Opini  

Manusia Paskah (sebuah Refleksi)

Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk, M. Pd (Biarawan)

 

 

SETIAP tahun umat kristiani merayakan paskah yang merupakan hari raya kebangkitan Kristus. Sebelum hari raya paskah biasanya didahului dengan menjalankan masa prapaskah atau masa puasa dan pantang yang lamanya 40 hari. Dan tema paskah tahun 2024 adalah “HIDUP SEBAGAI ALAT KEBENARAN NYA (Bdk. Roma 6: 13). Tema ini, kalau sungguh direnungkan, maka hemat saya sangat mendalam. Mengapa? Karena, dengan Yesus hidup atau bangkit dari kematian Nya, mau menyatakan sebuah kebenaran iman bahwa Yesus adalah sungguh sungguh manusia dan sungguh sungguh Allah. Dengan demikian, bagi kita umat kristiani, maka kita tidak perlu ragukan iman akan ke Allah an Yesus. Atau dengan lain kata, bahwa dengan Yesus hidup atau bangkit, maka akan memperteguh iman dan kepercayaan kita kepada Nya.

Namun, yang perlu disadari adalah bahwa Yesus hidup atau bangkit membawa konsekuensi logis bagi kita para murid Nya, yakni sebagai murid Nya, kita pun harus hidup atau bangkit sebagai manusia baru, manusia paskah, yang memiliki hati dan budi yang baru, dengan menanggalkan dan meninggalkan cara hidup manusia lama kita, yang penuh dosa. Jika itu yang terjadi, maka perayaan paskah memiliki makna, yakni kita menjadi manusia paskah. Dan yang harus terus disadari adalah bahwa menjadi manusia paskah tidak semudah membalikan telapak tangan, atau hanya sekedar NARASI, melainkan harus ada niat, dan usaha yang diwujudkan lewat AKSI yang nyata, berupa perubahan cara hidup (change in way of life), cara bersikap (change in way of behaving), cara berperilaku (change in way of behavior), cara bertutur kata (change in the way of speaking), dan cara bertindak (change in way of acting), yang baik dan benar sebagai murid Yesus. Sebab, jika tidak ada perubahan dalam hidup (changes in life), maka perayaan paskah hanyalah sebuah upacara tanpa makna. Dengan demikian, perayaan paskah haruslah bermakna, menjadikan hidup kita orang kristiani berubah dan berbuah menjadi manusia baru. Sebab, manusia lama kita telah dikuburkan bersama Yesus, Dan manusia baru inilah yang layak di hadapan di Tuhan. Dan yang perlu kita sadari bahwa yang membuat kita layak, bukanlah karena jasa kita manusia, melainkan Yesus lah yang menjadikan kita layak di hadapan Allah, berkat pengorbanan diri Nya, melalui sengsara, dan wafat Nya di kayu salib, untuk menebus dan menyelamatkan kita manusia dari dosa.

Lalu, bagaimana sikap kita manusia, setelah Yesus mengorbankan diri Nya bagi kita? Sikap kita seharusnya adalah kita harus bertobat, kita harus berubah, kita harus hidup sebagai manusia yang baru, manusia yang telah ditebus oleh Yesus melalui pengorbanan nyawa Nya. Atau sikap kita adalah dengan penuh kesadaran, kita harus memiliki komitmen untuk kembali hidup di jalan Allah, walau jalannya adalah jalan salib. Tetapi harus diingat, bahwa jalan salib adalah jalan yang dilalui oleh Yesus untuk mencapai kemuliaan Nya. Dan harus disadari pula bahwa tidak semua jalan salib adalah jalan salib Yesus, mengapa? Sebab, bisa jadi jalan salib yang kita lalui itu, adalah jalan salib seperti yang dilalui oleh kedua penjahat yang disalibkan bersama Yesus. Oleh karena itu, ukurannya adalah berkorban demi orang lain atau sesama. Itu artinya pula karena berbuat baik atau kebaikan dan bukan karena berbuat atau melakukan kejahatan. Tidak jadi soal, apa salibnya besar atau kecil, berat atau ringan, panjang atau pendek, namun yang menjadi ukurannya adalah soal ketulusan, keikhlasan dan rela berkorban. Hal ini telah ditunjukkan oleh Yesus, yang rela menderita sengsara, rela berkorban nyawa Nya, dengan mati di kayu salib, bahkan mengalami gelapnya makam, demi untuk menyelamatkan kita manusia dari kebinasaan akibat dosa. Namun, Yesus telah mengalahkan maut, mengalahkan kegelapan makam, dengan Dia bangkit dari kubur Nya pada hari ketiga. Dan kebangkitan Yesus menguatkan dan meneguhkan iman dan harapan kita, akan kehidupan kekal bagi yang percaya kepada Nya. Sebab, jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu…Tetapi, yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati (1 Korintus 15:14, 17 dan 20), demikian kata santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Demikianlah kasih Allah yang sangat luar biasa besar kepada kita, melalui pengorbanan nyawa putera Nya yang tunggal, yakni Yesus Kristus. Jadi, walau kita manusia bergelimang dosa, namun kasih Allah takkan pernah terpisah dari kita yang merupakan citra Nya. Dan walau kita menyimpang dari jalan Nya, atau menjauh dariNya karena dosa kita, namun Allah selalu berusaha mencari dan mendekati kita dengan kasih Nya yang tanpa batas. Patut kita sadari pula, bahwa Allah sangat membenci dosa yang kita lakukan, namun Dia tidak pernah membenci pribadi kita manusia. Dia sangat mengasihi kita, sekalipun kita sangat berdosa. Sebagai Allah yang Maha Pengampun, Maharahim, dan Mahabelas kasih, Dia merindukan kita untuk kembali dalam pelukan kasih Nya, sebab kasih Nya tanpa batas kepada kita manusia yang berdosa.

