Tentang sebuah cinta dan pengorbanan

Ilustrasi_2

Kesabaran, Cinta, dan kepedulian mengajarkan kita untuk TETAP KUAT DAN TETAP MENGASIHI meskipun disaat kita terluka  ?
Jika kita mengartikan cinta adalah ketulusan  ? maka kita dapat belajar dari cinta Allah pada hamba-Nya. Dia akan senantiasa menanti cinta kita, senantiasa memberi apa yang kita minta, melindungi kita dari mara bahaya, walupun kita mengingkarinya, walaupun kita mendustakannya, walaupun kita tidak mentaatinya.
Ok, kita belajar pada matahari,  ?
setiap hari setia menerangi kita, menumbuhkan tanaman untuk kita, memberi vitamin untuk kita, menghangatkan tubuh kita jika kedinginan, atau sekedar memberikan sedikit ronanya agar kita mampu menikmati keindahannya. Pernah kah sekali saja kita memberi pada matahari? Atau bulan yang setia menemani malam kita, memberikan cahayanya agar malam kita tidaklah menjadi kelam, ??
Jika kita mengartikan cinta adalah kesetiaan, kita dapat belajar pada Siti Hajar. Siti Hajar  sendiri dan tidak ada orang lain di sekitarnya. Apakah kemudian Hajar mutung dan meninggalkan Ibrahim? Tidak, dia menantinya seperti apa yang diamanahkan.
Jika kita mengartikan cinta adalah sebuah komitmen ?
kita dapat belajar pada sosok Yusuf as. Ketika dia digoda oleh Zulaikha, bukan berarti Yusuf tidak tergoda saat itu, sisi manusiawinya menunjukkan ketertarikan pada Zulaikha yang rupawan. Namun komitmennya pada Tuhannya yang mampu membuatnya menahan diri hingga saat yang tepat telah tiba.
Jika kita mengartikan cinta adalah kesabaran  ?
kita dapat belajar pada Asyiah, istri Fir’aun. Betapa ia sabar dalam keta’atan pada Tuhannya, tapi juga ia sangat sabar dalam melayani suaminya yang kufur. Tiada keluhan atau keputusasaan, yang dilakukannya adalah berusaha untuk senantiasa sabar menjalani peran hidupnya tersebut.
Jika kita mengartikan cinta adalah pengorbanan ?
maka kita dapat belajar pada Bunda Khadijah yang mulia, yang senantiasa berada di depan suaminya ketika masalah menghadangnya. Bukan hanya jiwa dan raga yang ia berikan, bahkan seluruh hartanya pun direlakan untuk perjuangan suaminya.
Jika kita mengartikan cinta adalah kasih sayang,  ?
kita bisa belajar pada Rasulullah saw. yang begitu sangat mengasihi kita, menyayangi kita, mengajarkan kita tentang kebenaran.
Ternyata  Cinta adalah sebuah ekspresi dan konsekuensi  ?
dari apa yang kita cintai itu sendiri. Kadang penuh air mata, tidak sedikit yang harus berdarah-darah. Apakah kemudian kita harus meninggalkannya? Tidak salah jika sebuah buku tercipta dengan judul “Ketika Cinta Harus Diupayakan”. Cinta tidak tumbuh dengan sendirinya, cinta juga tidak bisa kita bunuh sekehendak kita. Kita akan merugi jika rasa cinta itu tercabut dari diri kita. Cinta membutuhkan pengorbanan, ketulusan, kesabaran, keteguhan, komitmen, dan kasih sayang. Baik terbalaskan atau tidak, atau membuat kita nyaman atau tidak, bukan di situ letak orientasinya.
Dalam berumah tangga, tentu kita menginginkan kita berada di taman bunga yang indah. Melihat bunga bermekaran dengan Indah, harum semerbak, bahkan mungkin ingin menghisap madunya. Tapi, bukan tidak mungkin kita bahkan menemukan bunga yang masih kuncup di hadapan kita. Tugas kita lah untuk membuka kelopak keimanannya, membuka kelopak cintanya, membuka kelopak kesabarannya, membuka kelopak kesetiaanya, dan membuka kelopak kasih sayangnya agar kuncupnya mekar jadi bunga. Allah tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan. ♦ dakwatuna