DALAM dunia globalisasi, hanya orang yang memiliki cukup pengetahuanlah yang akan menguasai dunia. Dan pengetahuan hanya bisa diperoleh jika seseorang rajin membaca.
Demikian dikatakan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Kamis 30 Juni 2016 usai menyampaikan pidato ucapan selamat hari raya Idul Fitri 1437 Hijriah.
“Saat ini kita masuk dalam dunia globalisasi, kita masuk ke era MEA. Orang sering bilang, pengetahuan seseorang bisa menguasai dunia atau dunia bisa dikuasai oleh orang yang punya pengetahuan yang luas. Oleh karena itu kita perlu membaca. Untuk dapat memperoleh pengetahuan yang luas itu salah satunya adalah dengan membaca,” kata Gubernur Lebu Raya di ruang kerjanya.
Dikatakan, generasi muda NTT perlu terus meningkatkan budaya membaca karena dengan membaca generasi muda NTT bisa memiliki ilmu, memiliki pengetahuan yang luas untuk kehidupannya.
“Saya minta kepada seluruh masyarakat NTT, terutama kalangan generasi muda, remaja supaya terus menerus meningkatkan minat bacanya sehingga dia bisa memiliki ilmu, memiliki pengetahuan yang luas untuk kehidupannya dimasa sekarang dan masa depannya,” pinta Gubernur Lebu Raya.
Salah seorang pustakawan asal Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Frans Wayan dalam materinya tentang ‘Pembudayaan Kegemaran Membaca’ dalam diskusi panel Pemasyarakatan Perpustakaan dan Minat Baca serta Pemilihan Pustakawan Berprestasi Tingkat Provinsi NTT di lantai I Badan Perpustakaan Daerah Provinsi NTT beberapa waktu lalu mengatakan, budaya membaca orang Indonesia dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada khsususnya masih sangat rendah. Hal ini dipengaruhi oleh warisan nenek moyang yang tidak meninggalkan budaya baca tulis, tetapi budaya lisan seperti budaya omong, menonton dan mendengar.
Menurut Wayan, minat baca orang Indonesia sangat rendah. Masyarakat belum menjadi society book, reader dan writer. Masyarakat, katanya, masih menjadi pendengar dan penonton yang baik.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), katanya, masyarakat Indonesia yang menonton televisi sebanyak 85,9 persen, mendengarkan radio sebanyak 40,3 persen, sedangkan yang membaca koran 23,5 persen. ♦ epo