EXPONTT.COM – World Health Organization ( WHO ) telah melaporkan ditemukan kasus pertama infeksi virus Marburg pada Senin 9 Agustus 2021 yang lalu. Pemerintah Guinea juga mengkonfirmasi kasus virus ini dua bulan setelah wabah Ebola kedua berakhir di negara tersebut.
Virus Marburg memiliki hubungan dengan kalelawar rouseltus yang hidup di lokasi tambang atau gua dan pertama kasi terdeteksi di Frankfurt, Jerman dan Beogard, Serbia pada 1967.
Tingkat meninggal karena kasus Marburg bervariasi, mulai 24 persen hingga 88 persen saat wabah di masa lalu, tergantung pada jenis virus dan penanganan kasus.
Penularan virus Marburg terjadi melalui kontak cairan dan jaringan tubuh yang terinfeksi.
Baca juga: Tali Bendera Putus, Peserta Upacara di Sumba Nekat Panjat Tiang, Videonya Viral
Gejala terpapar virus marburg meliputi, sakit kepala, muntah darah, nyeri otot, dan pendarahan diberbagai lubang yang ada di tubuh.
Banyak pasien mengalami gejala berat setelah hari ketujuh infeksi. Pendarahan berpotensi terjadi di hidung, gusi, dan area vagina.
Virus tersebut juga memengaruhi sistem saraf pusat yang mengakibatkan kebingungan, lekas marah dan agresif.
WHO sedang mencari cara agar virus Merburg tidak menyebar luas.
Baca juga: Kebakaran di Waibalun Flores Timur, Satu Keluarga Tewas Seketika
Direktur Regional WHO untuk Afrika, Banyak pasien mengalami gejala berat setelah hari ketujuh infeksi. Pendarahan berpotensi terjadi di hidung, gusi, dan area vagina.
Virus tersebut juga memengaruhi sistem saraf pusat yang mengakibatkan kebingungan, lekas marah dan agresif. Moeti, mengatakan, virus Merburg memiliki potensi untuk menyebar luas.
“potensi virus Marburg untuk menyebar jauh dan luas, yang artinya kita harus menghentikan (penularannya),” kata Moeti.
♦antaranews.com