Oleh : Antonius Dosinaen
SEMUA orang telah mencoba dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam situasi dan kondisi yang terbaik ataupun terburuk sekalipun, tidak dapat dipahami untuk harus dimengerti. Mengapa ? Karena diantara kita semua memiliki pandangan dan pemahaman yang berbeda. Yang sama hanyalah ajaran yang merupakan warisan sesuai kelompok dimana kita berada dan mempertahankan hidup. Dengan daya juang kehidupan ditemukan cara cara yang tidak mudah, petani, nelayan, peternak, pedagang dan jenis pekerjaan lainnya. Namun dari semua jenis pekerjaan itu kadang orang tidak saling menghiraukan. Yang menjadi pusat perhatian adalah yang kaya sekali, dan yang miskin sekali. Yang biasa biasa saja tidak menjadi sesuatu obyek perbincangan. Yang lebih rame saat ini adalah soal PILKADA, karena hal ini sebagai bahan ceritra dari semua kalangan. Yang kaya biasa tidak peduli, hanya mengharapkan pemilu damai, jika kacau usahanya terhenti. Selain dari itu semuanya menjadi pintar dalam hal PILKADA. Yang disoroti adalah hasil kerja Bupati, Wali kota, Gubernur dan Presiden bersama orang orang disekitar mereka yang turut serta dalam pengambilan keputusan.
Seorang yang memimpin melalui hasil Pemilu paling tidak membuktikan keberhasilannya. Karena yang ditunggu adalah kebaikan, kesuscsesan yang merupakan perubahan bagi harapan rakyat. Dan itulah ukuran. Kualitas tertinggi seorang pemimpin sudah pasti membuat kepuasan dihati rakyat lewat karya nyata, sedangkan kualitas terendah pemimpin adalah jika rakyat berani menghujatnya.
Jika semua pemimpin dalam kepribadiaanya menanamkan nilai nilai budaya sebagai pedoman hidup maka akan selalu menjaga untuk terhindar dari hujatan.
Nilai setitik merusak susu sebelanga, pepatah ini anak usia sekolah dasarpun sudah tahu, namun setiap pemimpin dalam setiap organisasi kadang tutup mata dan telinga, dengan harapan agar kecurangannya tidak dimengerti oleh pihak lain, dengan harapan kelihaian berbohong tidak dibaca oleh pihak lain. Semustinya dalam setiap detik, dalam setiap langkah pahamilah bahwa benda matipun sedang melihat dan mendengar segala sesuatu yang diucapkan, dikerjakan bahkan masih dalam pikiran sekalipun, jika itu merupakan rencana, alam sudah bisa membaca. Rakyat yang hanya mencari kenikmatan sehari tidak sibuk dengan urusan pemimpin, karena perutnya tidak lapar. Tapi orang orang pintar yang berkualitas itu banyak. Perlahan lahan rakyat ketahui dari kalangan orang pintar melalui berbagai media. Hidup kita ini ibarat seorang bayi yang dilahirkan dalam keadaan telanjang. Semua bisa melihat tembus dan tidak dapat dihindari.
Kepuasan hidup berbeda diantara setiap orang, ada yang puas jika telah membantu orang lain, ada yang puas jika telah menipu orang lain, bahkan ada yang puas jika telah memiskinkan orang lain dengan cara mendapatkan keuntungan dari penderitaan orang lain.
Sebagai rakyat biasa maupun sebagai pemimpin, sebenarnya merupakan kepercayaan dalam hidup adalah kata kata yang berharga dan bisa dipercaya. Mungkin sulit menemukan orang seperti ini.
Rakyat tidak mau tahu, yang diharapkan adalah pemimpin yang dapat dipercaya kata kata dan keberhasilan, karena rakyat sudah buang waktu, tinggalkan pekerjaan menuju TPS hanya untuk memilihnya.
Setiap perbedaan pandangan dalam memahami hidup ini, yang membuat kita harus hati hati, karena kebaikan atau keburukan langsung beredar di media sosial. Tidak ada yang ditutup tutupi sehingga masih saja terungkap pemimpin yang betul betul sukses dan masih juga terungkap yang penuh dengan pelanggaran.
Orang yang dianggap pintar dan mampu bagi setiap orang berbeda. Perbedaan ini nyata dan terang benderang dalam penilaian sesuai seleksi alam, bisa juga soal suka dan tidak suka.
Dengan demikian sangat diharapkan agar kualitas pribadi mengurus diri sendiri, kualitas berkeluarga, kualitas memimpin dalam setiap tingkatan, yang semustinya memiliki sikap dan perilaku yang rela berkorban. Korban tenaga, korban waktu dan pikiran untuk orang banyak.
Kualitas ini akan mengarah pada penilaian yang tidak wajar jika nampak hal hal yang tidak diterima dengan akal sehat.
Yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan yang beradab.
Prihatin saja masih sebagai pasangan calon Mengikuti Pilkadapun rakyat sudah berani memfitnah. Hal itu sebetulnya peringatan saja, fitnahan itu merupakan motivasi untuk semangat berlaku adil tidak memandang Suku, Agama (Katolik dan non Katolik, Islam dan non Islam, Hindu dan non Hindu, Budha dan non Budha, juga Protestan dan non Prorestan), serta tidak memihak pada Ras dan antar golongan.
Jika sesekali para pemimpin itu ke desa desa terpelosok sekalipun menemui orang yang tepat, pasti pesannya bahwa sebagai pemimpin harus menghindari KKN. Walaupun dia tidak paham KKN itu apa sebenarnya. Kalau ditanya balik KKN itu apa, dia cuma mengatakan kerja dengan baik dan benar meringankan dan melancarkan kebutuhan rakyat.
Jika menemui orang yang tidak tepat, yang penting untuk kesenangan hari ini.
Untuk itu kualitas akibat seleksi alam, kemampuan dan kelebihan harus dibuktikan dengan kenetralan dalam berkarya.
Pada waktu kalut bisa saja timbul perbuatan menyimpang. Walaupun tidak ada mata yang melihat, teruslah berkinerja baik, walaupun terasa gelap pasti ada terangnya. Setelah banyak menemukan penyelewengan akan muncul ide berbuat baik dan benar.
Perbuatan kepada yang membutuhkan, bukan saja sesama manusia, hewan dan tumbuhan pun butuh pertolongan manusia untuk tumbuh dan kembang.
Jadilah sakti dalam hidupmu, dengan jati diri yang menjunjung tinggi nilai niai hidup, berdasarkan Adat, Agama dan Pemerintahan yang telah dirumuskan dalam PANCASILA.
Salam Pancasila ….