Opini  

Jembatan hati

Oleh Eddy Ngganggus

 

 

Masih ada hasrat yang belum terwujud.
Masih ada obsesi yang belum terealisasi.
Masih ada cita-cita yang belum tercapai.
Masih ada angan-angan yang belum digapai.
Apakah kita tidak punya hak memilikinya ?
Jangan biarkan asa itu padam !
Ketika yang lain sudah mati, maka yang mati paling akhir adalah harapan.
Itupun ,jangan biarkan ia mati
Bagaimana cara kita merengkuhnya ?
Untuk melewatinya kita butuh JEMBATAN.
Apakah jembatan itu ?
Simak essay saya berikut .

Keinginan untuk merubah keadaan buruk menjadi baik , berapapun diupayakan , bila tidak melibatkan hati akan sulit terwujud.

Keinginan untuk menyembuhkan luka, berapapun diupayakan jika tidak melibatkan hati maka akan sulit berhasil.

Upaya ,baru akan mendatangkan hasil yang baik bila melibatkan hati. Hati yang tulus.
Hati yang butuh pelibatan yang lain , yakni tangan .
Tangan itu jembatan hati, karena lewat uluran tangan pada orang susah akan mendatangkan simpati.
Lalu mata. Mata bisa juga jembatan hati, karena lewat pandangan yang cerdas kekeliruan orang yang sakah bisa dicelikan menjadi benar, ini akan mendatangkan empati.
Juga telinga. Telinga menjadi jembatan hati karena melalui telinga keluhan duka bisa berubah menjadi suka, ini bisa mendatangksn respek.

Hati-hati itu juga jembatan hati. Dengan hati-hati bisa mencegah orang pata hati.
Karena hati-hati, juga bisa mencegah orang tinggi hati.

Bila tembok semen yang retak bisa ditambal oleh semen , maka hati yang retak bisa di tambal oleh perHATian dan dicegah oleh hati-hati.

Jadikan hati yang tulus sebagai fondasi bertindak dan berbicara. Dengan begitu
tidakan dan bicara menjadi berarti bagi orang lain maupun diri sendiri.
Tujuan tindakan tulus untuk kebaikan, tidak mengharapkan balasan.
Kepahitan hidup bisa dihalau oleh hati yang tulus.

# Ketulusan hati sebagai rahasia kebahagiaan

Ada apa di dalam ketulusam hati sehingga bisa melecut kebahagiaan ?
Di dalam hati yang tulus ada energi . Kita sebut saja E-Halus singkatan dari Energi HAti tuLUS. E-Halus bisa menjangkau pikiran & perasaan (kita sebut saja PIRAS).
PIRAS (pikiran & peradaan) adalah dua tempat di mana kekuatan manusia itu berada. Energi cinta terekstrasi oleh E-Halus menembus masuk ke dalam pikiran perasaan orang lain di mana E-Halus kita di arahkan. E-Hakus akan membawa realitas rasa bahagia.

Secara matematis saya formulasikan, E-Halus berbanding lurus dengan kebahagiaan, artinya semakin tinggi E-Halus di praktekan maka semakin bahagia ia yang mempraktekan.
Bagaimana mekanisme itu terjadi ?

Saat menerapkan E-Halus, perasaan akan menjadi tenteram, perasaan menjadi teduh, tenang, perasaan menjadi damai. Perasaan yang tenteram itulah yang mendatangkan kebahagiaan.
Sumber ketenteraman perasaan, tidak bisa datang dari situasi PIRAS yang crowdit (kacau/ bertentangan dengan kebenaran dan kebaikan). Termasuk di dalamnya kebenaran formil ,yakni kebenaran hasil kesepakatan. Meskipun kebahagiaan sejati tidak mesti selalu berhubung dengan praktek kebenaran formil. Kebahagiaan karena praktek formil sering kali menjadi kebahagiaan lain hati , tidak seperti kebahagiaan karena praktek yang natural itu selalu menjadi kebahagiaan sehati. Pembedanya ada pada subyeknya ,yakni lain hati dan sehati. Lain hati maksudnya, atas praktek yang formil misalnya tidak memarah membuat si A bahagia , namun si B sebaliknya justru merasa susah karena hal itu. Namun berbeda dengan kebahagiaan sehati, atas situasi yang sama , baik si A maupun si B akan bahagia. Si A dan di B akan bahagia jika bisa marah, atau sebaliknya si A dan si B akan tidak bahagia bila memarah.

# Realita bahagia dan rasa bahagia

Ini dua hal yang berbeda. Realitas bahagia itu memaksudkan, jika kondisi tertentu yang merupakan kelasiman atau juga karena kesepakatan bersama telah di penuhi barulah kebahagiaan itu terwujud atau disebut bahagia. Ada semacam konsensus bersama meskipun konsensus itu bukan merupakan hasil rembukan formal, tetapi lebih karena faktor kelasiman saja. Kondisi tertentu itu misalnya ; hanya jika orang telah memiliki mobil, rumah, jabatan eksekutif barulah seseorang itu bisa bahagia. Absennya atribut ini menyebavkan mereka tidak bahagia. Berbeda halnya dengan kebahagiaan ras, ia tidak mensyaratkan formalitas, juga kelasiman. Bagi dia bahagia itu sangat subyektif, kebahagiaannya tidak dikaitkan dengan materi ,tetapi oleh cara ia berpikir. Cara berpikirnya mempengaruhi cara ia berperasaan. Contoh, meskipun tanpa memiliki mobil sendiri dan rumah sendiri ia bisa bahagia lewat cara ia berpikir bahwa mobil dan rumah hanyalah asesoris yang bila di butuhkan bisa di carikan rental atau di kontrak saja, tudak perlu gsrus memiliki. Baginya rumah & mobil itu tidak lebih penting dari cara hidup jujur, menolong orang lain, melestarikan alam, tidak berbuat cela, hal-hal itu sudah membahagiakannya.

Tulisan pendek ini tentu tidak cukup untuk menjelaskan relasi kompleks antar unsur-unsur yang ada di dalam pikiran , perasaan, yang bisa mendatangkan realita bahagia.

Kita bisa berbagi pandangan tentang hal diatas lebih detail lagi , bisa lewat chat FB, WA ,Tiktok ataupun copy delta. Enaknya yang mana, silahkan sejauh waktu luang yang tersedia.

Liliba, 8 Pebruari 2025