EXPONTT.COM, KUPANG – Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II (PPA II) Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Edy Purwanto menyebut Provinsi NTT sangat bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Hal tersebut ia sampaikan saat Forum Ekonomi NTT yang digelar oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTT yang digelar Jumat, 19 Juli 2024.
Edy mengungkapkan setiap tahunnya, dari 100 persen anggaran yang ada di NTT, 83 persennya berasal dari APBN. Hal tersebut membuktikan bahwa NTT sangat bergantung pada APBN.
Baca juga: Dukungan untuk Ansy Lema Berkumandang di Lembata, “Manyala Kaka!!!”
“Jadi di NTT itu APBNnya masih sangat besar dibutuhkan, kalau tidak ada APBN selesai sudah,” ujar Edy dalam forum yang dihadiri oleh puluhan wartawan dan pimpinan redaksi media dan asosiasi wartawan di NTT serta mahasiswa.
Dirinya mengungkapkan, APBN hingga saat ini untunk NTT terbilang sangat besar, hingga triliunan Rupiah, bahkan cenderung naik nilainya setiap tahun.
Di tahun 2021 pagu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) untuk NTT mencapai Rp20,9 triliun dengan realisasi mencapai Rp19,9 triliun. Namun pada tahun 2022 pagu DIPA-nya turun menjadi Rp19,5 triliun dengan realisasi Rp18,6 triliun.
Baca juga: Ketua Komisi III DPRD NTT Jonas Salean Dukung KUB Bank NTT dengan Bank DKI
“Di Tahun 2023 pagu DIPA APBN untuk NTT naik signifikan menjadi Rp37,3 triliunan dengan realisasi Rp36,4 triliunan. Sementara di tahun 2024 kembali naik pagu Dipanya mencapai Rp38,6 triliunan. Namun realisasi tahun 2024 baru mencapai Rp16,9 triliun karena baru sampai dengan Juni 2024,” ujar dia.
Meski mengalami kenaikan, namun penggunaan APBD di NTT, lanjutb Edy lebih banyak digunakan untuk pembangunan yang tidak produktif.
Terkait hal tersebut, Pengamat Ekonomi dan Kebijakan Publik, dari Kupang Institut Adi Dami juga berpandangan bahwa banyaknya saluran APBN untuk provinsi NTT belum bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan dan membuat NTT tidak berharap lagi ke APBN.
Baca juga: Penerbangan Pesawat Terbang Rute Kupang-Darwin Australia Diwacanakan Sejak 2014
Menurutnya, NTT memiliki banyak sektor yang bisa dikembangkan untuk pertumbuhan ekonomi, mulai dari peternakan, pertanian, perkebunan hingga kelautan.
Dirinya bahkan mencontohkan Provinsi Bali yang sempat lumpuh akibat pandemi Covid-19. “Kalau Bali hanya andalkan sektor pariwisata, sehingga tidak heran saat Covid-19, langsung turun. Semenetara NTT memiliki banyak sekali sektor yang bisa dikelola agar bisa dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian NTT,” tandasnya.♦gor
Baca juga: RSUD S.K. Lerik Kupang Kini Punya Layanan Radiologi Mammografi dan Podcast “Ngopi Sore”