Pengaruh Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya Manggarai
Oleh: Silvinus Hayon Bening
Latar belakang kebudayaan
Kebudayaan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini mengalami akulturasi dari berbagai daerah di Indonesia, namun masyarakat masih mempertahankan ketradisionalan sebagai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Manggarai adalah salah satu daerah di NTT yang juga memililki ciri khasnya sendiri.
Keanekaragaman budaya Manggarai terdapat pada berbagai bentuk kesenian yang dimilikinya. Kesenian Manggarai terdiri dari seni sastra (cerita-cerita rakyat), musik (terdapat alat musik sunding, gong, gendang, tambor, dan tinding biasanya dimainkan pada acara-acara kebudayaan), nyanyian tradisi nenggo, tari (tari rangkuk alu dan tari caci sebagai tari khasnya), dan kriya (tenunan kain songke).
Dewasa ini kebudayaan yang sejak lama ditanam baik oleh leluhur mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh arus globalisasi sehingga nilai-nilai kian memudar, namun ditengah pengaruh globalisasi itu menimbulkan peluang dan tantangan yang sangat besar dan berpengaruh juga terhadap keberadaan kaum muda sebgai penerus kebudayaan itu.
Peluang dan tantangan globalisasi terhadap budaya manggarai
Dewasa ini merebaknya culture lag dan cultute sock sangatlah meresahkan. Culture lag yang berarti mengalami keterlambatan akan penyesuaian dengan budaya modern atau pengaruh globalisasi sedangkan culture shock lebih kepada suatu keadaan perubahan atau kemajuan yang begitu cepat dengan eksistensi budaya setempat yang belum siap.
Begitulah gambaran dari keberadaan budaya di era sekarang ini yaitu suatu perubahan yang tidak bisa dielakan lagi keberadaanya. Realitas ini kian menggerus nilai-nilai budaya yang sejak lama ditanam baik.
Per hari ini budaya – budaya di Indonesia umumnya diguncangkan oleh pengaruh globalisasi yang menuntut atau menimbulkan suatu perubahan mendesak dalam tubuh budaya.
Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju, contoh kongkrit yaitu handphone dengan merek yang kian berkembang. Salah satu hal yang diciptakan oleh handphone yaitu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat sehingga komunikasi face to face atau komunikasi secara interpersonal terkikis, perlu kita ketahui bahwa itu adalah konsekuensi etis dari handphone. Dengan kemudahan atau tawaran yang menggiurkan menciut ekspetasi yang lebih kompleks dari khalayak luas.
Budaya yang merupakan hasil dari suatu kebiasaan menghasilkan suatu nilai yang dianggap penting dan perlu di hidupi.
Negara Indonesia yang dikenal sebagai negara yang beranekaragaman yang memilki berbagai macam budaya di dalamnya, setiap daerah pasti memilki kebudayaan masing masing dan tentu memilki konsep yang berbeda dengan daerah lain.
Mereka hidup dalam dekapan budaya karena kakitnya manusia adalah mahkluk budaya, berbagai pandangan tentang budaya, ada melihat sebagai suatu kesempatan untuk menunjukan suatu keindahan atau kekhasaan budaya mereka masing-masing.
Budaya itu melekat dalam diri setiap orang sehingga ciri khas atau folkways dari seseorang bisa menentukan asal kebudayaannya, dari hal itu bisa dilihat bahwa budaya tidak akan terlepas dalam kehidupan manusia karena memang manusia dilahirkan dengan latar belakang yang berbeda, karena dari perbedaan itu maka muncul juga perbedaan ras yang menjadi suatu acuan akan identitas budaya.
Perkembangan teknologi dewasa ini menimbulkan keresahan yang mendalam bagi masyarakat kerena memang meniumbulkan dua efek yaitu positif dan negative, kehadiran teknologi membuat orang bebas untuk berkreasi atau berlayar di media sosial karena memang ketidakadaan sekat-sekat yang membatasinya, kemajuan yang semakin menngganas ini membuka peluang bagi kaum elit untuk menunjunkan taringnya di muka umum, realitas kota super premium Labuan Bajo digembarkan oleh suatu perubahan yang diansumsi sangtlah cepat yang tidak didukung dengan ketersedian SDM yang masih sangatlah minim, hal itu dibuktikan dengan pengagguran yang masih banyak dan kualitas Pendidikan yang masih sangat minim, keterbatasan itu membuat kita mengaibakan peluang besar untuk menjadi agen utama dalam perkembangan labuan bajo ini.
Supaya suatu istilah manggarai yaitu “long ata lonto, lonto ata long” yang berarti kita yang menjadi pemilki tanah menjadi orang asing dan orang asing menguasai daerah kita.
Kalimat itu merupakan suatu kalimat yang amat penting bagi pemudan yang menjadi generasi masa depan untuk memikirkan bagaimana menjadi generasi yang mampu bersaing untuk menduduki kursi di tengah perkembangan Kota Labuan Bajo.
