RAKYAT Indonesia sudah letih menyaksikan sikap dan perilaku jahat pejabat Indonesia. Pejabat yang seharus menolong rakyat malah melakukan niat dan tindakan jahat. Rakyat yang memilihnya jadi pejabat dijahati. Kejahatan pejabat ibarat seorang ibu membunuh anak kandungnya sendiri. Saat ini, sekelompok pejabat Negara melakukan tindakan kejahatan terhadap orang baik. Saya menyebut pejabat yang beraklak moral yang seperti Ahok dijahati oleh Sumarno, Ketua KPUD DKI.
Ya menurut saya, Sumarno sangat jahat. Bertemu pasangan Anis-Sandi di TPS, adalah konspirasi jahat. Perilaku Sumarno sangat memuakan ketika hendak membahas pilkada putaran kedua, AHok-Djarot dicuekin, tidak diharga. Sumarno dan kawan-kawan menerima Anis – Sandi di ruang tunggu lain sambil santapan lezat hingga AHok dan Djarot wall out atau tinggalkan ruang KPU. Ini contoh kejahatan pejabat yang diangkat dan diberi gaji dari uang rakyat.
Kejahatan pejabat, mencuri uang rakyat sampai digiring ke Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK. Pejabat Negara di negeri yang berusia lebih 71 tahun ini. Indonesia terpuruk dan rakyat jadi miskin, semuanya karena ulah pejabat yang tidak berpihak pada rakyat yang memberinya kemewahan, tahta dan harta. Data yang telah disebarkan berbagai media masa, lebih dari 100 pejabat memiliki harta dan kekayaan dari hasil korupsi, dari hasil tipu sana tipu sini.
Para pejabat licik, baru memperlihatkan murah hati, murah senyum kepada rakyat ketika ada perhelatan demokrasi yaitu pemilihan umum. Baik pemilihan pejabat maupun pemilihan legislatif. Melakukan tindakan kejahatan seolah menjadi bagian dalam diri pejabat. Ketika diberi jabatan baik eksekutif maupun legislative yang ada di benaknya yaitu bagaimana mencuri uang rakyat sebanyak-banyaknya untuk memperkaya diri dan golongan.
Beragam kasus kejahatan yang sudah diketahui masyarakat melalui pemberitan media yaitu pejabat penting melakukan tindakan kejahatan korupsi. Atau mengambil yang rakyat untuk memperkaya diri, keluarga dan teman-temannya. Untuk sepuluh tahun terakhir, tentu saja rezim SBY dengan partainya Partai Demokrat telah melakukan tindakan korupsi seperti puteranya Ibas yang sudah diteriakin maling oleh mantan bendahara umum Nazarudin. Termasuk kasus Bank Century, Hambalang dan paling akhir kasus listrik. Ini sudah disiarkan terbuka. SBY juga dituding Antasari mantan Ketua KPK merekayasa kasus pembunuhan. Antasari dikadali, dituduh membunuh. Kini rakyat tahu, SBY mengutus Haru Tanu Sudibyo ke Antasari agar Antasari tidak menahan besannya Aulia Pohan yang mencuri uang Negara di BI.
Tak bisa menghitung nama-nama pejabat mulai dari tingkat pusat sampai daerah yang dijebloskan kedalam bui akibat melakukan tindakan kejahatan. Wajahnya sumringah, murah hati dan murah berbagai ketika mendatangi rakyat agar memilih dirinya. Supaya bisa jadi pejabat. Kejahatan yang dilakukan pejabat, diantaranya ketika sudah jadi pejabat (DPRD sampai DPRI dan DPD) tidak berbuat apa-apa. Tidak mau berbagai seperti memperjuangkan aspirasi rakyat atas kerusakan sarana dan prasarana. Tidak memperjuangkan nasib rakyat ketika sakit, ketika rakyat tidak mampu membiayai pengibatan rumah sakit dan tidak mampu membiayai pendidikan lanjut generasi muda, anak-anak dalam rumah rakyat.
Anehnya, rakyat menyukai pejabat penjahat, walau sang pejabat berhati busuk itu, datang hanya sekali untuk merayu agar si pejabat dipilih. Merayu dengan memberi imbalan seperti selembar uang bernilai duapuluh ribu rupiah. Atas sekadar, sebatang rokok. Hanya sekali bertemu dan memberi selembar uang dan rokok. Sipejabat kabur dan menghilang ketika sudah mendapat jabatan. Terhitung jumlahnya pejabat yang berlaku demikian, pejabat yang munafik di depan rakyat. Prihatin, Negara yang kaya sumber daya alam, Negara yang kaya akan keindahan dan keunikan beragam tujuan wisata, Negara yang kaya seni dan buaya dirusakki oleh pejabat korup. Rakyat miskin tidak diperhatikan, infrastruktur yang rusak dimana-mana tidak diperjuangkan. Ini pengalaman saya pribadi, sebagai seorang jurnali.
Sebagai negara dan bangsa yang telah 71 tahun merdeka, semua rakyat di berbagai lapisan, kecuali di lingkungan pejabat dan penjahat negara terus-menerus mengeluh dengan berbagai macam penderitaan, kemiskinan, kebodohan, penyakit, pengangguran, dan kriminalitas yang semakin bringas serta biadab. Sehingga membuat kita harus bertanya, mengapa semua ini menimpa negeri kita?
Siapa biang kerok yang menanggung kesalahan fatal ini? Apa sebabnya begitu lama bangsa ini dirundung kemurungan dan kenistaan, padahal kita mengaku sebagai bangsa religius, beradab, berhati lembut, dan berjiwa santun? Menguap kemanakah sifat-sifat baik dari bangsa ini, sehingga kini hanya menyisakan moralitas tercela dan rendah? Apakah pengakuan bahwa bangsa ini religius, berhati lembut dan berjiwa santun sekadar lip service dan propaganda palsu, ataukah fakta sejarahnya memang demikian?
