♦Renungan HM Biasa XIX – HR St. Perawan Maria Diangkat ke Surga
Wahy. 11:19a;12:1-6a,10 ab; 1Kor 15:20-26 & Luk 1:39-56
Oleh : Lukas Lile Masan, Pr
PADA hari minggu biasa kesembilanbelas hari ini, tepat tanggal 13 Agustus, Gereja Katolik Indonesia mengajak kita untuk merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke Surga. Sejatinya berdasarkan tradisi Gereja atau Dogma Gereja Katolik, Perayaan Santa Perawan Maria diangkat ke Surga dirayakan setiap tanggal 15 Agustus. Dogma tersebut didasarkan pada dogma Maria dikandung Tanpa Noda yang ditetapkan pada tahun 1854 yang menyatakan bahwa Bunda Maria sejak dikandungpun telah terbebas dari dosa asal dan kedua dogma berlandaskan pada konsep Maria Bunda Allah.
Bacaan-Bacaan suci hari ini secara jelas menarasikan Sosok Bunda Maria, gadis sederhana, Putri Yohakim dan Anna yang tinggal dikampung Nazaret yang di Galilea. Kitab Wahyu dalam bacaan pertama menuturkan pengalaman iman Yohanes: Yohanes melihat seorang perempuan yang “berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya” (Why 12:1). Kalimat ini mau menyatakan bahwa nubuatan ini bukan hanya tentang apa yang terjadi di bumi, tetapi juga terkait apa yang terjadi di langit. Perempuan itu berasal dari bumi, tetapi Anaknya berasal dari Surga. Jadi ada hubungannya antara apa yang terjadi di langit dengan apa yang terjadi di bumi. “Jadilah kehendakMu diatas bumi seperti di dalam Surga.” Dan sesungguhnya kehendak Allah itu menjadi semakin pasti. Berselumbungkan matahari dan bulan dibawah kakinya. Matahari menjadi sumber cahaya, terang bagi semesta. Dan bulan memantulkan cahaya matahari untuk menerangi malam. Artinya Bunda Maria berasal dari dunia, dari dunia perjanjian lama yang memantulkan cahaya dari Allah yang menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus yang Ia kandung dari Roh Kudus. Sedangkan Naga merah simbol setan yang berusaha membinasakan dunia, mencederai kesetiaan manusia kepada pencipyanya yakni Allah. Namun upaya iblis menjadi sia-sia karena kuasa Allah mengatasi semuanya.
Injil Lukas 1:39-56 secara tegas mengisahkan kegembiraan bunda Maria pasca menerima kabar dari Malaikat Gabriel. Sukacita Maria atas kabar gembira yang diterimanya dari Malaikat Gabriel diungkapkan melalui cara pertama, Mengunjungi Elisabeth Saudaranya yang tinggal di sebuah kota di wilayah Yehuda. Kunjungan Maria ke Elisabeth merupakan kunjungan penuh misteri sang Ilahi. Disini ada ungkapan kegembiraan:”Siapakah Aku ini sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku. Sesungguhnya ketika salammu sampai ke telingaku, anak yang ada dalam rahim ibuku melonjak kegirangan. Kedua, Madah Pujian Maria. Maria mengungkapkan sukacitanya. Bukan hanya hati yang bersukacita tetapi seluruh jiwa dan raganya. “Jiwaku memuliakan Tuhan”.
Lalu kenapa kita para beriman katolik memiliki tradisi khusus: Melakukan Penghormatan kepada Bunda Maria. Pertama, bahwa Bunda Maria adalah Theotokos, bunda Allah. Narasi ini sangat jelas dalam kitab suci. Bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus, dan melahirkan Putra Allah. Maka tepat jika Maria disebut sebagai Bunda Allah. Kedua, bahwa Peristiwa Salib secara tegas menerangkan keyakinan ini yakni “Ibu, inilah anakmu dan inilah ibumu”. Yesus menyerahkan ibunya kepada Rasul Yohanes, wakil Gereja. Sejak saat itu Bunda Maria menjadi Bunda semua orang beriman. “Tatkala Yesus bergantung di Palang Penghinaan, Ia mengungkapkan isi hatiNya, dan sebetulnya ingin memberi isyarat bahwa kasih sayang antara para murid (yang diwakili oleh murid yang dikasihiNya) dan ibuNya, sangat perlu untuk dilanjutkan, sebagaimana kasih sayang, yang selama ini telah tumbuh di antara Dia dengan para muridNya”.
Per Mariam ad Jesum didasarkan pada Peristiwa Yesus mengubah air menjadi anggur sewaktu perjamuan di Kanna. Bahwa ketika tuan Pesa kehabisan Anggur, Maria berinisiatif datang ke Puteranya Tuhan kita Yesus Kristus dan berkata: Mereka kehabisan anggur. Atas peran bunda Maria maka tuan pesta dibebaskan dari rasa malu karena kehabisan anggur. Melalui Maria kita menuju Yesus diajarkan oleh Gereja Katolik kepada putera-puterinya. Banyak kesaksian dan pengalaman iman, entah dari kalangan Katolik maupun kalangan non katolik bahwa bunda Maria adalah penolong dan pembantu orang yang datang memohon bantuannya. Bahkan sebuah tradisi yang berkembang baik di dunia timur tengah bahwa para ibu hamil yang hendak melahirkan mereka selalu berdoa memohon pertolongan kepada Maryam (Maria) agar proses kelahiran anak mereka berjalan lancar.
Disini sekali lagi ditegaskan bahwa kita tidak beriman kepada Maria, tetapi kita menghormati secara khusus Bunda Maria, karena dengan Jawaban Maria “Aku ini Hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu” pintu keselamatan terbuka bagi dunia dan seluruh umat manusia. Mari datang kepada Bunda Maria, pastinya kita akan berjalan lurus menuju Yesus.***