Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
Pengantar
“Kalau nilai 9 itu kesuksesan dalam kehidupan, maka nilai 9 sama dengan x ditambah y ditambah z. Bekerja adalah x, y dan bermain dan z adalah untuk berdiam diri “.
“Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru”.
Berbicara tentang manajemen mutu pendidikan berarti berbicara tentang bagaimana mengelola unit kerja atau sekolah dengan baik dan benar, agar sekolah kita bermutu atau berkualitas. Jadi, kunci sekolah bermutu atau berkualitas adalah manajemennya khususnya manajemen diri setiap ekosistem yang ada di dalamnya, mulai dari kepala sekolah sampai pembantu pelaksana. Manajemen SDM yang bermutu dari masing-masing ekosistem, harus dijiwai dengan komitmen mutu akan menjadikan sekolah kita bemutu. Jika itu yang terjadi, maka manjemen mutu terpadu atau total quality manajemen (MMT/TQM) dapat terwujud. Bayangkan saja, jika SDM-nya bagus tetapi komitmen lemah, tidak merasa memiliki sekolah dan merasa hanya mencari “uang”, sehingga segala sesuatu diukur dengan uang. Tidak salah, tetapi alangkah bijaknya, jika kita menunjukan etos kerja yang baik lebih dahulu, baru kita akan menuntut hak. Banyak kali yang terjadi kecenderungan banyak orang, belum bekerja tetapi sudah tanya ada uangnya, tidak? Ketika kita banyak menuntut, maka kita tidak lebih dari seorang tenaga buruh kasar, padahal, kita adalah seorang tenaga pendidik yang profesional. Dengan kompetensi dan sikap profesional yang kita miliki, maka kita harusnya bertindak sesuai dengan kompetensi dan profesi yang kita sandang. Pastilah sekolah, yayasan, masyarakat, pemerintah, memberikan apresiasi atas apa yang kita lakukan secara profesional, melalui kenaikan pangkat/gol, gaji, TPP atau TPG, melalui sertifikasi pendidik. Banyak kali pikiran kita hanya “uang”, (money oriented) sampai kita lupa untuk bersyukur atas rejeki yang Tuhan berikan dalam bentuk yang lain. Namun, yang perlu dipahami, bahwa penghargaan itu bukan satu satunya dalam bentuk uang, melainkan bisa dalam bentuk piagam, promosi jabatan, studi lanjut, dllnya. Sebab, kalau dalam bentuk uang, khususnya dari yayasan, harus disesuaikan dengan kemampuan yayasan, yang bersumber dari unit unit kerja. Dan kuncinya adalab input peserta didik yang sesuai dengan pagu yang diharapkan. Sebab, idealnya setiap sekolah hsrus bisa membiayai sendiri unit kerjanya alias mandiri.
Saya sangat yakin, jika sekolah kita bermutu, secara implisit kita menginvestasi ”harta karun” yang pasti kita tidak akan lapar. Ah teori, mana prakteknya buktikan sendiri…Selamat berproses menjadi manusia bermutu!
Pengertian manajemen mutu pendidikan
Manajemen mutu pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dalam mengelola jasa untuk memberikan kepuasan lepada para pelanggan melalui jaminan mutu, supaya tidak terjadi keluhan-keluhan. Jadi, kuncinya adalah manajemen mutu, khususnya mutu SDM guru, sebagai garda terdepan, dalam mengelola input, proccess, dan output. Input disini tidak lain adalah peserta didik, baik yang baru maupun yang lama. So, tugas para guru adalah mengelola input, baik soft skill maupun hard skillnya. Dan mengingat latar belakang peserta didik beragam, dan tidak semuanya berkualitas, maka sangat dibutuhkan SDM guru yang bermutu, untuk mengelola input melalui proses yang berkualitas, yakni melalui pembelajaran yang bermakna, melalui pembelajaran yang inovatif dan kreatif, serta melalui pembelajaran berdiferensiasi. Jadi, mengelola proses secara berkualitas adalah kunci utama, untuk menghasilkan output yang berkualitas. Oleh karena itu, para kepala sekolah, para pendiddik dan tenaga kependidikan, perlu mengupdate dan mengupgrade diri, baik secara mandiri, dengan mengunjungi platform merdeka mengajar (PMM) maupun secara lembaga, entah sekolah atau pun yayasan. Dengan demikian, kolaborasi antar atau lintas ekosistem dapat menghasilkan mutu pendidikan, sesuai dengan harapan para pelanggan. Sebab, sesungguhnya kepuasan para pelanggan harus menjadi prioritas, karena terkait dengan kepercayaan para pelanggan. Dan semakin tinggi tingkat kepercayaan para pelanggan terhadap selolah kita, maka bukan tidak mungkin jumlah input semakin banyak. Oleh sebab itu, sekolah memiliki peran yang penting untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik, supaya peserta didik dapat dengan aktif mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Mutu tidak datang dengan sendirinya, tetapi tergantunnputg dari bagaimana mengelola atau memberdayakan SDM yang dimilki, baik pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta didik. Mutu tidak dilihat dari kurikulumnya, tetapi bagaimana mutu SDM diri kita. Yang dimaksud dengan sumber daya manusia yaitu semua ekosistem, yang masih aktif, diantaranya peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Dalam proses peningkatan mutu sumber daya manusia yang harus dilakukan adalah dengan terencana, terarah, intensif, efisien dan efektif. Hal ini dilakukan supaya dapat bersaing, dengan lembaga pendidikan lain, sebab kalau tidak para pelanggan kita akan memilih sekolah yang lebih bermutu.
