EXPONTT.COM, KUPANG – Satu pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Kupang meninggal dunia di Januari 2025.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg Retnowati, mengakui pada awal tahun ini terjadi satu kasus kematian karena DBD di wilayah pelayanan Puskesmas Sikumana atau wilayah Kecamatan Maulafa.
Terkait kasus kematian akibat DBD di Kecamatan Maulafa, Retnowati mengatakan, tengah dilakukan penyelidikan epidemiologi, untuk mendapatkan hasil investigasi, apakah pasien DBD yang meninggal ini karena keterlambatan pelayanan kesehatan ataukah karena kelalaian oleh keluarga yang tidak membawa pasien ke fasilitas layanan kesehatan.
Selain itu, harus dilakukan peninjauan dilingkungan, karena sesuai dengan laporan dari Puskesmas Sikumana, bahwa korban merupakan warga di wilayah pelayanan Puskesmas Sikumana, namun korban selama ini dirawat oleh keluarganya di Kelurahan Oebufu.
“Jadi sekarang sementara dilakukan penyelidikan epidemiologi dan surveilans, untuk melihat jentik-jentik nyamuk di setiap rumah tangga. Hasil investigasi sudah ada, barulah dilakukan tindakan, apakah harus dilakukan fogging atau taburisasi larvasida,” ungkapnya, Kamis, 30 Januari 2025.
Retnowati menerangkan bahwa kalau dari lokasi dengan radius 200 meter, ditemukan jentik nyamuk 90 persen dari tempat penampungan air, maka kemungkinan besar nyamuknya berada di wilayah tersebut.
Dirinya menyebut meski ada satu kasus kematian akibat DBD pada awal tahun 2025 ini, namun secara keseluruhan jumlah kasus DBD di Kota Kupang menurun jika dibandingkan dengan periode Januari 2024.
Pada Januari 2025 terjadi 35 kasus DBD sementara pada Januari 2024 terjadi 170 kasus DBD. “Kalau dilihat dari jumlah kasus pada tahun-tahun sebelumnya, memang tahun ini lebih berkurang, karena tahun ini hanya 35 kasus, namun pada tahun sebelumnya mencapai 170 kasus, 179 kasus dan 46 kasus. Tetapi pada Januari selama dua tahun terakhir, tidak ada kasus kematian, namun tahun ini ada kasus kematian,” jelasnya.
drg. Retnowati menyebut penurunan kasus DBD di Kota Kupang juga dipengaruhi oleh program nyamuk Wolbachia yang dilakukan Kementerian Kesehatan di Kota Kupang.
“Untuk Kecamatan Maulafa sendiri, sementara dilakukan pengembangan nyamuk ber-wolbachia, karena memang belum fasenya untuk menyelesaikan, sehingga hasilnya belum maksimal. Kalau dibandingkan dengan Kecamatan Oebobo, yang sudah selesai penerapan nyamuk Wolbachia, sudah dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kasus, dan kunjungan pasien ke rumah sakit juga berkurang,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang, Jemari Yoseph Dogon, menyebut kasus DBD yang mengakibatkan korban meninggal, harus menjadi perhatian serius, terutama dinas teknis terkait.
“Ini warning buat kita semua, Harus bisa ditangani dengan cepat, tentunya membutuhkan peran serta masyarakat sendiri,” ungkap Yoseph Dogon saat ditemui di Gedung DPRD Kota Kupang.
Dirinya berharap tidak terjadi kasus DBD yang sampai memakan korban nyawa lagi di waktu mendatang.
Menurutnya, Kota Kupang sebagai ibu kota provinsi NTT ini, bisa terbebas dari kasus DBD. “Seharusnya juga kita harus antisipasi lebih awal, jangan sampai sudah ada korban baru kita bergerak,” tandasnya.♦gor