HABIB Rizieq menurut pendapat saya, adalah manusia yang paling biadab, tak berperi kemanusiaan. Riziq bersama teman-teman yang mengenai jubbah dan sorban putih telah menjadi manusia yang ‘berkuasa’ di Indonesia. Riziq dan kelompoknya, dalam ucapan, tindakan dan perlaku sangat prokatif, tidak mengharga manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan.
Kehadiran Riziq dan rekan-rekannya meresahkan masyarakat Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, teriakan Riziq menyinggung kelompok agama lain. Riziq seperti dewa besar yang seenaknya bertitah,” harus revolusi”. Kalimat ini Riziq ucapan dengan suara lantang melalui pengeras suara beberapa saat setelah gelar doa damai 412 di Monas yang juga dihadiri Presiden dan Wakil Presiden.
Riziq dan kelompoknya dibawah FPI adalah manusia yang numpang hidup di Indonesia. Jika manusia seperti Riziq orang Indonesia, pasti tidak melakukan tindakan intoleransi yang bernaung di bawah Pancasila dan UUD 1945. Manusia Pancasila, pasti menghayati lima butir Pancasila. Kalau dulu Riziq dan anggota berbuat seenak perut, mungkin karena kerja sama dengan aparat penegak hukum.
Portal tribunnews.com yang tampil di wall pada Rabu 18 Januari 2017 dan dapat dibaca bebas khalayak ramai menurunkan berita, “Wikileaks kembali membocorkan sejumlah dokumen rahasia Amerika Serikat yang terkait dengan Indonesia. Kali ini dalam dokumen terbarunya, Wikilekas memaparkan mengenai hubungan antara polisi dengan ormas Front Pembela Islam (FPI).
Selain mengungkapkan mengenai FPI yang dijadikan ‘attack dog’ Polri, bocoran Wikileaks juga menyebutkan mengenai mantan Kapolri yang kini menjadi Kepala BIN, Jenderal (Purn) Sutanto sebagai tokoh yang pernah mendanai FPI.
Dan di telegram terbaru di akhir 2006 yang kemudian dibocorkan oleh Wikileaks, disebutkan bahwa Yenny Wahid, putri mantan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), mengatakan bahwa para pensiunan jenderal yang selama ini membantu dan mendanai FPI, termasuk mantan Kapolda Metro Jaya Nugroho Djajusman, belakangan kehilangan kontrol atas kelompok tersebut.
Disebutkan bahwa para donatur FPI itu telah “menciptakan monster” yang sekarang menjadi independen dan tidak merasa terikat kepada para donatur mereka sebelumnya. “Walaupun siapa saja yang memiliki uang dapat menyewa FPI untuk kepentingan politik, namun tidak ada seorang pun di luar FPI bisa mengontrol Habib Rizieq yang kini menjadi bos bagi dirinya sendiri,” ungkap bocoran telegram rahasia tersebut.
Kisah ini ketika Jenderal (Pol) Sutanto sebagai Kapolri dan Kapolda Metro Jaya Nugroho Djajusman. Jika ketika itu FPI yang dipimpin Riziq berbuat seenak perut dan menjadi alat politik atau attack dog silahkan. Namun situasi ketika itu berbeda dengan keadaan saat ini.Kapolri saat ini adalah Jenderal Tito Karnavian, dan Kapolda Metro Jaya M Iriawan. Apakah tindakan intoleransi yang dilakukan FPI yang dimpimpin Riziq dibiarkan saja?
Riziq berteriak agar Ahok dihukum karena diduga menista agama islam. Dan Riziq juga menghina agama Kristen. Buktinya, PMKRI dan beberapa kelompok ormas sudah melaporkan Riziq ke Mabes POLRI. Rakyat Indonesia saat ini sedang tunggu sejauhmana proses hukum terhadap Riziq yang katanya bergelar imam besar. Riziq bahkan seenak berteriak meminta supaya Kapolri segera mencopot Kapolda Jabar dan Metro Jaya. Sangat berkuasa ya? Riziq juga menggelar demo dengan membawa ratusan anggota FPI berdemo di Mabes POLRI Senin 16 Januari 2017 sambil melakukan tindakan anarkis. Tindakan anarkis tentu saja sangat mengganggu kenyamanan dan ketentraman masyarakat. Masyarakat mengalami kegelisahan dan trauma.
Sampai kapan aparat keamanan TNI dan POLRI mengambil sikap tegas atas tindakan anarkis dan perilaku jahat yang dilakukan FPI? Apakah membiarkan saja atau segera ditumpas habis?
Kumpulan antropolog (para ahli ilmu antropologi; salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu) yang mengatasnamakan “Gerakan Antropolog untuk Indonesia” menilai Indonesia alami darurat kebinekaan. Pernyataan tersebut disampaikan langsung kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Senin 16 Januari 2017 bersamaan dengan aktivitas demo FPI ke Mabes POLRI.
Kelompok ini berpendapat, Indonesia sedang terancam persoalan intoleransi yang terus meningkat.
Para antropolog melihat ada gerakan masyarakat yang cenderung memaksakan pandangannya untuk menjadi pandangan yang dominan di Indonesia. Ya contohnya Ahok, karena beragama Kristen ditentang dan melarang, atau haram pimpin DKI. Seorang camat di Bantul yang beragama katolik juga didesak dicopot oleh sekelompok orang bergama islam.Beritanya diberitakan secara meluas dan viral di media sosial.
Indonesia adalah Negara yang bernaung dibawah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Kelompok intoleransi seharus harus di usir dari negeri Indonesia. Sebab, gerakan yang memaksakan pandangannya itu dinilai telah mengganggu stabilitas nasional. Seruan soal darurat Bhinneka Tunggal Ika itu telah melalui diskusi panjang di kalangan antropolog.
Sebanyak 300 antropolog itu menandatangani petisi darurat Bhineka Tunggal Ika tersebut untuk diserahkan ke Presiden. Presiden Jokowi seharusnya jangan ragu mengatasi soal intoleransi. Kalau terlambat, mimpi kita menjadi bangsa Indonesia akan berakhir. Ada ahli mengatakan, kalau kita gagal mengelola keberagaman, usia Indonesia sepuluh tahun lagi akan bubar. Sejumlah daerah dipasti minta pisah dari NKRI. ♦