Yang perlu kita sadari pula, bahwa banyak sekolah yang bermutu sekarang ini, dan sudah pasti mahal. Dan itu wajar, dari pada sekolah mahal, tetapi mutu rendah. Namun, adakah sekolah bermutu, tetapi biaya pendidikan murah? Lalu bagaimana dengan sekolah-sekolah yang pas-pasan mutuya, bisa-bisa ketiadaan PDB (peserta didi baru). Untuk itu, perlu terobosan baru, yang kiranya tidak dimiliki oleh sekolah lain dan ini perlu duduk bersama termasuk libatkan orangtua peserta didik, peserta didik, BP2/komite sekolah, alumni, pemerhati pendidikan, sekolah mitra, untuk mendengar input dari mereka.
Oleh karena bisa jadi, orang tua atau masysarakat enggan masuk sekolah kita, karena ada hal hal yang pihak sekolah tidak tahu atau tidak sadari. Maka, perlu membangun komunikasi dengan pihak luar sekolah, dengan mengadakan pertemuan untuk mendengar masukan dari mereka tentang sekolah kita atau persepsi masyarakat mengenai sekolah kita (school branding). Dan dari persepsi masyarakat mengenai sekolah kita, maka kita bisa mengelola informasi itu dan atau membenahi atau memperbaiki jika diperlukan. Menurut hemat saya, hal ini mutlak diperlukan oleh semua sekolah, agar pihak sekolah memperoleh gambaran mengenai persepsi publik mengenai sekolah kita.
Dari masukan pihak luar dan dari hasil evaluasi internal sekolah, dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembenahan atau perbaikan manajemen. Namun, pertanyaannya adalah apakah kepala sekolah memiliki keberanian untuk mengevaluasi manajemen sekolah? Dan apakah pihak sekolah berani membuka diri terhadap pihak luar, untuk menerima masukan?
Komponen-komponen manajemen mutu pendidikan
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan, yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah (2000: 191) adalah:
1) Peserta Didik: kesiapan dan motivasi belajarnya,
2) Pendidik/guru: kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal) dan kerjasamanya (kemampuan social).
3) Kurikulum: relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya,
4) Sarana dan prasarana: kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran,
5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan dan perguruan tinggi): partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus perhatian kepala sekolah.
Penutup
“Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang dilupakan, kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu”.
”Berfikir secara rasional tanpa dipengaruhi oleh naluri atau emosi merupakan satu cara menyelesaikan masalah yg paling berkesan”.
Manajemen mutu terpadu pendidik yang diterjemahkan dari total quality management (TQM) atau disebut pula pengelolaan mutu total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. Pengelolaan mutu total (PMT) adalah suatu pendekatan yang sistematis, praktis dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu. Definisi lain pengelolaan mutu total (PMT) pendidikan adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu, berkesinambungan, sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan, sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan, baik masa kini maupun yang akan datang.
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah 1) PD: kesiapan dan motivasi belajarnya, 2) pendidik/guru: kemampuan profesional, moral kerjanya, 3) kurikulum: relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, 4) dan sarana dan prasarana: kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan dan perguruan tinggi): partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus perhatian kepala sekolah.
Dalam MMT sekolah dipahami sebagai unit layanan jasa, yakni pelayanan pembelajaran.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah, pelanggan sekolah adalah: 1) pelanggan internal: peserta didik, pendidik/guru, pustakawan/ti, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas:orangtua peserta didik, pemerintah dan masyarakat, pemakai/penerima lulusan, baik di perguruan tinggi maupun dunia usaha.(*)