Oleh: Yuliana Sirdina Surti
EXPONTT.COM – Bullying adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap orang lain yang dapat menyebabkan korban merasakan sakit hati.
Dalam kasus tertentu, korban bisa melakukan sebuah tindakan yang lebih radikal akibat perlakuan orang lain kepada dirinya.
Perlakuan bullying sering terjadi di mana-mana, baik itu di tengah masyarakat maupun di lingkungan sekolah.
Bullying masih sering terjadi hingga saat ini. Fenomena bullying, terutama yang terjadi di lingkungan sekolah, merupakan masalah serius yang perlu perhatian lebih.
Bullying bukan hanya merugikan korban secara fisik, tetapi juga berdampak lebih dalam, seperti kesehatan mental, dan emosional yang bisa bertahan lama, bahkan seumur hidup.
Dikutip dari komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Leksono, data pengaduan KPAI menunjukan bahwa kekerasan terhadap anak pada awal 2024 sudah mencapai 141 kasus.
Data ini menunjukan bahwa, kasus bullying yang terjadi di indonesi harus mendapat perhatian khusus, terutama kasus yang terjadi di sekolah. Perilaku bullying yang bahkan dapat menghilangkan nyawa, dapat menumbuhkan bibit gangguan kejiwaan pada anak, baik yang menjadi korban maupun pelaku.
Fenomena ini dipengaruhi oleh banyaknya kasus bullying yang berakhir fatal. salah satu contoh kasus bullying tragis yang terjadi di Indonesia yaitu kasus meninggalnya seorang santri di salah satu pondok pesantren di Sukoharjo akibat bullying (liputan6.Com/17/9/2024)
Sekolah sebagai lembaga pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada pengajaran akademik, tetapi juga harus menjadi tempat yang aman dan mendukung perkembangan karakter siswa.
Pendekatan humanistik merupakan pendekatan yang mengutamakan peroses pembelajaran, di mana siswa diberi ruang untuk menunjukan potensi mereka.
Menurut penulis, pendekatan humanistik merupakan pendekatan yang cocok untuk mencegah terjadinya tindakan bullying.
Dengan pendekatan ini, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi diri secara holistik.
Contoh pendekatan ini bisa diterapkan melalui bimbingan dan konseling dengan mengedepankan pengalaman pribadi dan keterlibatan aktif siswa, pendekatan ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan mendukung bagi korban bullying.
Memberikan kebebasan untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan secara terbuka dapat membantu mereka mengurangi rasa trauma dan membangun kembali rasa percaya diri.
Sementara itu, bagi pelaku bullying, pendekatan ini dapat membantu mereka untuk menggali dan memahami potensi mereka, sehingga mereka dapat fokus pada pengembangan diri yang positif dan produktif.
Pendekatan humanistik tidak hanya meminimalkan dampak negatif bullying, tetapi juga membuka peluang bagi terciptanya hubungan yang lebih empatik dan saling mendukung antara siswa.
Sekolah tidak bisa berdiri sendiri dalam menyelesaikan masalah ini. Orang tua dan masyarakat perlu terlibat dalam menciptakan lingkungan yang lebih suportif dan aman bagi anak-anak.
Mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingya menghargai perbedaan, serta memberi ruang bagi mereka untuk berbicara jika mereka merasa jadi korban tau saksi bullying.
Selain itu penting bagi sekolah untuk memiliki kebijakan yang jelas dan tegas dalam menangani kasus bullying. Tindakan preventif seperti pelatihan untuk guru, serta penyuluhan tentang bullying kepada siswa. Serta menciptakan lingkungan yang terbuka bagi siswa untuk melapor tindakan bullying. Sehingga membantu dalam mencegah terjadinya bullying.
Bullying adalah masalah serius yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak. Pendekatan humanistik yang menekankan nilai-nilai positif dan saling menghargai, serta tindakan tegas terhadap pelaku bullying sangat penting, untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua siswa, sehingga tindakan bullying dapat dicegah.