Opini  

Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045 (Sebuah Refleksi)

Ole : Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk

 

 

Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”
Sejarah Dan Makna Hari Ibu

 

PENETAPAN tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu dimulai sepuluh tahun setelah Kongres Perempuan Indonesia I yang diselenggarakan pada 22–25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres ini merupakan tonggak sejarah pergerakan perempuan Indonesia dan menjadi awal dari peringatan Hari Ibu. Pada tahun 1938, Kongres Perempuan Indonesia III yang diadakan di Bandung memutuskan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu untuk mengenang perjuangan perempuan Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar dalam merebut kemerdekaan. Setelah kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 yang menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu secara resmi. Meskipun hari ini menjadi hari nasional, peringatannya tidak disertai dengan libur nasional.
Demikianlah setiap tanggal 22 Desember, kita memperingati Hari Ibu, tepatnya 3 hari sebelum hari raya NATAL. Entah kebetulan atau tidak, terlintas dalam benak saya, teringat akan ibu Maria, yang melahirkan Yesus atau nabi Isa. Kalau direnungkan bagaimana peran seorang gadis belia Nazaret, yang bernama Maria dalam karya keselamatan Allah di dunia. Maria telah dipilih Allah untuk menjadi ibu Tuhan Yesus atau Nabi Isa yang lahir di dunia. Peran Maria ibu Yesus, dalam sejarah keselamatan umat manusia telah menggambarkan atau melukiskan betapa pentingnya peran seorang perempuan yang kemudian menjadi ibu dari seorang anak, dalam kehidupan. Sejenak kita refleksikan, bagaimana Maria ibu Yesus menyertai serta turut serta dalam kehidupan putranya Yesus mulai dari Bethlehem, dalam peristiwa NATAL (kelahiran Yesus) sampai peristiwa Golgota (kematian Yesus). Maria ibu Yesus selalu menyertai Putranya, termasuk di saat-saat tersulit dalam kehidupan putranya dalam peristiwa penyaliban di bukit Golgota, Maria ibu Yesus tetap setia berdiri di kaki salib putranya. Inilah wujud KASIH Maria ibu Yesus, kepada Yesus putranya. Sejak dalam kandungan, kelahiran sampai kematian, KASIH, seorang ibu kepada anaknya, tak terhingga.
Demikian juga halnya, dengan para ibu masa kini, perannya sama dengan peran Maria ibu Yesus. Kasih sayang seorang ibu, tiada tara dan tiada duanya, sangat berbeda dengan kasih sayang seorang ayah tentunya. Tanpa mengecilkan peran seorang ayah, seorang ibu adalah simbol kehidupan keluarga. Mengapa?Karena peran ibu dalam keluarga terasa “bikin hidup lebih hidup”. Mungkin terlalu bombastis kalau saya katakan kehadiran dan peran seorang ibu dalam keluarga menjadikan keluarga lebih sempurna. Seorang ibu dalam keluarga adalah bak “pahlawan”, dia bisa juga berperan sebagai seorang ayah dengan sangat baik dan sempurna. Karena itu seorang ibu, bisa disebut sebagai “single parent”, saat suami telah tiada, dan sebaliknya, saat istri atau ibu dari anak-anak telah tiada, seorang ayah tidak lazim disebut sebagai “single parent”. Sebutan ibu sebagai orang tua tunggal (single parent), lantaran seorang ibu bisa berperan ganda, baik sebagai seorang ayah, maupun sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya. Sedangkan seorang ayah, harus diakui, dia tidak bisa berperan secara sempurna seperti peran seorang ibu dalam keluarga. Seorang ibu dalam keluarga memang sungguh luar biasa, tidak tertandingi oleh siapapun. Sesungguhnya seorang ibu dengan intuisinya, jauh lebih memahami situai rumah tangga dari pada seorang ayah. Karena itu, jika seorang ibu disebut sebagai ibu bijak, ada benarnya juga, sebab dia lebih memahami dan menyelami situasi anak dan keluarganya dari pada seorang ayah. Ibu lebih menggunakan hati (perasaan) dalam memutuskan sesuatu dalam keluarga, dari pada seorang ayah yang lebih menggunakan rasionalisasi (akal).
