Opini  

Indonesia emas, pesimis atau optimis?

Edy Ganggus
Edy Ganggus

Oleh : Edy Nganggus

 

 

SAYA pilih pesimis. Pesimis sebagai kontras dari optimis.

Cara berpikir kontras disini saya perlukan untuk menampakan yang lain. Saat berhadapan dengan janji perubahan bombastis yakni Indonesia emas dari pemerintah saat ini, berpikir pesimis diperlukan, bukan untuk melemahkan semangat juang, tetapi untuk menyanggah mereka yang optimis agar mereka bisa membuktikan optimisme mereka, berikut juga bertujuan untuk mendorong mereka yang optimis bisa persisten (tahan uji) terhadap pesimisme orang lain, dengan begitu diharapkan mereka bisa merubah kondisi negatif menjadi kondisi yang positip.

Sikap pesimis diartikan sebagai pola pikir yang selalu melihat peristiwa juga dari sisi negatif. 

Pesimisme bukanlah perasaan yang negatif. Ia justru bisa menjadi sebuah pilihan dalam menjalani hidup. Manusia yang merasakan pesimis tidak bisa dijustifikasi sedang mengalami semacam kondisi mental yang sakit, atau bahkan disposisi psikologis sekalipun. Tak jauh berbeda dengan optimisme, rasa pesimis adalah sebuah pilihan untuk melihat dan menilai dunia, beserta kehidupan di dalamnya dengan cara yang berbeda, dari perspektif yang lain, yang rumit, penuh resiko, dan bahkan mungkin dirasa mengerikan.

Pesimisme boleh saja menjadi semacam keniscayaan hidup, suram dan begitu absurd. Oleh karena itu, ia bisa dibilang sebagai sebuah kejujuran, tapi mungkin agak sedikit naif. Hidup memang seperti ini, apa yang dapat kita lakukan selain hanya menerimanya?

Ekspresi awal pemikiran pesimis ini datang dari pengalaman banyaknya janji surga yang di ucapkan, namun tidak terealisasi. Bahkan yang terjadi sebaliknya. ♦