Oleh karena itu, masa puasa dan pantang adalah saat rahmat bagi kita untuk berbenah diri, untuk memperbaiki diri, untuk berubah dan berbuah pertobatan. Jadi, muara dari masa puasa dan pantang adalah PERTOBATAN. Inilah sesungguhnya makna dari masa puasa dan pantang. Bahwa masa puasa dan masa pantang bukan merupakan tujuan, melainkan sarana untuk kita kembali bersatu dalam pelukan kasih Allah, sebab dengan berbuat dosa berarti kita telah menjauh dan terpisah dari kasih Nya. Maka, masa puasa dan pantang selama masa prapaskah adalah sebuah kesempatan berahmat untuk kita lebih mendekatkan diri sekaligus memperbaiki relasi kita dengan Tuhan lewat doa, dan lewat beramal kasih, melalui aksi puasa, ataupun aksi solidaritas kemanusiaan. Dengan demikian puasa dan pantang tidak hanya sebuah NARASI, melainkan harus ada AKSI nyata, sebagai perwujudan dari kasih kita kepada Allah melalui kasih kepada sesama, khususnya mereka yang miskin dan berkekurangan. Tuhan bersanda: “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya kepada Aku” (Matius 25: 40). Oleh karena itu, hidup sebagai alat kebenaran Nya, bisa dimaknai bahwa Yesus yang hidup atau yang bangkit dari mati, akan menghidupkan atau membangkitkan kita kelak, jika kita sungguh beriman dan percaya kepada Nya, yang diwujudkan lewat perbuatan perbuatan baik kita kepada sesama, teristimewa kepada mereka yang hina, miskin, kaum marginal.

Jadi, hidup sebagai alat kebenaran Nya adalah sebuah diktum yang benar untuk kita renungkan. Bahwa Yesus hidup atau bangkit dari kubur Nya adalah sebuah kebenaran iman yang tak perlu disangkal kebenarannya. Yesus pernah bersabda: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”…(Yohanes 14: 6). Untuk memahami apa arti Akulah jalan, kebenaran, dan hidup“, yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, pertama-tama sangat jelas bahwa hanya Tuhan yang dapat mengungkapkan kebenaran, memberikan kehidupan kepada orang-orang yang beriman dan percaya kepada Nya, dan menunjukkan jalan, bahkan Ia adalah jalan satu satunya atau satu satunya jalan, untuk sampai kepada Bapa. Jadi, Dia bukanlah salah satu jalan, melainkan jalan satu satunya atau satu satunya jalan. Dan sebelum Tuhan Yesus berkata bahwa “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”, itu artinya, tidak ada orang yang pernah mengatakan seperti itu, selain Dia. Mengapa? Sebab, hanya Tuhan Yesus yang berinkarnasi yang berkata, bahwa Dia adalah kebenaran dan terlebih lagi Dia bisa mengungkapkan kebenaran. Seperti yang tertulis di dalam Kitab Suci, “Dan Firman itu menjadi manusia, dan tinggal (hidup) di tengah-tengah kita”…(Yohanes 1:14).

