#2019 Ganti Presiden bukan sekadar propa ganda kampanye simpatisan dan pendukung Capres Prabowo Subianto, ternyata menjadi ancaman serius. Selain menakut-nakuti atau intimidasi, biasa mengarah pada kekerasan fisik. https://20.detik.com memberitakan gambling bahwa intimidasi seorang ibu bersama anaknya pada Car Free Day di Bundaran HI Jakarta 28 April 2018 adalah simpatisan Prabowo. Dalam sebuah video yang viral di sosial media intimidasi dilakukan terhadap anak dan wanita.
Rakyat Indonesia yang menyaksikan video para binatang yang mengintimidasi ibu dan anak ini, marah dan mengancam. Menurut saya pribadi, para pelaku propaganda Capres Prabowo, adalah manusia yang berwatak binatang. Manusia yang tidak hidup di negeri Indonesia yang berlambang Pancasila dan UUD 1945. Meraka tidak bertuhan, tidak punya rasa keadilan, tidak punya rasa persatuan bawa manusia diciptakan Tuhan adalah sama. Mereka bukan manusia Indonesia. Sekiranya mereka manusia Indonesia pasti menghargai kebebasan berdemokrasi dan kebebasan mengemukakan pendapat.
Kalau Mahfud MD menilai para pengancam adalah manusia biadab dan mengancam persatuan dan kesatuan sesame rakyat Indonesia. Lalu mengapa manusia-manusia bejad itu, tidak segera di adili. Saya menyaksikan viral video sangat marah, benci dan malu pada diri sendiri, karena di zaman yang serba global dan digital ini, masih ada manusia yang kelewat biadab. Perilaku mereka lebih dari binatang. Melakukan tindakan menakut-nakuti orang lain tanpa mempertimbangkan masalah hukum.
Saya mengimbau agar rakyat Indonesia di daerah tidak terprovokasi dengan kejadian di Jakarta. Indonesia bukan hanya Jakarta, tetapi ada di Papua, Maluku, Sulawesi sampai di Sumatera. Terlihat jelas, bahwa para pendukung Prabowo sangat sangar dan bernada serta berwatak keras.Belum jadi presiden dan belum berkuasa saja, sudah berperilaku seperti sudah presiden. Sudah banyak stigma negative diarahkan kepada Prabowo dari penculikan mahasiswa 1998 sampai kaum buruh di pabrik kertas milik Prabowo kehilangan pekerjaan akibat perusahaan ini gulung tikar. Setiap tampil di depan umum, Prabowo selalu berteriak keras, upah buruh harus diperbaiki, atau dinaiki. Di waktu lain, Prabowo berteriak tenang tenaga kerja asing dan berbagai pidato yang mengkritik bahwa pemerintahan tidak mampu memimpin negeri ini.
Kita menanti CFD mendatang, apakah masih ada kelompok yang mengenakan baju berlogo #2019 ganti presiden. Jika masih ada, maka dipastikan ada kelompok pendukung dana, karena Anis-Sandy adalah masuk sebagai tim inti dalam #2019 ganti presiden. Kaos dengan logo yang sama juga dikenakan Amin Rais dan seluluruh elit politik anti pemerintah. Saya mengingatkan, kita rakyat Indonesia yang hidup dibawah naungan Pancasila harus bersikap netral. Tidak perlu pamer memakai kaos bertulis di depan dada ‘Dia sibuk bekerja’. Kalau berolahraga di CFD silahkan saja.
Pakaila baju biasa dan berolahragala sekeluarga, dan jangan pernah punya niat ingin mempropaganda calon indaman. Jadila manusia netral di depan umum walau dalam hati, saya ini pendukung Capres tertentu. Toh saat coblos berpegang pada perintah undang-undang bebas memilih sesuai dengan hati nurani dan tanpa paksaan. Insiden di CFD Sabtu 28 April 2018 tidak perlu terjadi. Hidupla dalam suasana nyaman, saling menghormati, saling tenggang rasa.
Massa berkaus “#2019 Ganti Presiden” begitu bernafsu melakukan intimidasi (persekusi) terhadap seorang ibu dan anaknya, di mana si ibu berkaus oblong putih tertulis “#Dia Sibuk Kerja”. Hal serupa pun terjadi pada seorang bapak yang berkaus putih tertulis “#Dia Sibuk Kerja”. Kejadiannya hanya di DKI Jakarta, Ibu Kota Republik Indonesia, sesama warga Ibu Kota, sesama warga negara Indonesia, dan menjadi viral! Ibu Kota, bagi mayoritas warga negara Indonesia, bahkan dunia, merupakan titik sorotan paling utama bagi suatu negara.
Sungguh, sangat memilukan bagi saya sebagai seorang di antara lebih dari 250 juta penduduk Indonesia. Andai ibu itu adalah ibu saya, dan anaknya adalah saya, tidaklah mustahil, saya akan mengalami trauma politik yang luar biasa. Dalam usia yang sangat muda seorang anak kecl harus harus mengalami intimidasi yang tidak pernah saya pahami pangkal-ujungnya itu.
Dulu ketika masih ada pelajaran sejarah tentang politik yang diterapkan penjajah. Sejarah Indonesia telah mencatat sebuah istilah paling masyur, yaitu “Devide et Impera” alias “Pecah-belah di Daerah Jajahan” atau “Politik Adu Domba”. Sejarah Indonesia pun mencatatkan bahwa Kolonial Belanda telah melakukan strategi itu, sehingga mayoritas orang Indonesia percaya sekaligus “menghakimi” Belanda sebagai biang keroknya.
Selama 350 tahun atau 3,5 abad Belanda berhasil menguasai Nusantara dengan politik “adu domba”. Pendidikan sejarah mengenai “adu domba” merasuki orang Indonesia dari generasi awal kemerdekaan hingga generasi milenial, dan entah kelak. Sejarah dalam suatu negara bisa menjadi satu versi atas nama negara atau penguasa negara pada suatu masa.
Karena #2019 berbahaya maka mulai saat ini rakyat Indonesia yang waras, rakyat Indonesia yang moderat netral dan berpancasilais harus waspada jika hendak keluar rumah atau jalan-jalan. Ingan” #2019 Ganti Presiden “ adalah symbol yang mengancam, symbol yang mengadu domba sesama rakyat Indonesia sehingga Negara ini tidak nyaman. ♦