Opini  

Sikap Selektif Generazi Z Ditengah Marak Maraknya Hoaks

Gabriel Carol Setiawan, Siswa SMAK Seminari St Yohanes Paulus II Labuan Bajo

Oleh: Gabriel Carol Setiawan, Siswa SMAK Seminari St Yohanes Paulus II Labuan Bajo

Dewasa ini dunia tidak asing lagi dengan kehadiran internet. Internet adalah suatu hal yang sangat erat dengan kehidupan setiap orang saat ini, baik muda ataupun tua semua menjadi konsumen dari kehadiran internet.

Internet bukan sebagai suatu gaya hidup lagi, melainkan menjadi suatu kebutuhan setiap hari yang sangat susah di pisahkan dari kehidupan manusia saat ini.

Internet menjadi alat yang di anggap memudahkan pekerjaan manusia saat ini, karena dengan internet kita dapat berkomunikasi dengan semua orang dan mendapatkan informasi dengan cepat tanpa harus jauh-jauh membeli atau menunggu majalah atau koran, namun dengan internet dari tempat tidur pun kita dapat mengakses informasi dengan cepat dan mudah.

Internet sekarang ini, juga hadir dengan berbagai media informasi dan chating yang banyak dan bervariasi, dan pengguna internet setiap tahunnya mengalami penambahan. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah penduduk terkoneksi internet mencapai 215,62 juta jiwa atau sekitar 78,19 persen dari total populasi Indonesia. Tingkat penetrasi internet di Indonesia tercatat meningkat menjadi 78,19 persen pada 2023, dari persentase tahun sebelumnya, yakni 77,02.

Berdasarkan usia pengguna, internet paling banyak digunakan oleh masyarakat berusia 13-18 tahun yakni mencapai 98,2 persen dengan kontribusi 12,15 persen. Kemudian, pengguna usia 19-34 tahun sebanyak 97,17 persen dengan kontribusi 32,09 persen, usia 35-54 tahun tercatat 84,04 persen dengan kontribusi 33,67 persen dan 47,62 persen pengguna berusia 55 ke atas dengan kontribusi 7,19 Persen.

Dari data diatas menunjukan bahwa pengguna internet paling banyak berasal dari generasi muda atau dalam bahasa gaulnya generasi Z.

Generasi ini adalah generasi yang lahir dari rahim-rahim globalisasi, yang begitu kental dengan kemahiran dalam bidang internet dan lain-lain yang merujuk kepada hal-hal yang berbau IPTEK.

Generasi Z lahir sekitaran tahun 1997-2012, dan sampai sekarang masih tetap eksis. Generasi Z merupakan generasi yang akan menjadi pemimpin bangsa dikemudian hari, dan tentunya ditangan merekalah nasib negara ini.

Damai, aman dan sejahteranya bangsa ini akan ditentukan dari pilihan awal mereka sebagai pemimpin bangsa.

Tentunya semua itu tidak akan mudah, mereka akan berhadapan dengan berbagai macam tantangan dan hambatan dalam menjalani tabuk pemerintahan yang akan mereka terima dikemudian hari. Salah satu tantangan besar generasi muda sekarang adalah menyebarnya berita hoaks.

Kata hoaks sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Kata ini membuat banyak pemberitaan keliru yang menyesatkan dan bisa dikatakan menjadi virus pada dunia media informasi. Hoaks berasal dari kata bahasa inggris “HOAX” yang memiliki arti berita palsu.

Maka dapat bisa disimpulkan bahwa hoaks adalah sebuah berita berisi informasi yang fakta dan kebenarannya sudah diubah sehingga menjadi berita yang tidak benar.

Oleh karena hoaks adalah suatu pemberitaan yang tidak benar, maka hoaks di katakan sebagai salah satu tantangan besar generasi muda sekarang untuk lebih aktif lagi dalam hal literasi digital dan menyaring atau memfilter informasi yang masuk.

Sehingga tidak mengonsumsi mentah-mentah berita atau informasi bohong, selain itu juga sikap selektif generasi Z sangat dibutuhkan dalam menjawabi tantangan yang ada demi masa depan bangsa Indonesia yang cerah.

Namun, jika kita melihat lagi realita yang terjadi pada hari ini, masih banyak dari generasi muda sekarang ini yang kurang peka dan kurang selektif terhadap berbagai macam informasi dan berita dari media-media internet yang masuk di beranda gadget masing-masing anak, banyak dari generasi muda yang masih mengonsumsi informasi secara mentah-mentah atau dalam artian menerimanya tanpa mencari tahu kebenarannya.

Hal ini tentunya akan berpengaruh besar dalam perkembangan pola pikir generasi muda dari segi informasi dan pengetahuan generasi muda yang kurang selektif dalam menerima informasi.

Di sini juga di perlukannya sebuah kolaborasi antara generasi muda, terlebih khusus generasi Z dengan generasi sebelumnya ( orang tua ), agar dapat mendukung dan melengkapi kekurangan yang ada pada generasi muda sekarang, bukannya membuat down mental atau dalam hal ini minder generasi muda.

Juga diperlukannya kultur literasi digital di tengah generasi muda, agar dapat mengetahui dan memahami dan juga dapat memilah informasi dan berita yang hoaks.(*)