Oleh Eddy Ngganggus
Perolehan laba bank NTT bulan November 2023 tidak sampai setengah dari perolehan laba bank NTT tahun lalu yakni bulan November 2022.
Jika pada bulan November tahun 2022, bank NTT meraup laba sebesar Rp 269.867 juta, namun pada bulan November tahun 2023 ini bank NTT hanya memperoleh laba Rp 110.777 juta. Seperti tampak pada grafik 1 yang kami olah dari web site bank NTT yakni www.bpdntt.co.id di bawah ini.
Laba bulan November 2023 hanya mencapai 41% dari perolehan laba pada periode yang sama tahun lalu, atau terjadi penurunan sebesar Rp 159.090 juta atau 59%.
Grafik 1
Penyebab turunnya laba ini masih tetap sama seperti alasan bulan-bulan sebelumnya yakni akibat dari besarnya pembentukan Cadangan atau CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai).
Cadangan mengalamai peningkatan sangat besar yakni sebesar Rp 88.457 juta dari Rp 187.526 juta menjadi Rp 275.983 juta. Atau meningkat sebesar 47% .
Peningkatan CKPN dapat dilihat pada grafik 2 di bawah ini, yang kami oleh dari website bank NTT, yakni www.bpdntt.co.id .
Peningakatan CKPN menunjukan telah terjadi peningkatan kredit bermasalah. karena tidak tertagihnya kredit yang diberikan. Ini menyebabakan berkuragnya perolehan pendapatan bunga pinjaman sebagai salah satu sumber income terbesar bank.
Dan saat yang sama bank dibebani tanggung jawab membentuk cadangan yang berarti membentuk biaya. Ujung-ujungnya hal ini akan akan menggerus laba.
Peningkatan kredit bermasalah menjadi kejadian berulang setiap bulan selama 11 bulan di tahun 2023 . Belum tampak ada perbaikan kinerja di sisi ini.
Grafik 2
Ironinya banyaknya jumlah pemberian kredit yang begitu tinggi, tidak mampu diimbangi dengan kualitas pengembalian oleh para debiturnya. Kondisi yag terjadi, jumlah pemberian tidak diikuti oleh kualitas pengembalian. Banyak pinjaman yang tertanam menjadi kredit bermasalah. Jumlah ekspansi kredit tampak seperti yang di tampilkan pada grafik 3 berikut yang kami olah dari website bank NTT yakni www. Bpdntt.co.id.
Grafik 3
Manajemen pemberian kredit masih jauh dari ideal. Mestinya laju pertumbuhan pemberian kredit berbanding lurus dengan pertumbuhan laba. Artinya, semakin banyak jumlah kredit yang diberikan ,maka semakin banyak pula perolehan laba. Namun Kenyataan ini tidak terjadi.
Data kinerja bank NTT selama 11 bulan di tahun 2023 di website bank NTT yakni www,bpdntt.co.id sangat gamblang menunjukan performance yang tidak ideal lagi.
Ini mestinya menjadi obyek perhatian Otoritas Jasa Keuangan dan Para Pemegang Saham agar kinerja bank NTT jangan sampai menjadi bank berkinerja buruk. Yang bisa dilakukan oleh keduanya adalah melakukan analisis akar masalah (root cause analysis) sebagai salah satu sarana penentu langkah perbaikan di bidang perkreditan.
Mendiamkan persoalan kinerja bank NTT yang sedang menurun seperti ini akan menurunkan kemampuan ekonomi masyarakat, kemampuan ekonomi daerah NTT . Setidaknya penurunan kemampuan itu bersumber karena menurunnya perolehan deviden PEMDA yang merupakan salah satu sumber PAD.
Di akhir tulisan ini saya ini ingin mereview ingatan para Pemegang Saham dan Otoritas Jasa Keuangan Propinsi NTT, bahwa laba bank NTT tiga tahun lalu yakni bulan November 2020 bisa mencapai Rp 207.993 juta padahal jumlah kredit yang berikan pada saat itu hanya Rp 10,3 triliun. Mengapa kejadiannya hari ini laba malah menurun menjadi Rp 110.777 juta , padahal jumlah kredit yang diberikan meningkat menjadi Rp 12,6 Triliun ? Mari kita diskusi mencari solusinya.(*)