Lawan Siapa yang Bunuh Peternak Mandiri SBD

PETERNAK mandiri yang menyebar hampir di seluruh kecamatan di Sumba Barat Daya hingga kini masih tersiksa batin dengan isu masuknya pengusaha besar yang akan menguasai peternakan unggas dari hulu sampai ke hilir. Menurut mereka, kalau perusahaan besar, dalam bentuk PT, ada di SBD, maka sehebat -hebatnya peternak mandiri, cepat atau lambat, pasti terbunuh habis tanpa sisa.

Jika peternak mandiri habis dibantai, maka apa yang akan terjadi? Pertama, perputaran ekonomi yang sekarang makin bagus akan kembali ke titik nol. Peredaran uang yang selama ini lancar-lancar saja, akan sangat terasa macet dengan daya beli yang melorot jauh ke bawah karena uang kita dikoko ke luar, bukan berputar di kalangan kita sendiri. Kedua, pendidikan generasi peternak unggas akan terganggu kalau akhirnya berhenti beternak dengan alasan kalah bersaing. Ketiga, kejahatan dalam bentuk pencurian yang terkesan diam selama ini akan kembali beraksi dalam volume tinggi.

Dengan berbagai pertimbangan demikian, maka perkumpulan peternak unggas SBD yang diketuai Yohanes Ngongo melakukan audiensi dengan bupati Sumba Barat Daya, 11 April 2025. Seusai audiensi dengan Bupati, asosiasi peternak tersebut diserbu warga pers dengan pertanyaan utama: bagaimana sikap peternak unggas kalau ternyata PT resmi masuk SBD? Jawabannya: Menolak.

Dengan kata menolak, ternyata warga peternak unggas SBD belum puas-puas juga. Mereka tetap galau karena eksekusi menolak menjadi kewenangan pemerintah daerah berdasarkan rekomendasi DPRD Sumba Barat Daya. Karena itu Asosiasi minta audiensi pula dengan pimpinan DPRD Sumba Barat Daya. Surat sudah dikirim sebelum paskah, tapi sampai dengan berita ini diturunkan, pengurus asosiasi masih menunggu dengan sabar kapan pimpinan DPRD Sumba Barat Daya panggil audiensi.

Sambil menunggu surat resmi utk audiensi dengan pimpinan DPRD Sumba Barat Daya, beberapa pihak dengan kekuatan daya empati masing-masing ikut berkomentar mendukung agar peternak mandiri tetap diberi ruang gerak yang makin luas bersama pemerintah mengembangkan perekonomian rakyat. Siapa saja mereka?

Pertama, Samsi Pua Golo, ketua Partai Amanat Nasional dan mantan Wakil Ketua DPRD Sumba Barat Daya. Bagaimana pendapat Bapak dengan maraknya isu PT akan masuk di Sumba Barat Daya?Jawabannya singkat dan padat: “Lawan!!!”
Diberi pertanyaan kedua: lawan dalam bentuk apa? WA centang dua, tapi lama tidak dibaca. Terkesan marah dan kesalnya sedang memuncak.

Kedua, Alfonsus Seingo Rua, peternak dan agen DOC tiga kabupaten (Sumba Barat Daya, Sumba Barat, dan Sumba Tengah). Mungkin saja nama Alfons atau biasa dipanggil Robinson belum banyak kalangan yang tahu. Tetapi di kalangan peternak unggas tiga kabupaten, nama Robinson sangat tenar. Dalam Asosiasi Peternak Unggas, dia salah satu pengurus andalan otak dan fisik. Mau otak siap, mau fisik juga siap. Terkait dengan bakal hadirnya PT di SBD, Robinson bersama mitra kerja siap pasang badan. Katanya, kalau pemerintah kalah berhadapan dengan PT, maka peternak unggas siap mati lewat demo kalau piring nasinya diambil orang. Dengan tegas Robinson nyatakan: “Demo siang-malam. Siang kalah, maka otak bodoh malam menang.”

Ketiga, Samboma Rephi, mantan Anggota DPRD Sumba Barat. Ia mengungkapkan, bahwa informasi PT masuk di SBD sudah diketahui juga oleh masyarakat Waikabubak. Meskipun domisili di Sumba Barat, ia sangat prihatin kalau akhirnya kecolongan PT monopoli usaha peternakan di Sumba Barat Daya. Ia menyarankan agar Pemda dan pimpinan DPRD Sumba Barat Daya mengambil barisan terdepan membela peternak yang ada di daerah.

Keempat, Febriani Kuningsari Malo, peternak unggas dari Lolaramo, Wewewa Barat. Ketika mendengar kabar PT akan temui Bupati dan pimpinan DPRD Sumba Barat Daya, ia membalas WA dengan sedih dan duka.
“Waduh, kasihan kita peternak kecil. Tolong Mama Bupati!”

Kelima, Oscarinto Gadi Lete, peternak skala rumahan dari Omba Rade, Wewewa Timur. Orang muda ini pernah merantau ke luar daerah karena tekanan ekonomi dalam keluarga. Dengan dasar pengalaman di rantau, ia pulang kampung dan bergerak dalam usaha budidaya ayam potong. Kalau benar PT masuk di SBD, maka orang SBD dapat apa lagi. Mari kita belajar bagaimana hancurnya peternak mandiri di Sumba Timur setelah PT dapat izin dari Pemerintah Daerah.

Keenam, Adi Kami, peternak unggas dari Kodi Utara. Orang ini mirip sama dengan Robinson. Mau otak silakan, mau fisik lebih oke lagi. Beberapa tahun yang lalu ia dengan gagah beraninya tampil jual nyawa membela peternak lokal SBD. Ayam PT dari Waingapu yang masuk sampai pelosok SBD ia halangi. Berhasil tahap awal, tapi kalah dalam langkah selanjutnya karena belum ada kawan yang sekeras dirinya. Ia berharap dengan legalitas asosiasi ditambah pula dengan kebijakan Bupati SBD yang pro-rakyat, PT jangan coba-coba sakiti dua kali. Kita lawan sampai titik darah penghabisan siapa yang bunuh peternak SBD, tegasnya. ♦ Aster Bili Bora