Opini  

“Mari kita saling mengenal”

Oleh : Antonius Dosinaen

 

TIDAK diduga, sebetulnya pesta Demokrasi adalah suatu kesempatan merefleksikan diri, untuk saling mengenal lebih dekat.

Kata orang dalam pesta Demokrasi tidak ada kawan, tidak ada lawan, yang ada hanyalah kepentingan.

Apakah kita mengakui pernyataan tentang kepentingan yang dimaksud ? Pemikiran saya yang mungkin salah namun, pernyataan itu sebenarnya menggiring orang untuk saling memfitnah. Hal kecil dibesar besarkan, keluarga pun hanya karena politik jika ditanya jawaban tidak mengenal, jarang melihat mukanya.

Mengapa ? Memfitnah dianggap hal biasa karena berupaya untuk memenuhi keinginan dari kepentingan sesaat atau sepanjang kemenangan itu ada pada lingkarannya.

Semustinya kita lebih mengenal diri, jangan mudah digiring untuk suatu tujuan yang belum pasti.

Hanya karena memahami tidak ada kawan dan tidak ada lawan, yang ada hanyalah kepentingan, membuat orang tidak mengenal keluarga, tidak mengenal kawan dekat, tidak mengenal kawan sewaktu sama sama susah, tidak saling menghargai, dengan bermacam macam alasan.

Katanya melihat figurnya, kelebihan seperti apa figur ?sepertinya itu cuma alasan kuno yang biasa dalam pembicaraan karena saling membenci.

Bahkan yang lebih parah adalah saling memfitnah dengan suatu harapan besar yang diniatkan.

Mengenal diri sendiri dan mengenal orang lain itu sangat penting, sehingga kita tidak mudah memfitnah calon lain untuk mengurangi simpati hanya karena amplop sesaat dan tujuan lain yang lazim disebut kepentingan.

Semustinya yang dimaksud dengan kepentingan adalah kepentingan umum yang menarik dari figur itu, bukan kepentingan pribadi. Tidak ada ungkapan untuk membenarkan diri, akuilah bahwa berani memfitnah untuk merebut kepercayaan namun akhirnya semuanya menimbulkan persaingan tidak sehat dalam pergaulan yang karena telanjur saling menjatuhkan dengan berbagai alasan.

Buatlah diri biasa biasa saja menjalani hidup dengan cara biasa dalam situasi apapun, Seperti kebanyakan orang yang pernah hidup di masa lalu, dan masa kini mungkin juga di masa depan tanpa harus saling memfitnah untuk suatu niat yang belum pasti.

Kadang ada uang dan ada peluang banyak yang dekat, sudah berkurang uang tidak ada peluang banyak yang lari tinggalkan, semuanya hanya karena uang. Uang bisa perintah dan dituruti dengan gampang.

Yang perlu diperhatikan adalah ucapan yang tujuan fitnah itu. Semoga betul, jika salah ?

Jangan hanya karena ingin memenangkan pemilihan umum dengan cara yang tidak santun.

Jangan sekali kali melupakan sejarah, mengenal orang masa lalu, masa kini dan optimis masa depan untuk kepentingan umum, bukan amplop untuk pribadi.

Kemenangan yang sesungguhnya adalah kemenangan atas kasih karunia Yang Maha Kuasa tanpa fitnahan dan tanpa amplop.

Proses keberadaan manusia dan kehidupannya sangat sulit dilewati sejak mulai dalam kandungan Ibu, bayi hingga dewasa, melewati pendidikan,berorganisasi, lalu disaat kesempatan mengikuti pesta Demokrasi difitnah sesuka hati.

Hormatilah, boleh fitnah setelah terpilih dan melaksanakan tugas tidak sesuai janjinya dan banyak penyelewengan.

Jangankan fitnah sebaiknya diturunkan secara baik sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

Memilih pemimpin yang bijaksana adalah mengetahui dan menyadari kepribadiannya,kecerdasannya dan yang bersangkutan sadar akan dirinya yang kita kenal dalam keseharian. Kebaikan dan kelemahan setiap orang ada, maka secara diam pilihlah dengan hati nurani.

Dimana muka jika saling ketemu ternyata orang yang kita hina itu unggul.

Setiap orang yang berdiam dalam suatu tempat, diwilayah itu tentu terdapat lapisan sosial kemasyarakatan, dan sebagai makhluk sosial kita dituntut untuk saling mengenal dan memahami untuk saling menghargai dengan persaingan yang sehat.

Cabub dan cagubnya baik baik saja tim sukses dan pemilih yang saling membenci.

Kehidupan manusia yang saling berdampingan setiap hari bukan untuk saling menguasai, tapi saling mengerti dalam menyikapi sesuatu lewat ucapan dan perbuatan.

Kekilafan itu wajar, kesalahan itu dapat dilihat unsur sengaja atau lalai. Kemenamgan bukan harus diperjuangkan melalui saling memfitnah.

Merekalah calon terbaik pilihan Partai, mengapa harus difitnah. Tidak memilih diam saja pilihan terbaik.

Memang lidah tak bertulang, telat mikir.

Sesungguhnya baru saling mengenal saat pemilihan umum, sudah saling mengenal sejak kecil, baru mengenal setelah dewasa,baru saling mengenal ketika berorganisasi, atau baru dihipnotis untuk memilih.

Jaga mulut untuk tidak mudah mengucap kata yang tidak pantas, sehingga keharmonisan selalu terjaga.

Saat senang kita bersudara, saat susah boleh meninggalkan asal dengan cara santun, jangan dipisahkan dengan kebencian disaat Pemilihan Umum karena beda pilihan.

Penyesalan dan kesadaran diri setelah selesai pemilihan umum dan itu suatu senyuman semu yang selalu ditampilkan.

Kedepan Yang mengurus negara hanya orang yang memiliki banyak uang, bukan orang cerdas, kerja keras dan yang cinta rakyat”

Salam buatmu.