Agaknya kita harus berani mengkritik diri sendiri dan membongkar topeng-topeng palsu bangsa kita dengan menengok sejarah masa lalu kita. Dari situ kita memulai untuk bercermin diri, untuk mengetahui dengan yakin apakah kita ini bangsa yang bobrok atau bangsa yang baik?
Yang aneh menurut yang aku pikir, mengapa rakyat menyukai pemimpin jahat? Indonesia adalah bangsa yang bobrok, rusak moral, dan kacau pikirannya, sudah banyak contohnya. Selama ini, belum pernah Indonesia dinilai positif oleh dunia internasional, dan belum pernah rakyatnya merasakan kebaikan para pemimpin negaranya.
Di zaman orde lama (Orla), dipimpin Soekarno, Indonesia dikenal sebagai bangsa tempe, melarat, kemiskinan merajalela. Selama 32 tahun dipimpin Soeharto, rezim orde baru (Orde) dikenal sebagai negara pelanggar HAM parah, sementara warisan hutang luar negeri bejibun, dan menjadi beban rakyat Indonesia. Setelah Orla dan Orba berlalu, negeri kita belum juga naik peringkat, malah lebih terpuruk dari sebelumnya.
Sejak BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, hingga Susilo Bambang Yudhoyono yang terkenal dengan slogan “bersama kita bisa”, berturut-turut Indonesia menduduki posisi teratas dalam hal jeleknya. Sebagai negara terkorup se-Asia, produsen ekstasi terbesar di dunia, paling akrab dengan bencana, paling miskin rakyatnya, paling banyak hutang luar negerinya. Selain itu, negeri kita juga dikenal sebagai negara teroris, maju dibidang pornografi dan pornoaksi, dan yang paling parah negara pengekor asing paling setia.
Kini kian popular, sebagai Negara yang bebas mengedarkan narkoba dan tindakan kejahatan obat-obatan terlarang. Hampir setiap hari petugas BNN menangkap pengedar dan pengkonsumsi narkoba.
Kondisi Indonesia yang kian carut-marut hampir dalam segala sendi kehidupan, membenarkan anggapan bahwa munculnya pemimpin jahat datang dari masyarakat yang rusak. Dan kerusakan di masyarakat, disebabkan berkuasanya pemimpin jahat, koruptor, perusak moral, mengejar hawa nafsu, bohong kepada masyarakat.
Pemimpin jahat biasa memanipulasi kepentingan pribadi dan partainya menjadi kepentingan negara dan masyarakat.
Pejabat jahat punya beberapa ciri khas, hedonis, menuntut rakyat memenuhi kepentingannya tetapi dia tidak bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya. Tidak peduli dan tidak berpihak kepada rakyat miskin dengan berbagai aturan yang dibuat. Semua kebijakannya hanya menguntungkan kepentingan hidupnya sendiri.
Adanya pengaruh-pengaruh merusak dari tiga kelompok kekuatan di tengah masyarakat akan berdampak lahirnya pemimpin-pemimpin yang buruk manajemennya, rusak moralnya dan berhati serigala dalam menghadapi kelompok masyarakat yang lemah.
Contoh kasus, import barang mewah, mobil mewah, mendirikan rumah sakit mewah, industrialisasi, eksploitasi hutan dan tambang, nasionalisasi kebutuhan pokok masyarakat yang tidak memihak kepada rakyat luas. Jalan raya yang dibutuhkan rakyat tidak diurus. Namun, ketika anggota DPR butuh laptop malah dibiayai oleh uang negara. Pimpinan dan anggota dewan merancang program jalan-jalan menghabiskan uang Negara dengan dalih studi banding, bimbingkan teknis dan lain-lain. Adakah hasil dari jalan-jalan dan studi banding? Mengapa rakyat Indonesia menolak pemimpin yang baik? Karena mental rakyat Indonesia adalah mental aji mumpung. Menderita sekian lama dapat kesenangan sedikit sudah lupa, tidak tahu diuntung. Dalam praktik demokrasi, pemimpin terpilih menunjukkan kualitas rakyat.
Sebagai bangsa yang baik, agak sulit bagi kita untuk menemukan faktanya. Mencari pejabat yang jujur dan bertanggung jawab seperti Ahok, ribut bertahun-tahun. Pejabat yang baik dan jujur seperti Ahok malah dituduh kafir. Semua perbuatan kebijakan Ahok dan sudah dirasakan dilupakan, diabaikan. Perilaku pejabat jahat menyebabkan masa depan Negara ini jadi rusak. Generasi muda berlomba-lomba jadi pejabat agar bisa kaya raya. Bukan berorientasi pada kedamaian dan kesejahteraan rakyat. Hanya ada di Indonesia, pejabat yang baik,pejabat yang kerja keras demi kesejahterakan rakyat ditolak bahkan diancam dibunuh.
Sementara para pembunuh, pejabat jahat, diberi naik pangkat. Untuk itu marilah kita lihat respon masyarakat kita terhadap kepemimpinan yang baik sepanjang Indonesia menjadi negeri merdeka. Dengan fakta-fakta sejarah ini, semoga negara dan bangsa ini tahu diri dan bercermin pada masa lalunya. Fakta-fakta sejarah justru bericara kepada kita bahwa masyarakat Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga hari ini menolak dipimpin orang-orang yang baik. Sampai kapan ya, negeri ini ini dipimpin setan dan penyamun? ♦
Pemimpin Jahat
