ORANG NTT saat ini sedang menonton drama politik bertajuk,” ORANG NTT saat ini sedang menonton drama politik bertajuk,” Siapakah Bakal Calon Gubernur NTT” yang mampu memimpin NTT 2018-2023? Menjual wajah dengan semboyan diberbagai kota dan sudut kampung. Ada pula yang hanya memasang spanduk dengan foto, tetapi tidak pernah temui masyarakat, ada yang sedang gencar menjual program, sambil santap siang dengan pewarta agar mewartakan janji manis, janji munafik dan janji-janji, sejuta janji.Masih sebatas janji, belum ada perbuatan nyata menyentuh hati dan perasaan rakyat. Para Bakal Cagub dan Bakal Cawacagub,istila kren yang juga sudah diketahui masyarakat ialah, Bacagub dan Bakal Calon Wakil Gubernur. Para Bacagub dan Bacawagub sedang berjuang keras. Pertama, untuk memenang pertarungan, harus siap uang yang banyak. Biaya politik ini mahal,semua harus dibayar. Konon, tidak ada makan siang yang gratis.Dari sekian banyak Bacagub, ada yang punya jabatan penting, seperti anggota Dewan Perwakilan Daerah atau DPD, ada anggota DPR RI sekian periode, ada pula mantan pejabat penting di NTT, pernah Wakil Gubernur misalnya, ada juga mantan bupati dua periode, ada pula bupati aktif, ada juga politisi aktif di partainya.Yang berstatus pejabat resmi dipastikan tinggal tugas pentingnya, saya harus bilang absen atau alpa demi turun ke lapangan menemui rakyat. Mereka yang berstatus anggota dewan, mungkin mendapat ijin dari atasanya, tetapi mereka yang berstatus bupati, harus ijin di siapa? Bupati adalah kepala daerah otonomi, pemegang otoritas tunggal. Selama waktu pengenalan diri kepada masyarakat dan melobi dengan partai pendukung, dipastikan tugas pokok ditinggalkan, pasti ada pekerjaan yang belum rampung.Tetapi, pasti punya alasan. Dan, alasan pasti masuk akal, bukan dibuat-buat, karena apa yang dilakukan di lapangan, transparan karena si calon yang masih aktif menyertakan jurnalis pilihannya. Para Bacagub dalam acara pengenalan dan mendaftar diri di partai ada yang melibatkan masyarakat dengan busana adat, ada pula yang datang diam-diam dan mendaftarkan diri. Bacagub maupun Bacawagub saat mendaftar dipastikan membawa tas berisi puluhan juta rupiah. Pasti, karena ini adalah pesta politik yang menguras uang, waktu dan tenaga. Kita patut memberi apresiasi bagi bakal calon pemimpin NTT yang dengan gagah dan berani tampil dan siap bertarung. Sepengetahuan saya, dari semua calon yang ada, tidak ada satupun yang mengadopsi gaya dan cara Ahok. Ahok, menjelang Pilkada DKI, menciptakan terobosan baru. Pertama Ahok membentuk relawan berani mati. Mengumpulkan KTP sesuai tuntutan undang-undang.Karya Ahok membangun Jakarta sangat luar biasa. Ahok tokoh fenomenal Indonesia. Ahok, tidak pernah mengemis ke partai agar mengusungnya. Tidak, tidak dan tidak. Sejarah baru ditoreh Ahok. Apa itu? Ahok dilamar partai, karena mempunyai integritas yang luar biasa. Mau melayani rakyat, mau melakukan perubahan dan bersedia mensejahterakan rakyat DKI.Saya melihat para calon di NTT, tidak punya niat seperti Ahok. Saya mamahami, situasi dan kondisi berbeda. Bakal Calon Gubernur maupun Bakal Calon Wakil Gubernur pada periode ini menurut saya tidak berani. Berani secara mental, berani secara idelogi dan berani berbuat beda dengan bakal calon lain.Ibrahim Agustinus Medah melakukan gebrakan dengan rumput lautnya di Semau dan Sabu, berlanjut ke ubi ungu, tidak termasuk talas. Medah sejak tiga tahun silam sudah melakukan gerakan. Gerakan Medah cukup menyentuh hati rakyat, karena fakta dan kerja nyata. Hanya saja, rakyat tidak hanya butuh ubi untuk isi perut, tetapi ada persoalan lain. Apakah rumput laut atau ubi bisa menutupi biaya pendidikan anak, apakah ubi ungu bisa dijual dan bisa menutupi biaya pendikan dan kesehatan? Tetapi saya salut dengan perjuangan Iban Medah yang terus bergerak dengan programnya, walau hanya pada masyarakat Rote dan Timor. NTT adalah Flobamora, Flores, Sabu dan Rote. Ya perjuangan yang masih partisan.Dalam perjuangannya, Medah harus menghadapi beberapa persoalan prinsip. Pertama faktor usia yang sudah di atas 70 tahun. Kedua, persoalan kedalam tubuh Partai Golkar. Dalam perjalanan