Enyalah Iblis

Frater

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk – Ka SMPK Frateran Ndao – Ende.

 

SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur? Jangan lupa untuk memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun kepada sesama. Dan semoga hari mu indah dan menyenangkan! Pada hari ini kita memasuki hari Minggu biasa XXII.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Matius 16: 21 – 27, yakni Pemberitahuan Pertama Tentang Penderitaan Yesus Dan Syarat Syarat Mengikut Dia. Ada dua bagian dari perikop Injil hari ini yang bisa kita renungkan. Bagian pertama, tentang penderitaan Yesus. Bahwa Yesus datang ke dunia bukan pertama tama untuk menderita, melainkan untuk menyelamatkan kita manusia dari kebinasaan akibat dari dosa. Dengan demikian, Yesus menderita sebagai konsekuensi dari tugas perutusanNya di dunia. Konsekuensi itu adalah Ia ditolak oleh tua tua, para imam kepala, dan ahli ahli Taurat, dan berakhir dengan Ia dibunuh, namun dibangkitkan pada hari ketiga.

Dengan mengatakan demikian, itu artinya sebagai murid Yesus, kita insaf bahwa hidup kita manusia tidak berhenti pada penderitaan, tidak berakhir pada kematian, melainkan masih ada kebangkitan, masih ada kehidupan baru, masih ada kemuliaan. Itu yang tidak dipahami oleh Petrus, sehingga ia menarik Yesus ke samping dan menegur Nya, dengan keras, katanya: ” Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu!. Hal itu sekali sekali tidak akan menimpa Engkau”. Petrus memang orangnya spontan, mulutnya lebih cepat dari pikirannya. Dia tidak pernah berpikir sebelum berbicara, melainkan berbicara lebih dulu, baru berpikir.

Oleh karena itu, Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ” enyalah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”. Jadi, Yesus tahu bahwa Petrus dimanfaatkan oleh iblis, sebab iblis lah yang mengatakan hal itu kepada Yesus, melalui perantaraan Petrus. Oleh karena itu, Yesus menghardik iblis yang ada dalam diri Petrus, dengan berkata: ” enyalah iblis.

Kita pun sering kali dimanfaatkan oleh iblis, sehingga kita mudah marah, mudah membenci, mudah mengeluarkan kata kata kotor, kata kata jorok, kata kata umpatan, kata kata fitnah, gosip murahan, suka curiga, suka mengambil barang orang lain alias mencuri, mudah menghina dan menghujat, sulit memaafkan atau sulit mengampuni, dllnya. Jika hal hal itu terjadi pada kita, maka sadarilah bahwa kita sedang dimanfaatkan oleh iblis. Atau bahwa diri kita, pikiran dan mulut kita, sedang dimanfaatkan oleh iblis. Maka, pada bagian kedua, sesungguhnya adalah solusi untuk menangkal diri kita dimanfaatkan oleh iblis, yakni kita harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus. Inilah pula sebagai syarat untuk mengikuti Yesus.

Mengapa harus menyangkal diri sebagai solusi agar tidak dimanfaatkan oleh iblis? Sebab dengan menyangkal diri berarti kita mengendalikan kedagingan kita. Karena iblis memanfaatkan kelemahan kedagingan kita. Demikian pula dengan memikul salib, berarti kita mau menyalibkan kedagingan kita yang biasa dimanfaatkan oleh iblis. Ingat salib yang kita pikul adalah salib Yesus, bukan salib kedua penjahat yang disalibkan dikiri dan kanan Yesus. Dan jika kita bisa melakukan dua syarat awal, maka kita layak disebut pengikut atau murid Yesus.

Mari, kita belajar dari Petrus, agar mulut kita tidak lebih cepat dari pikiran kita. Yesus berkata: ” enyalah iblis”. Semoga demikian.

Selamat Berhari Minggu!!