Tantangan Tour de Flores dan 9 Tips “Anti Mabok” Ala Orang Flores

Jalan Tikungan

Tour de Flores memiliki tantangan maha berat. Jika dihitung dari 743 km bisa mencapai seribu kelokan atau tikungan. Jalan lurus praktis hanya 2-3 km. Selain dari itu, 5-10 meter langsung berbelok. Istilah masyarakat lokal, jalan bok (tikungan, red).
Inilah seni dan tantangan Tour de Flores. Unik. Rute yang akan dilewati peserta lomba nanti. Tidak bisa hindari. Peserta akan disiksa medan berat dengan banyak tikungan, tanjakan dan ngarai di kiri-kanan ruas jalan. Tapi, peserta akan dimanjakan dengan panorama alam yang tidak dijumpai di Tour de France.
Orang Flores sendiri sudah merasakan sendiri tantangan medan di Flores karena banyaknya tikungan yang menyebabkan penumpang mabuk. Hal yang lumrah di Flores. Konjak (baca: kernek) amatir pun mabuk, apalagi penumpang. Jangan tanya dan heran sang sopir selalu menyediakan kantong plastik di dalam bus dan atau mobil.
Soal naik bus atau mobil, orang Flores punya cara unik untuk mencegah mabuk kendaraan. Berikut 8 cara unik atasi mabuk yang mungkin anda pernah lakukan, pernah dengar, atau mungkin sudah lupa karena termakan usia.
Pertama, “perut tidak boleh kosong”. Penumpang bus atau oto di Flores sebelum berangkat atau naik bus perut harus terisi. Makan terlebih dahulu. Perut dalam keadaan kosong dapat memicu mabuk kendaraan. Jikalau mabuk, kondisinya tidak separah ketika perut dalam keadaan kosong. Muka pucat pasi.
Kedua, tidur sepanjang perjalanan. Cara ini mungkin efektif. Tapi suara gaduh penumpang dan musik menyebabkan mata tetap terjaga. Apalagi musik yang diputar lagu-lagu favorit. Itu sulit dilakukan. Kecuali didera kelelahan atau kantuk maha berat.
Ketiga, menghirup kulit jeruk. Aroma kulit jeruk dapat menetral bau bahan bakar, kendaraan, dan bau kampas yang aus. Caranya penumpang harus menempel kulit jeruk di hidung. Tips ini berhasil, tapi banyak orang gagal menerapkannya.
Keempat, minum obat anti mabuk seperti antimo. Ini cara medis yang praktis tetapi tidak banyak menolong. Sekalipun minum obat, penumpang tetap po’a (tumpahkan) muntah.
Kelima, tempel tai kambing di pusar. Tips unik yang tidak dapat diterima secara logis. Namun demikian orang yang akut mabuk kendaraan selalu mencobanya. Caranya tau kambing direkatkan dengan isolasi. Keenam, sama dengan cara kelima. Tidak masuk akal. Orang mengikat tali pisang di pinggang untuk mencegah mabuk. Ada yang sukses, selebihnya muntah kuning.
Ketujuh, harus aktif berbicara di dalam mobil atau bus. Banyak omong. Ada anggapan semakin banyak berbicara, rasa mabuk semakin hilang. Berbicara dapat mengalihkan pikiran mabuk ke hal lain. Karena diam itu lebih berbahaya. Fokus orang akan mengarah ke mabuk dan mabuk. Maka terjadilah mabuk. Tapi, masalah siapa yang mau mendengar omongannya?
Kedelapan, jika ada pilihan bus kayu, orang akan memilih jenis kendaraan ini. Kendaraan lebih terbuka sehingga pergerakan udara leluasa jika dibandingkan dengan bus atau mobil. Namun saat ini, bus kayu semakin hilang dari peredaran. Orang pun beralih ke naik motor untuk menghindari mabuk. Kesembilan, jika terpaksa naik bus atau mobil, penumpang yang mudah mabuk memilih naik di atap bus atau membuka jendela kaca selebar-lebarnya. Tetapi cara ini sulit kalau semua penumpang mengalami hal yang sama. Tapi, jangan heran kalau banyak penumpang yang memilih berdiri di pintu atau duduk di atas bus, itu karena takut mabuk.
Semua tips di atas kadang berhasil, kadang juga tidak. Sebenarnya, kuncinya pada pikiran penumpang. Pikiran dapat memicu terjadi mabuk atau tidak mabuk. Beberapa tips yang tidak dapat dijelaskan secara medis atau hubungan sebab akibat. Itu terjadi karena sugesti belaka. Inilah masyarakat Flores dengan segala keunikannya. Bagi mereka yang mengaku suka bertualang, jangan bangga pakai baju my trip my adventure kalau belum mencoba jalan darat dengan bus sepanjang Pulau Flores.
Anda layak dapat bintang, jika anda tidak semburkan muntah kuning. Mau coba pertualangan sesungguhnya, datanglah ke Flores. Buktikan sendiri; anda mabuk atau tidak berpergian dengan bus atau travel dengan kecepatan laju ala sopir lokal yang kerap tancap gas dan bermanuver di tikungan. ♦ koepang.com