Jangan Menjadi Batu Sandungan Bagi Sesama

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk – Ka SMPK Frateran Ndao – Ende.

SEMANGAT PAGI, pada hari ini gereja katolik sejagat memperingati Santo Dominikus, Pendiri Ordo Pengkhotbah, Imam. Dan bacaan Injil hari ini dikisahkan tentang Pemberitahuan Kedua Tentang Penderitaan Yesus dan Yesus Membayar Bea Untuk Bait Allah (Mat. 17: 22 – 27).

Dalam Injil hari ini Yesus berkata kepada Simon Petrus ” _agar jangan menjadi batu sandungan bagi sesama_”. Batu sandungan adalah sebuah kiasan untuk sebuah perilaku atau tingkah laku yang membuat orang lain menjadi berdosa atau berperilaku merusak. Oleh karena itu, Yesus mengingatkan Simon Petrus dan para murid Yesus yang lain termasuk kita, agar jangan menjadi batu Sandungan, melainkan harus menjadi batu penjuru. Batu penjuru adalah batu pertama yang diletakkan dalam pembangunan fondasi bangunan.

Karena sebagai fondasi bangunan, maka batu pertama harus yang besar dan kokoh kuat. Dan bangunan disini adalah bangunan rohani, dengan Yesus Kristus adalah batu penjuru itu. Dengan demikian, ketika Yesus adalah batu penjuru, maka kita sebagai murid Nya juga harus menjadi batu penjuru dan bukan menjadi batu sandungan bagi sesama.

_pertama_ *batu penjuru: Yesus adalah batu penjuru dan kita para murid Nya, juga harus menjadi batu penjuru, yang diwujudkan melalui cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata dan cara bertindak yang baik dan benar yang mencerminkan bahwa kita adalah murid Yesus. Jika demikian, maka adalah alter Kristus. Dan sebagai Alter Kristus, maka hendaknya hidup kita harus bermakna dan menginspirasi sesama*.

_kedua_ *batu sandungan: Yesus mengingatkan kita para murid Nya, agar jangan menjadi batu sandungan bagi sesama, yang diwujudkan lewat cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata dan cara bertindak yang tidak baik dan tidak benar yang tidak mencerminkan sebagai murid Yesus. Sebab, bisa jadi melalui cara hidup kita yang demikian, orang lain tersandera, tersakiti, terhambat pertumbuhan dan perkembangannya. Itu artinya bisa jadi, kita “merusak”, hidup orang lain, menjadikan hidup orang lain menjadi tidak bahagia, membuat hidup orang lain menjadi stress, frustrasi*.

Akhirnya, *Yesus menghendaki agar kita para murid Nya harus menjadi batu penjuru, dan bukan menjadi batu sandungan, yang menjadikan orang lain tersandung dan jatuh, dalam dosa. Jadilah batu penjuru, melalui hidup yang bermakna dan menginspirasi bagi sesama*.

Semoga demikian 🙏🙏