EXPONTT.COM – Pemerintah Indonesia telah sepakat untuk memperluas kerja sama di bidang sawit berkelanujtan dan minyak nabati lainnya dengan Pemerintah Belanda.
Menurut Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, kerja sama produksi kelapa sawit berkelanjutan dengan memberikan program pengembangan kapasitas bagi petani-petani Sumatera dan Kalimantan sudah dilakukan kedua negara.
Program berlangsung dari 2019 hingga 2023 dan bernilai 5 juta euro (sekitar Rp86,2 miliar) itu juga bertujuan mendukung para petani kecil untuk memenuhi sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Dilansir dari sariagri, Menlu Retno dalam pengarahan media daring dari Den Haag, Belanda, “Ke depannya, kerja sama ini akan diperluas untuk juga mencakup minyak nabati lainnya dalam konteks kontribusi terhadap SDGs 2030.”
Baca juga: Viral Dua Pria di Sabu Acungkan Pistol Dalam Mobil, Polisi Tangkap Pelaku
Dalam pertemuannya dengan Menlu Belanda Sigrid Kaag, Menlu Retno juga membahas penyelenggaraan bersama sebuah seminar mengenai minyak nabati dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, serta studi dan riset bersama terkait minyak nabati berkelanjutan dengan partisipasi dari swasta, institusi akademik dan lainnya.
“Pesan kita mengenai fair treatment (perlakuan adil) untuk sawit sangat dipahami dan kita akan melakukan kerja sama yang lebih luas dalam konteks vegetable oils (minyak nabati) dan SDGs. Dua usulan kerja sama dari Indonesia berupa riset dan seminar mengenai vegetable oils dan SDGs akan ditindaklanjuti segera,” kata Retno.
Belanda merupakan salah satu importir terbesar kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa. Sebanyak 15 persen ekspor Indonesia ke Belanda terdiri dari kelapa sawit.
Selain itu, Belanda merupakan negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia di Eropa dengan nilai perdagangan 3,1 miliar dolar AS (sekitar Rp45 triliun) pada 2019.
Baca juga: Beasiswa KIP Kuliah Aspirasi AHP: 1 Desa/Kelurahan 1 Sarjana
Dalam investasi, Belanda menjadi investor kedua terbesar di Eropa setelah Swiss dengan nilai 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp20,4 triliun) pada 2020.
♦sariagri.id