Medah harus menerima fakta politik yaitu dipaksa mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPD I Partai Golkar NTT. Sebagai politisi senior, Medah cepat ambil keputusan. Medah lompat pagar, dari Partai Golkar ke Partai Hanura. Mungkin karena faktor teman dekat dengan Ketua Umum DPP Hanura. Manufer Medah sangat cepat.Hanya hitungan hari, Medah dikenakan baju Partai Hanura dalam sebuah acara meriah. Tak berapa lama Medah, seperti diunggah dalam media soasial, Medah berada di tengah elit PDIP di Hotel Sotis. Konon, ini masih konon, Medah akan dijadikan Bakal Calon Gubernur NTT dari koalisi PDIP dan Partai Hanura.Pasca bernegosiasi Medah sejenak berdiam. Kabar angina yang berhembus, kisah ini didapat dari seorang kader PDIP bahwa Medah akan dicalonkan sebagai Bakal Cagub dari PDIP dan Hanura. Yang berpasangan dengan Medah sebagai wakil ada dua sosok dari PDIP. Ini juga masih kabar burung, pertama Ibu Adinda Lebu Raya dan Kristo Blasan. Elit PDIP kepada saya bilang,” Sudah 98 persen. Dua persen ada pada Ibu Megawati Soekarno Putri. Siapakah yang akan keluar sebagai pemenang, Medah bacagub dari koalisi PDIP-Hanura atau Medah sebagai bakal calon wakil gubernur dari koalisi ini?Seorang politisi bilang,” Ah, Medah tidak mungkin keluar sebagai Cagub dari koalisi PDIP-Hanura. Apakah ada partai yang punya kursi banyak, kasi ke kader yang bukan dari PDIP?.” Sampai pertengahan September 2017, kisahnya masih dirajut. Untuk fenomena politik koalisi PDIP-Hanura masih pada tataran isu politik.Pasangan yang sudah ikrar janji setia, sehidup semati sejak lima tahun lalu yaitu mantan Wakil Gubernur NTT Esthon Foenay-Christian Rotok. Mengusung semboyan Eshton-Kris. Lima tahun lalu, pasangan ini kalah dari pasangan Frans Lebu Raya-Beny Litelnoni. Pasangan ini kembali memperkenal diri kepada rakyat NTT sejak setahun terakhir. Akankah Esthon-Kris diusung koalisi Gerindera, PAN dan PKS memenangkan pertarungan? Kita menanti dengan harap cemas. Sebab pasangan ini, sudah pula membuat pernyataan di media sosial bahwa menolak radikalisme, menolak pergantian Pancasila, pasca Ketua Fraksi Partai Nasdem Vicktor Bung Tilu Laiskodat dalam pidatonya ketika melantik pengurus Nasdem Kabupaten Kupang di Alfa Omega Tarus Kabupaten Kupang 1 Agustus 2017. Dalam pidatonya, Vicktor menyerukan kepada rakyat agar tidak memilih Partai Demokrat, Partai Gerindera, Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera atau PKS.Vicktor berpendapat semua rakyat Indonesia sudah tahu bahwa keempat partai ini mau membentuk Negara Islam di Indonesia, mau merubah Pancasila dengan Syariat Islam.Semua itu sudah berlalu. Marilah memulai dengan hal baru. Calon lain yang juga sudah pernah maju dan gagal ialah Beny Kabur Harman atau disingkat BKH dari pintu Partai Demokrat. Sampai pertengahan September 2017, BKH masih sendirian. Belum ada gambar bersama wakilnya. Kata orang-orang, BKH akan gandeng Wakil Gubernur saat ini, Beny Litelnoni. BKH juga belum ada kabar pasti, Partai Demokrat akan berkoalisi dengan partai apa. Apakah PKB, PKPI, atau Hanura. Masih dalam penjajakan, negosiasi baik dari DPP maupun tingkat DPD. Dan calon yang sudah lama perkenalkan diri ke publik adalah mantan Dirut Bank NTT yang dipecat melalui RUPS luar biasa di Labuan Bajo, Daniel Tagu Dedo. Tagu Dedo sangat optimis akan keluar dari pintu PDIP, entah koalisi dengan partai apa. Hingga saya membuat catatan ini masih kelam. PDIP sedang diperguncingkan karena Dan Tagu Dedo yang katanya kader PDIP, Ray Fernadez dan Kristo Blasin juga kader PDIP. Siapa yang keluar dari PDIP, belum juga jelas. Paling akhir, secara mengejutkan muncul calon lain, Marianus Sae, Bupati Ngada aktif. Entah fakta atau karangan pembuat survey, Marianus Sae punya elektabilitas nomor enam. Memakai tag line dari Ngada untuk NTT seperti termuat di berbagai media sosial, Marianus Sae menyatakan siap maju, dan sudah pula persiapkan program memangun infrastruktur dan lain-lain. Mungkin rakyat Ngada sudah sejahtera dan makmur ketika Marianus Sae – Paulus Soli memimpin. Ya, catatan ini terputus karena harus sarapan pagi dulu. Yang pasti akan berlanjut. ♦
Menimang Cagub NTT
