Kisah Sutarman, 51 Tahun Jadi Tukang Sol Sepatu di Kota Kupang

Sutarman, 51 tahun menjadi tukang sol sepatu di Kota Kupang / foto: Gorby Rumung

EXPONTT.COM, KUPANG – Tangan keriput menggenggam jarum dan sepatu, menarik benang sambil sesekali ia menghisap rokok yang menggantung di celah bibirnya.

Di pinggir Jalan Durian, Kelurahan Naikoten I, Kota Kupang, Sutarman duduk di bangku kayu sambil menjahit satu per satu sepatu milik pelanggan.

Segelas kopi menjadi teman pria paruh baya kala sedang mencari rejeki.

Sutar, begitu ia sering disapa, mengaku telah menjadi tukang sol sepatu selama kurang lebih 51 tahun di Kota Kupang.

Pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah 72 tahun silam itu berkisah, pertama kali menginjakan kakinya di Kota Kupang pada tahun 1972.

Bersama istri dan anak pertamanya, Sutar mencari peruntungan di Tanah Timor yang sebelumnya hanya ia dengar melalui radio dan baca dari koran.

Baca juga:  Pengembalian Uang “Kelebihan Bayar” Tunjangan DPRD Kota Kupang Tak Hilangkan Unsur Pidana Korupsi 

Sebelum datang ke Kupang, Sutar mengaku telah berkeliling dan mengadu nasib ke beberapa daerah di Indonesia. “Jakarta, Bogor, Kalimantan, Sumatera, saya sudah sampai,” katanya.

Saat pertama kali datang ke Kupang, Sutar mengaku tidak berniat menjadi tukang sol sepatu. “Seminggu pertama saya jualan bakso di daerah Kanaan, Kuanino, sedangkan istri saya jualan jamu waktu itu” ungkap Sutar.

Namun karena merasa usahanya tidak berjalan dengan baik, dirinya langsung banting stir menjadi tukang sol sepatu. “Saat itu saya berpikir usaha apa yang bisa saya jalankan tanpa modal yang besar, ya dapat idenya sol sepatu ini,” ungkapnya.

Baca juga:  Intip 16 Program Utama Jonas-Alo, Air Bersih Gratis Hingga Sekolah Gratis

Dirinya mengaku sebelumnya tidak pernah memiliki keahlian untuk menjahit sepatu. “Dulu waktu disana (ditempat asalnya) cuma lihat teman-teman yang kerjanya sol sepatu,” kata pria kelahiran 1952 itu.

Diawal-awal menjadi tukang sol sepatu, Sutar mengaku harus berjalan kaki mengelilingi Kota Kupang. “Ya jalan kaki, dari kota sini sampai di daerah Alak sana, keliling. Keluar jam 9 pagi pulangnya jam 6 sore,” kata Sutar.

Setelah beberapa tahun menjadi tukang sol sepatu keliling, ia memutuskan untuk ngetem di depan Kantor Gubernur NTT yang saat itu terletak di Jalan Basuki Rahmat, Naikoten I, Kota Kupang. Setelah kantor Gubernur NTT pindah ke Jalan El Tari, dirinya pun memutuskan untuk pindah ke Jalan Durian tepatnya di samping SPBU Pertamina Jalan Jendral Soeharto, Kota Kupang.

Baca juga:  Intip 16 Program Utama Jonas-Alo, Air Bersih Gratis Hingga Sekolah Gratis

“Waktu itu saya yang pertama di jalan ini, masih sepi dulu. Sekarang udah banyak tukang sol sepatu disini,” ujarnya.

Sutar menyebut dari pekerjaannya sebagai tukang sol sepatu, ia telah membesarkan tiga orang anaknya.

Sebagai warga pendatang yang telah 51 tahun tinggal di tanah Timor, Sutar mengungkapkan, dirinya memilih menetap di ibu kota provinsi NTT karena menurutnya Kota Kupang menjadi kota yang aman dan damai yang pernah ia tinggali.

“Sederhana, aman dan damai, tidak banyak masalah bahkan jika dibanding tempat asal saya,” tutupnya.♦gor

Baca juga: Paskah di Tanah Terjanji