Perilaku Ulama

WJR

ULAMA yang saya tahu, adalah sosok manusia bijak, cerdas dan pandai. Tidak semua manusia mendapat predikat atau gelar ulama. Karena Ulama adalah orang pilihan, maka sikap, tindakan dan perilaku pasti terpuji dan mulia di depan Sang Pencipta. Ulama juga diberi symbol khusus yaitu busana putih, ya kadang hitam dan warna biasa. Ulama menurut saya dan sikap dan tindakan, harus memberi rasa nyaman kepada sesama.
Ulama dari berasal dari berbagai agama. Ketika Ulama dalam sikap dan perbuatan tidak terpuji, menurut saya ini bukan ulama. Gelar itu sebaiknya ditanggalkan, termasuk juba dan sorban putih. Saat berpakaian serba putih, artinya perataan dan ucapannya harus putih bersih. Bukan sebaliknya, Ulama turun ke jalan dan berteriak-teriak dengan kata-kata kebencian dan perpecahan. Ulama di Indonesia, berarti manusia cerdas yang dicatat sebagai manusia Indonesia.
Jika tercatat sebagai manusia Indonesia, berarti manusia yang berakhlak dan berbudi luhur, manusia yang hidup dibawa falsafah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Saya membuat catatan dengan judul perilaku ulama, berangkat dari pengalaman selama tahun 2016, bahkan terbawa sampai 2017. Selama 2016, ratusan ribu ulama turun ke jalan untuk demo besar sambil berteriak dengan kata-kata kotor.
Bahkan usai berdoa bersama di Monas 4 Desember 2016 yang dihadiri Presiden dan Wakil Presiden seorang yang mengaku ulama besar masih juga berteriak dengan kata revolusi. Kalimat dan kata yang diucapkan Ulama mencederai rasa keadilan rakyat Indonesia. Perilaku tak terpuji juga dilakukan para politisi dan calon-calon pemimpin. Selain berperi laku korup, mencuri uang Negara, juga sikap dan tindakan yang cenderung represif. Saling sikut, saling sikat dan saling menghina.
Contoh pasangan calon di Pilgub DKI 2017. Ada pasangan calon yang kekaaannya di atas 21 Milyar dengan sekian juta dolar. Selain kekayaan dipertanyakan, juga sikap dan perilaku yang cenderung korup dan menghina pasangan yang sudah berbuat untuk kemajuan DKI. Entah sampai kapan perilaku ulama dan pejabat Negara menjadi contoh dan teladan bagi rakyat yang hidup dibawa naungan Pancasila dan UUD 1945 ini.
Ah.. sudah bosan menyaksikan perilaku sejumlah ulama yang bertindak dan bersikap brutal. Berbagai pihak sudah imabu agar kembali ke jalan yang benar, agar menjalankan tugas dan fungsi sesuai panggilan. Tapi belum juga direalisasi. Sampai kapan ya sejumlah kaum ulama berubah sifat yang buruk ke sifat yang baik dan mengayomi?
Selain perilaku, sikap dan tidakan tak terpuji, rakyat juga dibuat bingung dan resah akibat kebijakan Negara ini. Program menaikan dokumen kendaraan naik sampai 300 persen, amnesty pajak dan program yang terkesan tidak pro rakyat. Selain kebijak yang tidak menyenangkan dna mensejahterakan rakyat secara nasional, juga kebiakan pejabat daerah yang hanya fokus pada  jabatan. Rakyat jadi korban akibat kepongahan pejabat publik yang tidak setia pada panggilan jabatan itu sendiri, pada sumpah yang diucapkan pada saat disumpah. ♦