Oleh Jack Dambe Cjd
KEBAHAGIAAN dalam hidup itulah yang menjadi tujuan dari segala aktivitas yang kita lakukan dibawah kolong langit ini. Tetapi apa sebenarnya kebahagian itu, seakan menjadi pertanyaan yang tidak mudah untuk dijelaskan.
Ada yang berprinsip bahwa bahagia itu terjadi ketika seseorang mempunyai banyak harta benda. Ada yang mengatakan bahagia itu ketika kita dihormati karena jabatan-jabatan yang kita pegang dalam masyarakat. Ada yang mengira bahagia itu ketika segala rasa-rasa afeksi diri kita terpenuhi (dimanja, diperhatikan, disayangi dan sebagainya). Ada yang menganggap bahagia itu ketika seseorang dielu-elukan, dipuja puji dan disanjung-sanjung. Ada yang menganggap bahagia itu ketika berpenampilan menarik, wajah yang ganteng atau cantik, tubuh yang langsing seksi, dan sebagainya. Singkat kata bahagia itu adalah ketika segala keinginan seseorang terpenuhi.
Pertanyaannya adalah mungkinkah segala keinginan seorang manusia akan terpenuhi dalam hidupnya? Jawabannya jelas tidak akan pernah mungkin. Keinginan dan kebutuhan manusia jika diukur berdasarkan rasa-rasa tidak akan pernah tercukupi.
Maka itulah manusia yang meletakkan kebahagiaannya pada pemenuhan segala rasa-rasanya adalah manusia yang paling komplikasi hidupnya. Walau sebenarnya dirinya berkecukupan dibanding orang lain, dia tetap merasa kekurangan. Walau penampilannya lebih menarik dibanding orang lain, kebosanan tetap menimpanya. Walau dirinya dikelilingi orang-orang yang menaruh perhatian padanya dia tetap merasa kekurangan cinta. Berilimpah namun gersang, inilah ungkapan yang bisa dilekatkan pada orang yang hidupnya komplikasi. Rasa tidak puas itulah yang menonjol dalam hidup manusia yang mendasarkan kebahagiaan pada pemenuhan rasa-rasa dirinya.
Rakus, adalah juga kata lain yang dilekatkan pada orang yang hidupnya komplikasi. Rakus menggambarkan pribadi seseorang yang tidak mampu membangun rasa syukur.
Kebahagiaan itu sesungguhnya tidak pernah sempurna, sama seperti kemalangan juga tidak sempurna. kebahagiaan dan kemalangan adalah bagian-bagian tersendiri yang hadir dalam waktu kehidupan kita. Bahagia hanya bisa menjadi milik kita dalam skala-skala tertentu, demikian pun dengan kemalangan hadir dalam hidup kita pada skala-skala tertentu.
Maka kebahagiaan adalah cara kita menakar kehidupan atau seni dalam mengolah hidup. Manusia yang mampu mengolah hidupnya sebagai ungkapan syukur adalah manusia yang paling dekat dengan kebahagiaan. Sebaliknya manusia yang tidak tau bersyukur akan selalu merasa kekurangan dan tidak pernah puas. Karena itu manusia yang tidak tau bersyukur tidak pernah benar-benar menjadi orang merdeka yang lepas bebas, dia akan menjadi budak dari keinginan-keinginannya sendiri.
Mereka yang diperbudak oleh pencarian kepuasan rasa-rasa yang mereka alami, adalah orang yang selalu menemukan masalah pada dirinya, sehingga sampai kapan pun hidupnya tidak pernah mengalami kebahagiaan. Mereka tertipu oleh ilusi-ilusi yang mereka bangun, dan hidup oleh ilusi itu sehingga tak pernah benar-benar menikmati hidup yang mereka pijak.
Singkat kata kalau ingin bahagia dalam hidup di dunia ini, maka harus mampu membangun rasa syukur. Rasa syukur akan terbangun dengan menghargai kesederhanaan, mengutamakan kejujuran, menghargai proses dan memupuk keinginan untuk berbagi.
Inilah hal-hal dimana setiap orang bisa menghilangkan benih-benih kerakusan yang muncul dalam dirinya. Mereka yang rakus akan dioperbudak oleh keinginan-keinginannya sehingga tidak pernah mengalami kepuasan. Tetapi mereka yang mempunyai hati yang sederhana, tak terpikat oleh banyaknya keinginan-keinginan. Mereka menguasai keinginan mereka sehingga bisa lepas bebas terhadap dorongan rasa-rasa yang ingin dipuaskan.
Siapa yang mengerti nilai kesederhanaan, merekalah yang mengerti arti kebahagiaan. Siapa yang mengerti arti kebahagiaan merekalah yang menikmati kehidupan dan menjadi tuan atas dirinya. ♦