Realitas pahit yang harus dihadapi oleh pemuda manggarai khussnya yaitu Ketika orang luar berusaha untuk menguasai Kota Labuan Bajo dengan persiapan yang begitu matang, yang menjadi pertanyaan bagi kita yaitu bagaimana kita menggapai hal itu apakah kita harus menjadi penonoton atas kemajuan Labuan Bajo karena dibalik itu semua nilai-nilai kebudayaan kita akan ikut luntur Ketika daerah ini didominasi oleh orang luar.
Labuan Bajo adalah kota super premium, sebagai kota super premium berarti memiliki suatu keunikan atau keindahan tersendiri dan menjadi suatu daerah super prioritas.
Sebagai kota super prioritas menimbulkan begitu banyak peluang dan tantangan yang menciut ekspetasi dan dilemma dalam tubuh masyarkat setempat, tuntutan kota super premium sangatlah signifikan, sebagai kota super prioritas berarti mata yang membutuhkan kualitas SDM yang tinggi sebagai penunjang untuk memrpertahankna eksistesnsi dan berupa untuk membuat tetap berkembang.
Namun dalam upaya untuk mewujudkan hal itu para pemuda yang merupakan agen masa depan mestinya melihat ini sebagai suatu hal yang mestinya menjadi target peluang kerja masa depan, sebagai seorang pemuda yang hidup ditnah nuca lake messtinya berpikir untuk tetap menjaga kebudayaanya dan wilayahnya, per hari ini kaum kaum elit atau kapitalis mempunyai misi besar untuk masa depan labuan bajo ini, mereka inigin menguasi Labuan Bajo dan bukan tidak mungkin bahwa budaya manggrai akan kian tergerus karena memang SDM yang rendah dengan pengaruh kapitalis yang mengeksploitasi tenaga kerja manusia.
Budaya manggrai dewasa ini kian terkikis oleh pengaruh globalisasi, salah satu tantangan terbesar yaitu yang dibuktikan dengan suatu prediksi yang menjadi suatu reflektif bagi para pemuda sebagai masa depan budaya yaitu suatu kalimat disini pernah hidup orang manggarai ini merupakan suatu kalimat yang amat pahit didengar namun seiring perjalan waktu kebudayaan dan eksistensi wilyah kita kian menuju kalimat itu dan itu merupakan suatu yang sangat disayangi bila terjadi, karena budaya dan wilayah sejak lama ditnam baik kian tergerus oleh pengaruh globlisasi dan didukung dengan kemampuan fertilisasi yang rendah dari masyarakat sendiri, budaya manggarai yang dikenal sebagai suatu budaya yang indah dengan keunikanya seperti budaya caci tenunan songke, serta culture kebiasaan lainya seperi gotong royong dan budaya kesopanan dan lain sebagainya, keunikan itu merupakan suatu yang ditnam baik sejak dahulu karena memnag memilki nila luhur dan sakralitas tersendiri didalmnya serta nilai sosila lainya, namun pengaruh globalisasi mempbuat nilai nilai itu luntur karena memang orang umumnya hanya pandai untuk mengadoptren tetapi kemampuan untuk mengadaptren sangatlah rendah, budaya budaya yang yang ditawarkan memang menggiurkan masyrakat dengan kemudahan dan keindahannya membuat kita termakan oleh pengaruh tersebut.
Kesimpulan
Dari berbagai rentetan persolaan diatas dapat dilihat bagaimana pengaruh globalisasi itu terhadap budaya manggrai khususnya.
Dari persoalaan itu tergambar jelas suatu tantangan terhadap budaya kita dan peluang bagi kita sebagai pemuda untuk berani mengambil Langkah ditengah pesatnya perubahana itu supaya kita menjadi tuan rumah dari kemajuan Labuan Bajo serta menjadi pemimpin atau mendominasi dalam berbagai bidang perkembagang itu.
Para pemuda harus melihat dengan baik kebutuhan di masa yang akan datang dan dituntut untuk mampu mempersiapkna itu dengan sungguh dengan mematangkan da serius dalam belajar agar dapat mengambil bagaian ditengah perubahan itu bukan sebaliknya malah menjadi korban dari kemajuan, ditengah tuntutan kota labuan bajo ini menimbulkan begitu banyak persainagn yang amat ketat sehingga banyak yang dilengserkan karena tidak sesuai kebutuhan keberadaanya.
Agar budaya kita tetap terjaga dengan baik maka pemuda harus berupaya untuk berani mengrkritik pekerjaan kapitalis yang mengeksploitasi tenaga manusia.(*)
Biodata
Nama saya Silvinus Hayon Bening saya akrab dipanggil Hayon, saya adalah seorang siswa di SMAK seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo saya mengambil jurusan IPS dan saya menempati kelas XII IS B, saya memilih jurusan IPS karena memang saya suka dengan ilmu sosial.
Sekolah sebagai seorang calon imam berarti saya menempung Pendidikan di seminatri selam 4 tahun dan sekarang menjalani dekade terakhir.
Saya berasal dari suatu kampung yang bernama Gencor Kecamatan Lelak kabupaten manggarai, sekarang saya berumur 18 tahun.
Kebiasaan saya dalam menulis dilatih di lembaga ini, dimana saya selalu diberikan tugas untuk menulis berbagai opini atau karya lainya.