal perjuangannya nanti.

Dr. Frans Aba, SE, M.Ec, Ph.D pun menyebut siap mengelola semua sumber daya yang ada untuk memajukan wilayah NTT. Ini isi visi singkatnya yang sudah diwartakan berbagai media,” Merujuk pada Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut tingkat kemisikinan di Indonesia pada September 2022 mencapai 9,57 persen atau naik 0,03 persen dibandingkan periode Maret 2022 dan jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 26,36 juta orang, meningkat 0,20 juta dari Maret 2022.

Papua masih menjadi provinsi termiskin di Indonesia, dengan tingkat kemiskinan mencapai 26,80 persen atau 936.000 penduduk.
Provinsi NTT sendiri berada di urutan ketiga dengan jumlah orang miskin mencapai 20,23 persen.

Jumlah ini berarti setiap lima orang NTT terdapat satu orang yang dianggap miskin secara nasional, jumlah orang msikin NTT berada di urutan ketiga sebagai daerah termiskin.

NTT berada di bawa Papua dan Papua Barat Sementara BPS NTT merilis penduduk miskin di daerah itu bertambah sebanyak 17,6 ribu orang atau 0,18 persen poin antara Maret sampai September 2022. Dengan penambahan itu, jumlah penduduk miskin di NTT per September sebanyak 1,15 juta orang atau 20,23 persen,
Dr. Frans Aba, SE,M.Ec, Ph.D yang sudah menyatakan siap menjadi Gubernur NTT Periode 2024-2029, mengatakan sudah semestinya NTT keluar dari kungkungan kemiskinan di NTT. Wilayah ini banyak memiliki potensi sumber daya mansuia dan sumber daya alam.

Ketua DPRD Provinsi NTT, Emi Nomleni / foto: Gorby Rumung

Manusia NTT pada dasarnya memiliki kemampuan dan etos kerja yang kuat. Namun hal itu perlu dimotivasi. “Kita lihat saja banyak TKI asal NTT, itu artinya mereka ini sebanarnya ingin bekerja tetapi mereka tidak punya tempat bekerja, ini yang kita bisa membuat mereka bekerja di daerah sendiri. Caranya adanya mebangun iklim investasi di daerrah kita,” ungka sosok yang bernama lengkap Fransiskus Xaverius Lara Aba.

Pria lulusan S1 dari Fakulitas Ekonimi Universita Katolik Widya Mandiri itu mengatakan uang merupakan salah satu sumber daya terpenting yang harus disediakan dalam jumlah dan waktu yang tepat. Hampir seluruh dana pembangunan di NTT selama ini merupakan bantuan pemerintah pusat.

Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat kecil dibandingkan dengan bantuan pusat. Jumlah dana pembangunan yang telah diinvestasikan oleh pemerintah pusat di NTT sejak awal Pelita I yang dimulai pada tahun 1969 sampai dengan saat ini sangat besar dibandingkan dengan hasil yang diperoleh.

Kalau perbandingan antara jumlah investasi dan hasil yang diperoleh boleh dilihat melalui kacamata Integrated Project Management, maka kesimpulan yang akan kita temui adalah suatu keprihatinan.

“NTT ibarat orang miskin yang sangat boros. Selama pemimpin wilayah tidak berani menoleh ke belakang untuk melihat kesalahan NTT waktu lalu kemudian dengan penuh keberanian untuk merombak, maka daerah ini akan selalu mengulangi kesalahan yang serupa,” ungkap Frans Aba .

Sosok yang menyesalikan pendidikan S2 dan S3 di Malayisa dan Singapura itu mengatakan dalam menajemen modern selalu ada perhitungan biaya dan setiap sen yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk suatu usaha atau pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam setiap studi kelayakan selalu ada perhitungan cost and benefit. Usaha atau pelayanan apa pun yang dilakukan oleh pemerintah yang menggunakan biaya, mutlak harus memberikan benefit.

Pemerintah jangan selalu melihat untung dan rugi dalam sebua investasi. Investasi bisa berupa pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan laut dan berbagai jenis infrastruktur.
“Keuntungan tidak selalu harus berupa material tetapi dapat berupa peningkatan kesejahteraan rakyat atau keuntungan moril lainnya seperti political benefit, kepuasan masyarakat dalam bentuk keamanan, kenyamanan, perbaikan pelayan dan fasilitas umum dan sebagainya yang memperbaiki citra pemerintah,” ungkap Frans Aba.

Frans Aba juga menggaris bawahi jumlah akademikis di NTT yang tercermin dari jumlah perguruan tinggi di NTT yang cukup banyak. Para akademisi itu merupakan aset daerah yang bisa dimanfaatkan. “Kenapa kita tidak maksimalkan pengetahuan mereka, ajak meteka menyusun rencana pembangunan, strategi, penentuan prioritas, survey dan lainya. Karena ilmu yang mereka punya bisa kita manfaatkan,” ungkap Frans Aba.” ♦