Opini  

Tak Kenal Maka Tak Percaya, Mengenalmu Untuk Menentukan Pilihan

( Tahun 2024 Menimbulkan Banyak Pertanyaan )

 

Oleh : Antonius Dosinaen

Tidak ada manusia yang hidup sendiri seperti sebuah pulau kecil tanpa penghuni. Saling mengenal, saling mendukung dalam setiap kehidupan dengan penuh pertimbangan. Mempertimbangkan agar segala sesuatu yang terjadi dikemudian hari tidak menyimpang sesuai harapan.

Menyadari tentang kecerdasan, pandangan dan pola pikir setiap manusia yang tidak pernah sepaham, dalam menghadapi tantangan dan upaya memberikan kenyamanan.

Memberikan suatu harapan bukan seperti membujuk seorang anak taman kanak kanak dengan permen. Tetapi lebih dengan sikap kehatian hatian ibarat memegang telur ayam ditangan atau menjaga seorang balita belajar jalan turun naik tangga.

Seorang Tokoh Adat, Seorang Tokoh Agama, Seorang Tokoh Masyarakat, Seorang Pemimpin dalam setiap organisasi, setidaknya menyadari bahwa dialah akan menjadi contoh hidup bagi orang lain. Keseharian beliau selalu diperhatikan, menjadi bahan pembicaraan. Yang dibicarakan seputar apa ? Hal yang menyenangkan dalam pekerjaan dan tidak menyenangkan, kelebihan tingkat pendidikan dan Idenya untuk lingkungan sekitarnya juga kelebihan dan kekurangan harta. Tidak harus menyangkal tapi itulah kebiasaan manusia pada umumnya, yang menjadi ukuran yang memutuskan suka atau tidak suka. Lupa dengan mengakui suatu kelebihan yang akan membawa kebaikan untuk suatu perubahan. Yang cerdas dibenci, yang mampu dibenci, yang disukai adalah kesenangan sesaat alias Amplop.

Jika semua kita pada taat pada Tuhan, patuh pada hukum dan cinta rakyat selalu menunjukan kebaikan dalam pekerjaan bermanfaat untuk rakyat, maka tidak ada kebohongan yang terungkap dipublik.

Ketidakjujuran yang terungkap, bukan karena kebencian, akan tetapi pihak yang mengungkap sebenarnya sebagai pahlawan kebenaran. Suatu kejadian aneh pengambilan keputusan yang ditemukan itu merupakan upaya oknum oknum untuk mengembangkan jaringan yang semakin luas demi memperkuat kekuasaan, jika memegang pucuk pimpinan kemudian hari.

Lebih berkualitas jika menjadi pemimpin dengan seleksi terbuka, pemimpin yang terbentuk didukung dengan kemampuan yang terlahir bekerja untuk rakyatnya bukan untuk dirinya dan tetesan kecil untuk yang berada dibawah kelompok akar rumput sebagai pengikut setia dalam kecurangan.

Untuk tidak berpihak pada penguasa yang selalu mengecewakan rakyat, sebaiknya menentukan pilihan pada orang yang betul betul tulus. Maka Tim sukses menyampaikan kenyataan kenyataan ketulusan hati dari Calonya.

Mari kita telusuri perjalanan hidup, apa yang sudah mereka buktikan dalam pelayanan karya pengabdiannya.

Pemilih yang cerdas, bukan cerdas berbohong akan tetapi cerdas membaca situasi yang berkembang, menjadi lebih baik atau sebaliknya.

Negara berkembang sampai kapan menjadi maju? daerah kita yang serba kekurangan sampe kapan kebutuhan yang lebih diprioritas terpenuhi ??

Kapan rakyat mampu diatas kaki sendiri mengolah pikiran sesuai niat dalam dirinya untuk memperbaiki hidup ??.

Bukti bahwa setiap manusia dewasa yang sudah memenuhi syarat umur sebagai pemilih dalam pemilu Pilkada itu cerdas, adalah menentukan pilihan tanpa tekanan dan tanpa amplop. Jika mengharapkan amplop sebaiknya jangan memilih, Karena memilih dengan andalan amplop merusak kehidupan masa depan, karena anak yang cerdas dan mampu tapi tidak memiliki uang pasti terdepak. Dan setiap pemimpin yang sebagai pemenang pemilu pilkada yang sudah keluarkan dana beli suara, sudah pasti setelah duduk dikursi empuk yang pertama adalah upaya kembali Modal. Berikutnya balas budi pendukung di tingkat bawah. Selanjutnya bagi hasil para tingkat elit. Kapan mereka berjuang dengan kecerdasan dan kemampuanya untuk rakyat pada wilayah kerjanya.

Mari kita buka mata, dengan mata hati, menolak bujukan manis yang semu. Menentukan pilihan pada calon yang kita lihat tembus siap melayani tanpa memandang suku dan agama.

Timbul pertanyaan siapakah orang ini ??? Ketika memegang pucuk pimpinan memperjuangkan kebutuhan rakyat dan menyiapkan calon penggantinya, atau kah mengutamakan membesarkan partainya.

Pengikut tidak perlu dibeli, situasi menjadi kacau hanya karena keliru mengatur. Siapapun walaupun tidak mengenal secara dekat tapi rekam jejak perjalanan kariernya bagus pasti menjadi pilihan rakyat.

Kekeliruan yang menjadi kebiasaan manusia, orang yang cerdas pasti dibenci, orang yang kaya juga dibenci, orang yang lagi populer apalagi, ketemu orang tidak mampu juga bukan dibantu tapi bisa dibenci. Lalu mau kita apa ?

Ada uang lengket seperti Perangko, tak ada uang menjauh melayang ditarik sana sini, kalau orang yang ada dalam lingkaran perjuangan kemenangan dikasih uang bertahap, dan saat rezeki berkurang dan jarang membantu tidak lagi dihiraukan. Suatu saat kita selalu bertanya dan terus bertanya.

Kenapa begitu mudah kita dibohongin ??? Amplop habis dalam sebulan, sementara selama periode berjalan 5 tahun tidak pernah ada perhatian. Yang diperhatikan khusus Tim Sukses.

Ada ungkapan kuno ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang.

Ternyata sebuah kepercayaan itu sulit dipertahankan. Apapun perbedaan pendapat sebuah keputusan dilaksanakan untuk hal umum yang lebih berguna, sementara urusan pribadi menyusul.

Mungkin saja kenal atau tidak, yang penting O E A N G untuk menentukan pilihan.

Salam HATI NURANI.