♦Renungan HM Biasa XX
Yes 56:1.6-7;Rm. 11:13-15,29-32 & Mat 15:21-28
Oleh : Lukas Lile Masan, Pr. (*)
MENJADI orang yang beriman katolik tidak hanya hidup baru dengan agama Katolik dan Ajaran Katolik tetapi menjadi manusia yang sungguh-sungguh baru. Iman Katolik adalah keseluruhan dari kebenaran-kebenaran yang diungkapkan oleh Allah dalam kitab Suci dan tradisi suci yang diberikan Gereja kepada manusia dalam suatu bentuk singkat di dalam keyakinan-keyakinannya. Keyakinan yang diungkapkan dengan penyerahan diri secara total kepada Allah dan setia melaksanakan kehendaknya menjadi keutamaan yang harus dimiliki dan dihidupi.
Bacaan-bacaan suci pada hari minggu biasa ke-20 hari ini mengajarkan tentang jalan atau cara menjadi orang beriman dan dampak apa yang kita peroleh jika kita teguh berdiri di dalam iman. Nabi Yesaya menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang Yehuda di pembuangan dan menjadi relevan pula dbagi kita dizaman ini: “Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan”. Perintah ini dianjurkan sehubungan dengan keselamatan dan keadilan Allah. Allah hanya menginginkan suatu suasana yang adil di dalam persekutuan umat dengan Dia. Tujuan keadilan Allah adalah terciptanya suasana damai sejahtera, tidak ada kecurigaan, tidak ada yang tersakiti dan terpisahkan. Sebab orang yang taat melakukan keadilan sesuai dengan hukum Allah dan tidak melakukan perbuatan jahat adalah gambaran orang yang beriman. Orang seperti ini akan diberkati Allah.
Kita semua memiliki iman kepada Yesus. Tetapi dalam kondisi hidup kita yang cendrung memikirkan hal-hal duniawi: Harta, uang dan jabatan, membuat pikiran kita tak mampu memikirkan Tuhan. Kita hanya sekedar mengaku percaya kepada Allah dengan mulut dan bukan dengan hati. Buktinya kita masih saja melakukan tindakan kekerasan kemanusiaan, berlaku tidak adil terhadap sesama bahkan tangan kita saban hari merampas uang yang bukan menjadi hak kita. Kita bukan hidup dari upah kerja kita tetapi dari hasil rampasan uang rakyat. Orang Kristen yang hidupnya menjadikan agama hanya sebagai tempat untuk mencari kenyamanan jabatan, akan celaka diakhir hidupnya.
Tentang iman kita belajar dari seorang perempuan kanaan. Dituturkan oleh Matius bahaw saat Yesus menyingkir ke saerah Tirus dan Sidon, ada seorang perempuan Kanaan datang kepada-Nya. Bagi Israel, Kanaan adalah orang kafir. Mereka bukan bangsa pilihan Allah seperti halnya Israel. Perempuan kanaan itu seorang asing, dan memiliki anak perempuan yang sakit kerasukan setan. Kendati tak masuk dalam hitungan, tetapi ia memiliki gairah dan kemauan yang kuat agar anaknya yang sedang sakit itu memperoleh kesembuhan. Ia berusaha keras, dan melakukan apa saja demi kesembuhan anaknya yang sakit. Ia datang pada Yesus dan menaruh harapannya yang besar akan pertolongan Yesus. Ia memohon belas kasihan Yesus untuk menyembuhkan anak perempuannya yang sangat menderita. Sama seperti orang Yahudi pada umumnya, Yesus pun tidak memberi respons apapun. Hal ini dilakukan Yesus bukan sebagai bentuk justifikasi kepada perempuan itu, tetapi sebagai sebuah cara untuk mengetahui seperti apa iman perempuan kanaan itu. Perempuan itu terus berteriak memohon pertolongan Yesus. Ada semacam dialog singkat antara Yesus dan Perempuan itu. Yesus menjawab perempuan itu bahwa Ia datang hanya kepada domba – domba yang hilang dari Israel. Tapi perempuan ini pantang menyerah. Dia malah mendekat dan menyembah Yesus. Ia menyembah dengan hati yang tulus dan percaya. Perempuan ini menyembah Yesus dan meminta pertolongan bukan lagi bagi anaknya tapi bagi dirinya sendiri. “Tuhan, tolonglah aku”. Kemudian Yesus menjawab dengan sebuah penolakan halus. “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak – anak dan melemparkannya kepada anjing“. Iman perempuan ini bukan saja pantang menyerah tapi juga bersedia menerima resiko dari apa yang dipercayainya. Perempuan ini tidak membantah Yesus. Ia menjawab: “Benar Tuhan”. Ia menyadari ketidaklayakannya sebagai orang yang tidak masuk hitungan. Tapi itu tidak membuatnya kecewa, putus asa apalagi mundur dan pulang. Mental perempuan ini sekokoh baja. Ia dapat membalikkan argumen Yesus: “Benar, Tuhan, namun anjing itu makan remah – remah yang jatuh dari meja tuannya”. Kata anjing yang dipakai dalam dialog ini berasal dari kata Yunani – kunarion. Hal ini yang menunjuk pada anak – anak anjing yang dipelihara di rumah. Tuan yang baik pasti akan memberi bagian makanan kepada hewan peliharaan di rumah. Perempuan Kanaan percaya kasih dan kebaikan Yesus menembus segala batas. Kasih Allah yang universal memungkinkannya untuk beroleh berkat Allah. Iman perempuan kanaan itu mendatangkan berkat. Yesus mengakui iman perempuan itu dan menganugerahkan berkat kesembuhan kepada anaknya. “anaknya disembuhkan seketika itu juga“.
Iman perempuan Kanaan menjadi teguran bagi kita yang mengakui sebagai orang Kristen atau Katolik tapi tidak beriman kepada Allah. Bahwa iman bukan sekedar mengaku dengan mulut bahwa kita percaya kepada Allah. Iman yang mendatangkan berkat adalah iman yang rendah hati mengakui ketidaklayakan diri dihadapan Tuhan. Kejujuran dalam mengakui ketidaklayakan memastikan kita untuk menjadi pantas untuk mendapat berkat dari Allah. Berkat yang diperolehpun harus terus disyukuri. Terus berdoa, berbuat baik dan bertindak adil. Semoga! Tuhan memberkati kita semua. (*)