Di era kemajuan teknologi informasi saat ini nilai-nilai luar dengan bebas masuk keruang publik dan nilai-nilai tersebut tidak hanya nilai baik tetapi ada juga yang negatif dan dapat merusak karakteristik iman jemaat. Biasanya orang yang mudah terpengaruh nilai-nilai negatif tersebut adalah mereka yang otaknya kosong dimana salah satu cirinya adalah suka bicara tetapi apa yang dibicarakan tidak dilaksanakan. Penilaian tersebut disampaikan Bupati Kupang Ayub Titu Eki dalam sambutannya ketika menghadiri Sidang Klasis Amfoang Selatan di Gereja Maranatha Nefoleog Desa Bonmuti Kecamatan Amfoang Tengah, 26 juni 2016.
Dikatakan Bupati Titu Eki di era globalisasi saat ini setiap warga memang tidak bisa menghidari diri dari nilai-nilai global yang cenderung mendorong kita untuk bergaya modern. Dinyatakannya agar masyarakat dapat mengambil bagian dalam berkompetisi sesuai dengan perkembangan yang ada mesti, masyarakat perlu melakukan sesuatu pekerjaan yang sifatnya produktif sehingga kita tidak hanya menikmati hasil dari negara lain tetapi kita juga mempunyai hasil yang bisa di ekspor.
Menurut Bupati jalan poros tengah dan pembangunan obsevatorium di Gunung Timau adalah mementum bagi warga amfoang untuk dapat melangkah kearah yang lebih maju dan menjadikan itu sebagai peluang yang baik seperti menyiapkan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh para pengunjung Obsevatorium yang datang dari berbagai pelosok tanah air maupun manca negara. Pada kesempatan tersebut Bupati Ayub Titu Eki mengajak ketua Sinode GMIT untuk menggalang kerjasama dalam rangka meningkatkan ekonomi jemaat melalui gerakan tanam paksa paksa tanam.
Sementara itu ketua Sinode GMIT Merry Kolimon dalam suara Gembala menegaskan bersidang tidak sekedar berkumpulnya orang-orang tetapi persidangan harus membuahkan hasil berupa formulasi program kerja yang tepat dalam rangka membentengi diri warga jemaat menghadapi tantangan global saat ini. Tugas gereja sebenarnya adalah memperjuangkan agar jemaat melaksanakan ibadah dengan baik, bebas dari kemiskinan dan kondisi ketidakadilan dan tumbuhnya rasa cinta kasih dan tolong menolong. Selain itu, sidang klasis dapat juga dijadikan sebagai forum penguatan antar jemaat dengan pengurus gereja. Jika dijemaat yang lain ada kemajuan atau kelebihan bagilah itu bagi jemaat yang lain.
Begitu juga kalau ada persoalan maka jemaat yang lain dapat melakukan penguatan. Hal lain yang saat ini menjadi perhatian Sinode dijelaskan Merry Kolimon adalah soal masih banyaknya aset Gereja yang belum disertifikasi dan terbatasnya tenaga pendeta didesa. Untuk itu dirinya meminta para pendeta segera mendata aset-aset gereja terkhusus aset tanah dan bangunan dan mengurus sertifikatnya. Sementara untuk mengatasi kekurangan tenaga pendeta, dirinya berjanji akan melakukan perekrutan tenaga Vikaris untuk ditempatkan diwilayah Amfoang sesuai kebutuhan 50 orang. Diingatkan untuk para pendeta agar jangan mengejar kepentingan diri tetapi yang dikejar adalah bagaimana membimbing jemaat menjadi maju dalam beribadah dan kehidupan sosialnya semakin baik.
Adapun materi yang dibahas dalam sidang klasis Amfoang Selatan tahun 2016 antara lain membahas program dan kegiatan yang telah dilaksanakan tahun 2014-2015 dan pemilihan badan pengurus PAR, pemuda dan Perempuan GMIT serta Kerja bakti melalui kegiatan menanam dilokasi tanah gereja. ♦ humas kab kupang