Jadi Bacalon Gubernur Dari Hanura, Frans Aba: Pesan Pak Osman, Kader Maupun Non Kader Punya Tanggung Pembangunan Yang Sama

Oleh : Dino Sapto

 

 

KEHADIRAN sosok Fransiskus Xaverius Lara Aba atau yang akrab dikenal Dr. Frans Aba, seorang akademisi muda, ekonom, dan konsultan pembangunan menjadi alternatif baru bagi masyarakat NTT, ketika hendak memilih pemimpin yang baru.

Betapa tidak, rekam jejak Frans Aba punya daya jual tersendiri, dimana tidak ditemukan beban politik masa lalu dalam karirnya atau isu-isu negatif lain semacam menjadi boneka dari tokoh-tokoh politik tertentu. Frans bersih dari rumor dan catatan-catatan demikian, bahkan dengan seperangkat gagasan visi-misi yang telah disiapkan kan dishare ke publik, justru menjadi tanda bahwa memang NTT suah saatnya dibangun dengn konsep dan strategi yang jelas.

Dari catatan-catatan positif yang demikian, diketahui bawah pada Kamis, 23 Mei kemarin, Frans Aba diundang ke kediaman Pak Oesman Sapta, Ketua Umum Partai Hanura. Selain silahturahmi, maksud undangan tersebut adalah penegasan Dewan Pimpinan Pusat Parti Hanura dalam memberi dukungan dan atau pengusungan serius kepada Dr. Frans Aba sebagai Bakal Clon Gubernur NTT 2024-2029. 

Adapun dukungan tersebut tertuang alam dokumen surat bernomor SR/085/DPP-HANURA/V/2024 yang secara ringkas menyatakan bahwa Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) memberikan rekomendasi kepada Dr. Fransiskus Xaverius Lara Aba, S.E., M.Ec., Ph.D. sebagai Bakal Calon Gubernur NTT Peridoe 2024-2029.

Ditemui di hadapan media Frans memuji langkah berani HANURA ini, “Saya perlu berterima kasih kepada Pak Oesman Sapta selaku ketua umum beserta semua jajaran di tingkat pusat hingga daerah, termasuk kepada ketua DPW, Pak Refafi Gah. Ini langkah yang berani dari Hanura sekaligus pilihan yang benar bagi saya ketika meminta dukungan dari partai ini.”

Lebih lanjut Frans mengatakan bahwa rekomendasi pengusungan tersebut merupakan kepercayaan sekaligus tanggung jawab, karenanya ia ingin menguatkan soliditas dalam membangun NTT. Apalagi Hanura telah menunjukkan bahwa etika politik yang meraka pegang adalah soliditas perjuangan. Buktinya hingga kini HANURA masih bertahan di tengah terombang-ambingnya politik nasional maupun regional.

“Karena itu, saya dan HANURA punya semangat yang sama untk bangun NTT yang terombang ambing ini. Basis perjuangan kami jelas, yaitu punya hati untuk NTT, bukan punya peti. Dalam sambutannya pun Pak Osman sendiri menyatakan bahwa kader ataupun non kader selalu punya tugas tanggung jawab yang sama dalam membangun masyarakat. Jadi saya kira ketika hati saya sudah terpanggil untuk NTT, tidak ada jalan lain selain maju,” tutur Frans melengkapi. ♦ kuatbaca.com