Lebih jauh, bahwa seorang ibu tentunya memiliki hubungan emosional yang lebih kuat dengan anak-anak, dari pada seorang ayah. Dengan demikian, sudah pasti seorang ibu jauh lebih peka dalam mengenali anaknya dibandingkan dengan sorang ayah. Kehebatan seorang ibu juga tersurat dan terlukis dalam ungkapan ini, bahwa “seorang ibu sanggup memelihara atau menghidupi 10 orang anak, tetapi 10 orang anak, belum tentu dapat memelihara atau menghidupi seorang ibu”. Demikianlah, kehebatan seorang ibu, mereka kaum ibu adalah ibu kehidupan, mereka adalah ibu yang terbaik di dunia ini. Itulah definisi ibu, walau peran ibu sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata. Namun, oleh karena maha pentingnya peran seorang ibu dalam keluarga, maka jika seorang suami atau anak tidak menghormati atau tidak menghargai jasa seorang istri atau ibu bagi anak-anak dalam keluarga, berarti mereka adalah ayah dan anak-anak durhaka.
Ingatlah pula ungkapan ini, bahwa “surga ada dibawah telapak kaki ibu”. Itu berarti suami atau anaka-anak yang tidak menghormati atau tidak menghargai istri atau ibu mereka adalah neraka?Mengapa?Karena para ibu yang telah dipercayai oleh Allah, untuk bersama Allah bekerjasama menciptakan ciptaan baru di dalam rahimnya. Allah memberkati rahim seorang ibu, untuk terciptanya kehidupan baru dan selama ± 9 bulan ciptaan baru hidup dalam perlindungan dan kuasa Allah. Oleh karena itu, Maria ibunda Yesus, bersama semua ibu di dunia adalah co-creator Allah, dalam karya penciptaan manusia. Oleh karena rahimnya diberkati Allah dan Allah berkenan memberi kehidupan, maka rahim seorang ibu adalah surga bagi ciptaan baru. Maka, melalui refleksi ini jika seorang anak yang telah memperoleh kehidupan surgawi selama ± 9 bulan di dalam rahim ibunya, lalu dia mengkhinati ibunya, maka neraka adalah pelabuhan terakhir hidupnya.
Namun, disisi lain ada ironi kehidupan yang kita saksikan di bawah kolong langit ini, bahwa masih begitu banyak para ibu yang tidak bertanggungjawab, yang tega membuang atau menelantarkan anaknya, bahkan yang lebih sadis dan keji lagi menggugurkan calon bayi yang ada dalam rahimnya. Padahal, Allah sendiri melalui firman-Nya dalam kitab suci melarang untuk jangan membunuh. Sebab, membuang, menelantarkan dan aborsi, dalam arti lain adalah “membunuh” hak anak untuk hidup secara layak.
Maka, semoga dengan peringatan hari ibu ini, yang mengusung tema: “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya, Menuju Indonesia Emas 2045”, dapat menyadarkan setiap ibu akan perannya yang amat luar biasa di keluarga, di masyarakat atau dalam pembangunan bangsa atau aspek kehidupan lain, ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan. Inilah makna dari Perempuan Menyapa dari tema Hari Ibu tahun 2024. Sedangkan Perempuan Berdaya bermakna bahwa perempuan bukanlah makhluk lemah, bukan juga manusia kelas kedua, melainkan dibalik image itu mereka sesungguhnya memiliki power atau kekuatan atau kemampuan, atau kompetensi yang luar biasa, yang tidak kalah dengan para lelaki. Kontribusi para perempuan jika direnungkan dengan sungguh-sungguh, maka mereka memiliki daya yang maha dasyat dari laki-laki. Mengapa? Sebab dibalik laki-laki yang hebat pasti karena ada perempuan yang hebat yang namanya ibu dan istri. Lalu, menuju Indonesia Emas 2045, memiliki makna bahwa perempuan dengan berkolaborasi dengan para lelaki bersama-sama mewujudkan visi besar bangsa untuk mencapai puncak kemajuan, kejayaan serta kesejahteraan rakyatnya pada usia 100 tahun Indonesia merdeka. Sebagai rekan kerja Allah seperti Maria ibu Yesus, maka para perempuan dan ibu dewasa ini, juga turut serta ambil bagian dalam karya keselamaatan umat manusia (anak bangsa), melalui perannya masing-masing. Setiap perempuan dan ibu harus menyadari sungguh bahwa mereka adalah rekan kerja atau mitra Allah dalam melahirkan anak bangsa, juga memberdayakan serta memanusiakannya menjadi manusia yang beriman, beradab, berbudaya dan berkualitas. Oleh karena itu, sekali lagi tanggungjawabnya sangat besar dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, melalui sinergi dan kolaborasi dengan kaum Adam (laki-laki).
Akhirnya, SELAMAT HARI IBU BAGI SEMUA IBU, jadilah ibu dan istri yang terbaik bagi anak dan suami, dalam bersikap, berperilaku, bertutur kata serta dalam bertindakan.yang menyenangkan hati Tuhan dan sesama, yang dimulai dari keluarga. Dan jadikan Maria ibu Yesus sebagai ROLE MODEL atau PROTOTIPE dalam hidupmu di keluarga masing-masing. I LOVE YOU, MOM. YOU ARE THE BEST.