Demikianlah Allah akan selalu mengasihi kita tanpa batas, sekalipun kita berdosa, dengan mengutus Sang Firman ke dunia untuk menebus dosa kita. Yesus, rela menderita sengsara, bahkan dipaku pada palang penghinaan, dan akhirnya wafat di salib. Dengan Dia disalibkan, Yesus mengubah salib lambang kehinaan menjadi simbol kemenangan, kejayaan dan kemuliaan. Tidak hanya itu, dengan Yesus disalibkan, maka Ia akan menarik semua orang yang percaya pada Nya untuk di selamatkan. Namun, Yesus tidak berhenti di salib melainkan juga di kuburkan. Tetapi, yang perlu dipahami adalah Dia disalibkan, wafat, dan dikuburkan, sebagai manusia. Dengan Yesus dipaku pada salib, maka harapannya manusia lama kita yang penuh dosa, ikut dipakukan pada salib dan dikuburkan bersama Yesus. Dan sebagai Allah, Ia bangkit dari kubur pada hari ketiga. Dengan demikian, kita pun harus ikut hidup dan bangkit bersama Kristus, dengan menjadi manusia baru dengan karakter yang baru, yang diwujudkan lewat perubahan mindset atau cara berpikir, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata, dan cara bertindak atau berbuat. Inilah makna perayaan paskah bagi umat kristiani. Jangan sampai Yesus sudah hidup atau bangkit dari kubur, tetapi kita tetap tidur nyenyak terus di dalam “kubur zona kenyamanan” kita, alias masih tetap hidup dalam manusia lama, dengan cara hidup dan tabiat atau karakter yang lama kita. Jika demikian yang terjadi, maka perayaan paskah setiap tahun, hanyalah ritus rutinitas tahunan tanpa makna. Itu artinya pula, puasa dan pantang yang kita jalankan selama 40 hari, 40 malam, tidak ada artinya bagi kita, sebab tidak membawa kita kepada pertobatan yang puncaknya kita dimeteraikan dengan Yesus yang hidup atau bangkit, yang kita kenang sebagai perayaan paskah atau perayaan kebangkitan Tuhan Yesus, yang berarti pula harus menjadi kebangkitan kita.

Maka, tema paskah: hidup sebagai alat kebenaran Nya, mengajak semua orang yang percaya kepada Yesus, untuk hidup dengan baik dan benar, seturut Firman Tuhan, yang menunjukkan bahwa kita adalah murid murid Yesus. Itu artinya, ketika hidup kita dilakoni dengan baik dan benar, sesuai dengan perintah dan ajaran Yesus dalam kitab suci, maka kita boleh di sebut sebagai alter Kristus. Ada sebuah kisah: “ketika seorang misionaris bernama E. Stanley Jones, bertemu dengan Mahatma Gandhi, dan bertanya, “Sekalipun anda sering mengutip kata-kata Kristus, mengapa anda kelihatannya keras menolak untuk menjadi pengikut-Nya? Jawab Gandhi, “Saya tidak pernah menolak Kristus. Saya suka Kristus anda. Tetapi, saya tidak suka dengan orang Kristen anda.” Jika orang Kristen benar-benar hidup menurut ajaran Kristus, seperti yang ditemukan di dalam Alkitab, maka seluruh India sudah menjadi Kristen hari ini “. Jadi, apa yang diucapkan oleh Mahatma Gandhi, bagi kita merupakan sebuah cambuk, sekaligus tantangan untuk kita para pengikut Kristus. Bahwa HIDUP kita merupakan sebuah KESAKSIAN melalui AKSI yang BAIK dan BENAR, dan bukan hanya dengan NARASI, demikian pula dengan perayaan kebangkitan Kristus atau biasa di sebut dengan perayaan paskah. Bisa jadi, orang yang tidak mengenal Kristus, tidak akan pernah percaya akan kebangkitan Kristus, manakala hidup kita para murid Kristus tetap hidup dalam manusia lama kita yang tidak pernah berubah dan berbuah PERTOBATAN. Padahal kita rajin puasa dan pantang, serta mengikuti misa perayaan paskah atau perayaan kebangkitan Kristus, namun cara berpikir atau mindset, cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata dan cara bertindak kita, tidak pernah berubah. Pertanyaannya adalah mengapa bisa terjadi seperti itu? Jawabannya, pertama: bisa jadi puasa dan pantang, dilakoni tidak dengan sungguh sungguh atau tidak ada niat yang sungguh sungguh alias asal ikut puasa dan pantang. kedua, asal hadir misa paskah, sebagai sebuah ritus tahunan. Ketiga, tidak adanya komitmen untuk berubah atau untuk meninggalkan cara hidup manusia lama, serta tidak adanya kemauan yang kuat untuk mengenakan manusia baru atau bertobat. Oleh karena itu, jika mau berubah atau bertobat, maka kita harus berani mulai dengan melakukan perubahan atau revolusi mental diri kita, yakni pikiran dan hati kita. Jadi, Kristus sungguh sungguh bangkit, ketika hidup kita para murid Nya sungguh sungguh berubah, yang dimulai dari mindset, lalu turun ke hati, dan diwujudkan dalam cara hidup manusia baru, manusia paskah atau manusia Nya Kristus. Semoga demikian!!!