Oleh Eddy Ngganggus
EXPONTT.COM – Pada halaman 10 laporan tahunan 2022 atau annual report pada website resmi Bank NTT bpdntt.co.id mencantumkan perolehan laba bersih setelah pajak Bank NTT seperti tercantum pada grafik yang saya screen shoot dari laman website Bank NTT, seperti tertera pada grafik 1 di bawah ini .

Dari laman website yang sama kita dapatkan laporan perolehan laba yang belum di audit (unaudited) posisi bulan Desember 2023 adalah sebesar Rp 121.176 juta (Seratus dua puluh satu milliar seratus tujuh puluh enam juta rupiah).
Apa arti angka-angka ini ?
Perolehan laba Bank NTT sejak bulan Desember tahun 2020 lebih besar dari tahun-tahun setelahnya. Maknanya perolehan laba Bank NTT selama 3 tahun terakhir menurun cukup tajam.
Dari Rp 236.289 juta (Dua ratus tiga puluh enam miliar dua ratus delapan puluh sembilan juta rupiah) pada Desember 2020 menjadi hanya Rp 121.176 juta (Seratus dua puluh satu milliard seratus tujuh puluh enam juta rupiah) pada Desember 2023.
Terjadi penurunan sebesar Rp 115.113 juta (Seratus lima belas miliar serratus tiga belas juta rupiah) atau turun 49%. Kurang 1% , perolehan laba tahun 2023 ini hanya setengah dari perolehan laba 4 tahun lalu. Kinerja laba BankNTT selama 4 tahun bergerak mundur.
Baca juga: Tom Lembong Ungkap Alasan Pasangan AMIN Tolak Pembangunan IKN
Orientasi utama bisnis Bank salah satunya adalah laba. Jika laba Bank sudah tidak bertumbuh apalagi dalam rentang waktu 4 tahun, maka sejatinya bisnis ini telah gagal mempertahankan kenaikan laba meskipun masih bisa memberikan laba. Bisa memberikan laba tidak berarti kinerja keuangan Bank baik, namun “pertumbuhan” laba menjadi salah satu patokan atau indikasi kinerja Bank baik.
Bank yang mampu mencetak laba, namun bertumbuh negatif seperti yang terjadi pada Bank NTT selama 4 tahun terakhir ini adalah indikasi buruk, karena laba bertumbuh negatif alias bergerak mundur.
Apa yang harus dilakukan ?
Rentang waktu 4 tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk evaluasi kembali kinerja manajemen. Menemukan sebab mayor maupun sebab minor, sebab primer maupun sebab sekunder turunnya laba bersih ini.
Hal ini menjadi urgen, bukan saja penting. Saya menggunakan diksi “Urgen” karena derajat keterdesakannya lebih tinggi dari penting.
Baca juga:281.972 Pemilih Potensial di NTT Belum Miliki KTP Elektronik
Memperoleh laba itu penting, namun laba Bank mesti “bertumbuh” setiap tahun adalah urgen. Sekali lagi derajat keterdesakan yang urgen lebih tinggi dari penting.
Mengapa kinerjaa laba mesti bertumbuh ? karena sustanibility atau keberlanjutan bisnis bank bergantung pada ada tidaknya pertumbuhan laba Bank NTT. Para Pemegang saham patut untuk “tidak permisif” dengan kondisi laba yang menurun ini.
Menurunnya laba selama 4 tahun berturut-turut ini adalah alaram buruk bagi kinerja keuangan Bank NTT. Jangan sampai mengabaikan alaram ini hanya karena Bank NTT masih bisa memberiBkan laba.
Wajah bank terpancar dari pertumbuhan laba tiap tahun , demikian juga kepercayaan publik akan mengikutinya. Karena itu pemegang saham hendaknya peka dengan kondisi pertumbuhan laba yang menurun ini agar segera mengevaluasi secara menyeluruh lima aspek penentu perolehan laba bank yakni capital, asset, manajemen bank, equity dan liqudity, tentunya dengan etos kerja yang berbasis value atau nilai keutamaan di atas basis data dari ragam sumber yang ada. Niscaya.(*)
Baca juga: Mengapa Prabowo Ingin Menjadi Presiden?